Pendahuluan Human Papillomavirus (HPV)
Infeksi human papillomavirus (HPV) merupakan penyebab kanker serviks yang telah banyak didukung oleh bukti ilmiah. Selain itu, ada bukti yang mengaitkan HPV dengan kanker kepala dan leher dan kanker anogenital lain, seperti anus, vulva, vagina dan penis. Infeksi HPV adalah penyakit menular seksual yang paling umum, meskipun biasanya bersifat swasirna dalam 2 tahun. HPV merupakan virus yang terjadi melalui kontak langsung dan menyebabkan infeksi pada epitel kulit atau membran mukosa.
Di seluruh dunia, risiko terinfeksi setidaknya sekali seumur hidup di antara laki-laki dan perempuan adalah 50%.[1-3,20,21] Berbagai faktor risiko dapat mempengaruhi infeksi HPV, termasuk perilaku seks dan sistem imun tubuh. Pada ibu hamil, saat persalinan dapat terjadi penularan infeksi HPV kepada bayi. Selain itu, kondisi imunokompromais, seperti HIV, dapat mempengaruhi keparahan infeksi HPV.[1,2]
HPV Onkogenik dan Nononkogenik
HPV dikaitkan dengan berbagai penyakit, seperti kanker serviks, karsinoma nasofaring, karsinoma sel skuamosa, serta kanker anal. Berdasarkan pada potensi onkogenik, HPV dibagi menjadi:
- Risiko tinggi (HPV onkogenik) yang berpotensi karsinogenik, misalnya, HPV16, 18, 31, dan 33
- Risiko rendah (HPV non-onkogenik), misalnya HPV6 dan 11
Lesi dari infeksi HPV dapat terlihat jelas secara klinis, namun bisa juga bersifat laten. Meski begitu, mayoritas infeksi HPV bersifat laten. Infeksi laten akan membutuhkan pemeriksaan untuk mendeteksi DNA virus. Kutil merupakan lesi klinis yang lebih sering ditemukan dibandingkan keganasan.[5]
Pendekatan Terapi
Intervensi tidak dianjurkan untuk infeksi subklinis anogenital atau infeksi HPV mukosa tanpa adanya displasia yang menyertai. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa pengobatan menghilangkan infeksi HPV atau mengurangi infektivitas.[1]
Pada neoplasia genitalia yang terkait HPV, tata laksana menitikberatkan pada pencegahan sekunder melalui identifikasi dini penyakit. Meski demikian, eksisi bedah telah dilaporkan memberikan luaran yang baik. Terapi kemoradiasi telah dilaporkan berkontribusi terhadap 66-79% kesintasan 5 tahun kanker serviks.
Pada kasus kondiloma akuminata, krioterapi, asam triklorasetat, dan eksisi bedah dilaporkan menghasilkan angka klirens yang tinggi. Terapi yang dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien adalah penggunaan podofilotoksin dan imiquimod. Risiko rekurensi mencapai 30-40%.[6]
Mayoritas vaksin HPV yang ada saat ini menunjukkan perlindungan yang kuat terhadap jenis HPV yang berkaitan dengan kanker dan kondiloma. Vaksin HPV diberikan pada anak laki-laki maupun perempuan usia 11-12 tahun. Vaksin diberikan sebanyak 2 dosis dengan jarak minimal 6 bulan.[4,22-24]