Panduan E-Prescription Alomedika Amebiasis
Panduan e-prescription amebiasis ini dapat digunakan Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Amebiasis (amubiasis, amoebiasis, atau disentri ameba) merupakan infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa Entamoeba histolytica, yang ditularkan melalui jalur fekal-oral. Walaupun infeksi awal biasanya bersifat asimtomatik, tetapi amebiasis dapat bermanifestasi di intestinal dengan gejala diare cair dan berdarah, nyeri perut, serta demam. Selain itu, E. histolytica dapat menyerang organ ekstraintestinal, seperti hepar, jantung, otak, ginjal, dan limpa.[1,2]
Tanda dan Gejala
Pada anamnesis, gejala pada pasien amebiasis bervariasi, mulai dari demam, nyeri perut, diare berair, sampai ke kolitis berat yang ditandai diare berlendir dan berdarah. Gejala lain yang dapat muncul adalah konstipasi, tenesmus, demam, mual, anoreksia, dan penurunan berat badan. Pasien berusia muda cenderung mengalami gejala yang yang lebih berat daripada lansia.[1,3]
Kadang pasien dapat mengalami penyakit ekstraintestinal invasif, salah satunya adalah abses hati amuba atau amebiasis hepar. Gejalanya antara lain nyeri perut atau nyeri tekan pada kuadran kanan atas, demam, menggigil, rigor, diaforesis, mual, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. Pasien yang sudah memiliki komplikasi pulmonal dapat menunjukkan gejala batuk, sesak napas, nyeri pleuritik, dan nyeri di daerah bahu akibat iritasi atau perforasi diafragma.[1,3]
Gali juga kemungkinan faktor risiko, yaitu riwayat konsumsi kortikosteroid jangka lama, riwayat kontak seksual, serta sanitasi dan higienitas pada tempat tinggal atau penyediaan makanan/minuman.[1,3]
Tentukan derajat dehidrasi pada pasien, apakah ringan, sedang, atau berat. Tanyakan tanda dan gejala demam, mata cekung, mukosa mulut kering, pernapasan cepat, perfusi jaringan turun, dan turgor kulit kembali lambat. Pada dehidrasi berat dapat mempengaruhi tingkat kesadaran.[1,3]
Peringatan
Lakukan rujukan ke fasilitas kesehatan apabila pasien dengan dugaan amebiasis mengalami:
- Tanda dehidrasi berat: mata cekung, mukosa mulut kering, pernapasan cepat, perfusi jaringan turun, turgor kulit kembali lambat, tidak urinasi >10 jam, dan pingsan
- Diare lebih sering, muntah berulang, dan tidak nafsu makan/minum
- Feses berdarah
- Penurunan kesadaran
- Nyeri perut tidak berkurang dalam 24 jam
- Diare cair terus menerus dalam 3 hari[3,4]
Perhatian pada pemberian medikamentosa adalah:
- Tidak direkomendasikan pemberian obat-obatan antimotilitas, seperti loperamide, paregoric, kaolin pektin, atau diphenoxylate karena dapat memicu toksik megakolon.[2,3]
Medikamentosa
Kasus amebiasis yang dapat diberikan penanganan sementara adalah amebiasis asimtomatik dan amebiasis kolitis. Amebiasis asimtomatik diberikan tata laksana untuk menurunkan risiko transmisi dan mencegah progresi penyakit. Sementara itu, penatalaksanaan amebiasis kolitis umumnya meliputi terapi rehidrasi, pemberian antibiotik, dan terapi suportif.[1,4]
Terapi Rehidrasi
Penanganan amebiasis yang utama adalah tindakan rehidrasi pada pasien dengan diare. Cairan yang digunakan untuk rehidrasi oral adalah oralit. Pada anak yang masih menyusui dapat tetap diberikan ASI atau susu formula sesering mungkin.
Pada dewasa, dianjurkan meminum cairan oralit sebanyak 300‒400 mL (1 gelas/cangkir besar) setiap kali selesai diare.
Panduan rehidrasi pada anak berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) adalah:
- Tanpa dehidrasi: 10 mL/kgBB setiap diare cair atau muntah
- Dehidrasi ringan-sedang: 75 mL/kgBB dalam 3 jam awal, dan 5–10 mL/kgBB setiap diare cair atau muntah
- Dehidrasi berat:
- Pasien <12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 60 menit awal, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya
- Pasien >12 bulan: 30 mL/kgBB dalam 30 menit awal, dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya[1,3,5]
Pemberian Antibiotik
Antibiotik yang dapat digunakan sebagai antiprotozoa untuk pasien amebiasis kolitis adalah metronidazole, tinidazole, atau nitazoxanide. Namun, saat ini di Indonesia hanya tersedia metronidazole
Metronidazole tersedia dalam bentuk sediaan tablet dan kaplet 250 mg dan 500 mg; serta sediaan sirup 125 mg/5 mL dan 250 mg/mL. Dosis pemberian:
- Anak: 50 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 3 dosis, durasi 7‒10 hari
- Dewasa: 500 mg sekali minum, diberikan 3 kali/hari, durasi 7‒10 hari[2,4]
Paromomycin adalah obat khusus antiamebiasis, yang tersedia dalam bentuk tablet salut selaput 250 mg dan sirup 125 mg/5 mL. Dosis pemberian adalah:
- Anak dan dewasa: 25‒35 mg/kgBB/hari, peroral, dibagi menjadi 3 dosis, durasi 5‒10 hari [2,4,9]
Terapi Suportif
Terapi suportif di antaranya paracetamol jika terdapat demam dan nyeri abdomen. Dosis pemberian:
- Anak: 15 mg/kgBB setiap pemberian, dengan dosis maksimal pemberian 4 kali/hari
- Dewasa: 1.000 mg setiap 4–6 jam, dengan dosis maksimal 4.000 mg dalam 24 jam [1-3]
Pilihan Terapi pada Ibu Hamil dan Menyusui
Pilihan terapi amebiasis pada ibu hamil dan menyusui perlu mempertimbangkan aspek benefit yang lebih besar dibandingkan risikonya. Terapi yang aman digunakan adalah terapi rehidrasi dan terapi suportif.[4,7,8]
Pemberian antibiotik dapat dipertimbangkan pada ibu hamil dengan gejala berat. Antibiotik kategori B berdasarkan rekomendasi FDA adalah metronidazole.[7]
Metronidazole diekskresikan ke ASI. Studi pada hewan coba menunjukkan adanya potensi karsinogenik, sehingga perlu dipertimbangkan untuk tidak menyusui selama terapi metronidazole atau menghentikan metronidazole selama menyusui.[8]
Paromomycin belum dikategorikan oleh FDA maupun TGA dalam penggunaannya pad ibu hamil. Namun, obat ini diabsorpsi sangat sedikit setelah pemberian oral dan hampir 100% obat diekskresikan pada tinja. Oleh karena itu, diduga obat tidak akan mempengaruhi janin, serta tidak akan mempengaruhi ASI.[10]