Penatalaksanaan Demam Dengue
Penatalaksanaan demam dengue atau dengue fever (DF) biasanya hanya membutuhkan terapi suportif seperti rehidrasi dan antipiretik/analgesik, karena DF termasuk self-limited disease. Namun, jika kondisi memburuk menjadi dengue haemorrhagic fever (DHF) maka pasien perlu perawatan dengan monitoring lebih ketat, bahkan pasien dengan dengue shock syndrome (DSS) perlu dirawat dalam unit intensif.
Penatalaksanaan Demam Dengue
Dengue fever (DF) umumnya bersifat self-limiting disease dan sampai sekarang tidak terdapat terapi spesifik. Pasien DF dapat rawat jalan dan hanya diberikan penanganan simptomatik, rehidrasi cairan, dan tirah baring.
Rehidrasi
Pasien disarankan rehidrasi secara oral dengan minum air putih, jus buah, dan cairan lain yang mengandung elektrolit dan gula. Tujuan rehidrasi untuk mengembalikan cairan yang hilang akibat demam dan muntah.
Paracetamol
Pasien dengan demam tinggi perlu diberikan paracetamol sebagai analgesik dan antipiretik. Pemberian aspirin, ibuprofen, dan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) lain tidak disarankan karena dapat mencetuskan gastritis dan perdarahan lambung.
Rawat Jalan dan Tirah Baring
Pasien dapat dirawat jalan dan tirah baring di rumah. Namun, pasien harus diberikan peringatan untuk kembali konsultasi ke dokter apabila timbul warning sign atau tanda bahaya, seperti tidak terdapat perubahan klinis, perburukan keadaan, nyeri abdomen berat, muntah terus menerus, ekstremitas dingin dan lembab, letargi atau iritabilitas, perdarahan yang signifikan, dan tidak mengeluarkan urin selama 4−6 jam.[1-3]
Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue
Kebutuhan rawat inap untuk pasien dengue haemorrhagic fever (DHF) bukan berdasarkan jumlah trombosit. Pasien DHF perlu dirawat inap untuk observasi ketat jika terdapat tanda bahaya, seperti perdarahan yang signifikan, nyeri abdomen berat, muntah masif, akral dingin, letargi, iritabilitas, dan tidak mengeluarkan urin selama 4−6 jam.[1-3]
Kehamilan, bayi, lansia, obesitas, diabetes melitus, gagal ginjal, dan penyakit hemolitik kronis termasuk pasien dengan risiko penanganan yang lebih rumit, sehingga membutuhkan monitoring ketat. Penanganan DHF tergantung tanda bahaya atau fase kritis pada pasien. Pemberian transfusi darah, berupa packed red cells atau fresh whole blood, dapat diperlukan pada komplikasi perdarahan.[1-3]
Rehidrasi Intravena
Pada pasien DHF diberikan cairan isotonik secara intravena, seperti salin normal (NaCl 0,9%), ringer laktat, atau cairan Hartmann dengan dosis pemberian:
- Berikan awal 5−7 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam
- Kurangi menjadi 3−5 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam
- Kurangi kembali menjadi 2−3 mL/kgBB/jam, kemudian cek hematokrit
- Jika hematokrit tetap atau membaikl, maka tetap berikan 2−3 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam
- Jika hematokrit meningkat atau pasien memburuk, maka berikan 5−10 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam
- Lakukan pemeriksaan klinis pasien dan hematokrit secara berulang setiap 1-4 jam untuk menentukan dosis terapi cairan
- Berikan dosis rumatan[1-3]
Monitoring Berkala
Pada pasien DHF dengan tanda bahaya, harus dilakukan monitoring untuk memantau perkembangan penyakit dan menentukan tata laksana. Monitoring terdiri dari:
Urine output setiap 4−6 jam, dengan sasaran 0,5 mL/kgBB/jam
- Tanda-tanda vital dan perfusi perifer setiap 1−4 jam, sampai pasien keluar dari fase kritis
- Hematokrit sebelum dan sesudah pemberian cairan, atau setiap 6−12 jam
- Gula darah dan fungsi organ, seperti ginjal, liver, dan profil koagulasi (prothrombin time, activated partial thromboplastin time, fibrinogen, dan D dimer)[1-3]
Penatalaksanaan Dengue Shock Syndrome
Pasien DSS umumnya memerlukan perawatan intensive care unit (ICU). Penatalaksanaannya dibagi menjadi terapi DSS dengan syok terkompensasi dan DSS dengan syok hipotensi.
DSS dengan Syok Terkompensasi
DSS dengan syok terkompensasi merupakan pasien dengan tekanan darah sistolik normal, tetapi memiliki tanda perfusi perifer menurun. Penanganan yang dilakukan adalah resusitasi cairan kristaloid isotonik dengan dosis awal 5−10 mL/kgBB/jam selama 1 jam, kemudian periksa kondisi klinis pasien.
Apabila keadaan pasien membaik, maka cairan dikurangi dengan ketentuan:
- 5−7 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam
- 3−5 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam
- 2−3 mL/kgBB/jam dan dipantau selama 24−48 jam[1-3]
Apabila keadaan pasien tidak membaik setelah monitoring 1 jam pertama dan hematokrit tetap tinggi (>50%), maka ketentuan resusitasi cairan:
- Bolus 10−20 mL/kgBB/jam dalam 1 jam,
- Apabila keadaan pasien membaik, maka cairan dikurangi menjadi 7−10 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam
- Apabila, keadaan memburuk, maka pasien dapat dilakukan pemeriksaan hematokrit kembali dan diberikan. bolus 10-20 mL/kgBB/jam kembali apabila hematokrit masih tinggi atau meningkat
- Kemudian dikurangi sesuai dengan keadaan membaik[1-3]
DSS dengan Syok Hipotensi
DSS dengan syok hipotensi adalah pasien dengan tanda-tanda nadi lemah, pulse pressure sempit (<20 mmHg), hipotensi berdasarkan umur, akral dingin, lembab, dan gelisah. Penanganan adalah resusitasi cairan isotonik seperti 0,9% salin dan ringer laktat, atau cairan koloid seperti dextran atau haes-steril. Pemberian dosis awal 20 mL/kgBB, bolus selama 15 menit, kemudian periksa kondisi klinis pasien.
Jika kondisi pasien membaik, maka cairan kristaloid atau koloid dapat diturunkan dengan ketentuan:
- 10 mL/kgBB/jam selama 1 jam
- 5−7 mL/kgBB/jam selama 1−2 jam
- 3−5 mL/kgBB/jam selama 2−4 jam
- 2−3 mL/kgBB/jam[1-3]
Jika setelah bolus pertama kondisi pasien tidak membaik dan hematokrit tetap meningkat, maka maka ketentuan resusitasi:
- Cairan koloid 10−20 mL/kg sebagai bolus kedua selama 0,5−1 jam
- Jika keadaan membaik, maka cairan dikurangi menjadi 7−10 mL/kg/jam selama 1−2 jam
- Ganti menjadi cairan kristaloid, kemudian dikurangi sesuai dengan keadaan membaik[1-3]
Apabila tanda vital tetap tidak stabil dan hematokrit rendah, maka kemungkinan terdapat perdarahan yang membutuhkan transfusi darah segera. Jenis transfusi darah yang dapat diberikan adalah packed red cells 5‒10 ml/kgBB atau fresh whole blood 10‒20 ml/kgBB.[1-3]
Penatalaksanaan Fase Pemulihan
Setelah keadaan pasien stabil, pemberian cairan intravena tetap dibutuhkan sampai 24─48 jam selanjutnya. Gejala dan tanda pemulihan di antaranya tanda vital stabil, suhu normal, nafsu makan membaik, nyeri perut dan muntah tidak ada, dan tanda perdarahan seperti petekie atau ruam kulit menghilang. Sedangkan hasil pemeriksaan urin output adekuat dan hematokrit stabil.[1-3]
Pemberian cairan intravena dihentikan bila hematokrit di bawah 40%, dan volume intravaskular adekuat. Keadaan ini menandakan bahwa tubuh pasien telah meresorpsi cairan ekstravaskuler, sehingga menurunkan risiko komplikasi overload volume dalam pembuluh darah.[1-3]
Indikasi Pulang Rawat
Pasien yang rawat inap dapat dipulangkan jika sudah tercapai semua kondisi berikut:
- Demam hilang selama 48 jam tanpa obat antipiretik
- Secara klinis membaik, seperti tanda vital stabil, tidak ada gangguan pernafasan, dan asupan makan baik
- Hasil laboratorium memperlihatkan trend peningkatan jumlan trombosit , dan hematokrit stabil tanpa cairan intravena[3]
Perlu juga dipahami tata laksana demam dengue pada infant, anak, serta ibu hamil.