Pendahuluan Demam Rematik
Demam rematik atau rheumatic fever terjadi sebagai sekuele awitan lambat dari demam Scarlet, faringitis, tonsilitis, ataupun pyoderma akibat infeksi group A beta-hemolytic Streptococcus (GABHS), menyebabkan inflamasi autoimun. Demam rematik memiliki awitan akut sehingga lebih sering disebut demam rematik akut. Pada kasus yang jarang, demam rematik kronik dapat terjadi jika demam rematik akut tidak diterapi atau terapi tidak adekuat.[1-3]
Demam rematik memiliki manifestasi klinis bervariasi dan belum ada tes diagnostik spesifik untuk demam rematik. Diagnosis demam rematik ditegakkan melalui penilaian klinis terhadap manifestasi demam rematik, dengan mempertimbangkan kemungkinan diagnosis banding lain. Manifestasi utama demam rematik yang dapat muncul yaitu karditis, artritis, korea Sydenham, eritema marginatum, dan nodul subkutan.
Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk membantu mengarahkan diagnosis, antara lain pemeriksaan elektrokardiografi, ekokardiografi, dan pemeriksaan penanda peradangan. Infeksi GABHS dapat dibuktikan dengan menemukan hasil kultur positif pada tenggorokan atau peningkatan anti streptolisin O atau antibodi streptokokus lainnya seperti anti-Dnase B.[1,4]
Tata laksana pada demam rematik dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu terapi untuk eliminasi GABHS, tata laksana manifestasi klinis yang muncul, dan tata laksana umum pada episode akut seperti tirah baring, pemberian analgesik dan antipiretik, serta asupan makan.
Meskipun belum terbukti dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung rematik, pemberian antibiotik dianggap dapat mengurangi kemungkinan penularan. Pilihan antibiotik mencakup benzathine penicillin G (BPG), phenoxymethylpenicillin (penicillin V), cephalexin, dan azithromycin.[1,3]
Pasien demam rematik berisiko mengalami rekurensi dimana semakin meningkatkan risiko komplikasi menjadi penyakit jantung rematik. Rekurensi demam rematik dapat dicegah dengan pemberian profilaksis sekunder sehingga memberikan prognosis yang lebih baik.[1,5]
Penulisan pertama oleh: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani