Edukasi dan Promosi Kesehatan Hepatitis D
Edukasi dan promosi kesehatan terkait infeksi virus hepatitis D atau HDV dilakukan berkaitan dengan terapi suportif untuk pasien dengan infeksi HDV serta vaksinasi hepatitis B bagi kelompok berisiko. Kelompok berisiko yang dimaksud, antara lain adalah tenaga kesehatan, mereka yang aktif secara seksual, serta pengguna jarum suntik.
Edukasi Pasien
Edukasi pasien yang mengalami infeksi HDV meliputi perjalanan penyakit yang dapat menjadi kronik.
Selain itu, pasien juga harus diedukasi untuk tidak mengkonsumsi obat yang sifatnya hepatotoksik, seperti paracetamol. Apabila pasien memiliki penyakit kronis atau infeksi yang memerlukan terapi rutin dengan obat tertentu dengan jangka panjang yang sifatnya hepatotoksik, seperti aspirin dan isoniazid, maka pasien harus dikonsulkan kembali untuk kontrol atau mengganti pengobatan.[25]
Diet dan Cara Makan
Pasien perlu diinformasikan mengenai diet dan cara makan, mengingat keluhan mual dan muntah yang mungkin akan mengganggu intake makanan pasien. Pada infeksi HDV pasien disarankan untuk diet tinggi kalori untuk mencegah terjadinya katabolisme, protein 1,25 sampai 1,5 g/kgBB/hari, dan diet lemak yang tidak jenuh (unsaturated) yang cukup sesuai kebutuhan.[25]
Pasien harus diedukasi mengenai cara makan yang dapat meningkatkan asupan pada keadaan mual dan muntah, misalnya dengan makan dengan porsi sedikit tapi sering. Selain itu, pasien juga perlu diedukasi kemungkinan mendapatkan terapi NGT dan diet parenteral apabila kebutuhan nutrisi tidak tercapai.[25]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Masyarakat perlu mendapat edukasi mengenai pencegahan penularan hepatitis D yang koinfeksi atau superinfeksi dengan virus Hepatitis B dan penapisan pada individu berisiko tinggi. Berikut upaya pencegahan dan pengendalian yang dapat dilakukan:
- Penggunaan jarum suntik yang aman dan alat pelindung kesehatan di lingkungan pelayanan kesehatan
- Perilaku seksual yang sehat; tidak berganti-ganti pasangan, menggunakan kondom saat berhubungan seksual
- Tidak menggunakan tato atau tindik yang tidak diketahui sterilitas peralatannya[1]
Vaksinasi terhadap HBV
Vaksinasi terhadap Hepatitis B virus (HBV) dapat mencegah koinfeksi dan superinfeksi HDV, saat bayi baru lahir, usia 2, 3 dan 4 bulan, booster usia 18 bulan, serta anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang belum vaksinasi hepatitis B. Imunisasi hepatitis B mengurangi risiko infeksi HDV akibat infeksi HBV dan tidak memberikan perlindungan terhadap HDV bagi mereka yang sudah terinfeksi HBV.