Pendahuluan Splenomegali
Splenomegali merupakan pembesaran organ limpa yang dapat diukur berdasarkan ukuran dan beratnya. Splenomegali dapat disebabkan oleh penyakit pada hepar seperti sirosis dan hepatitis, oleh keganasan hematologis seperti limfoma dan leukemia, oleh kongesti limpa seperti trombosis vena dan hipertensi porta, serta oleh sitopenia seperti immune thrombocytopenic purpura atau sindrom Felty.
Penyebab splenomegali lain adalah sekuestrasi limpa seperti anemia hemolitik dan thalasemia, serta infeksi akut maupun kronis seperti malaria atau HIV, serta penyakit infiltratif seperti sarkoidosis atau amiloidosis, serta lesi fokal pada limpa seperti kista atau metastasis).[1,2]
Ukuran dan berat organ limpa bervariasi tergantung dengan jenis kelamin, tinggi, berat seseorang. Ukuran limpa lebih besar pada jenis kelamin laki laki dan pada individu yang lebih tinggi dan lebih berat. Ukuran normal limpa dapat berkisar hingga 12 cm. Jika ukuran limpa berkisar antara 12 hingga 20 cm, maka individu dapat dinyatakan mengalami splenomegali, sedangkan jika melebihi 20 cm, maka dapat diindikasikan terjadi splenomegali masif.[1,2]
Berat normal limpa pada orang dewasa berkisar 0.2% total massa tubuh seseorang atau berkisar antara antara 50-200 gram, dengan rata rata berat 150 gram. Jika berat limpa mencapai 400-500 gram, kondisi splenomegali dapat diindikasikan pada individu tersebut. Jika berat limpa melebihi 1000 gram, diagnosis splenomegali masif dapat ditegakkan.[1,2]
Limpa memiliki peran penting pada proses hematopoiesis dan immunosurveillance, sebuah sistem kekebalan terhadap antigen neoplasma. Fungsi utama limpa mencakup pada pengaturan sistem imun bawaan dan adaptif, perombakan sel darah merah, debris seluler dan sel tumor di sirkulasi. Limpa juga terdiri dari pulpa merah dan pulpa putih yang merupakan lokasi limfosit B dan T mengalami proses maturasi dan disimpan. Mekanisme splenomegali dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu peningkatan fungsi (hipertrofi kerja), infiltrasi, kongestif [3,4].
Pada pemeriksaan palpasi, umumnya limpa tidak dapat teraba. Namun variasi dapat ditemukan sesuai dengan postur tubuh dan anatomi dinding dada seseorang. Splenomegali dapat didiagnosis secara klinis melalui pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan USG, pencitraan CT-scan dan MRI.[1,4,5]
Pilihan tatalaksana pada kondisi splenomegali terbagi menjadi menjadi 3 kategori yaitu memperbaiki kondisi penyebab, mereduksi ukuran organ dan splenektomi radikal dengan indikasi tertentu. Tatalaksana splenektomi hanya menyingkirkan lesi tanpa menghilangkan penyebab.[6].
Prognosis pada pasien splenomegali biasanya baik pada semua umur. Prognosis akan dipengaruhi oleh penyebab yang mendasari terjadinya splenomegali. Pasien dengan splenomegali sebaiknya menghindari aktivitas dengan kontak fisik tinggi untuk mencegah risiko ruptur limpa.[1]