Patofisiologi Hepatitis D
Patofisiologi infeksi virus hepatitis D atau HDV diawali oleh infeksi hepatitis B virus. Virus hepatitis D merupakan patogen yang defected, sehingga membutuhkan glikoprotein virus hepatitis B atau HBV untuk replikasi. Patogenesis HDV bervariasi dan tergantung pada cara infeksi HDV dan HBV.[3,8]
Infeksi HDV dan HBV secara simultan akan menyebabkan hepatitis akut (koinfeksi), sedangkan superinfeksi HDV dari HBV kronis akan mengakibatkan infeksi HDV kronis yang dapat berkembang menjadi sirosis hepatis, dekompensasi hati, dan karsinoma hepatoseluler (Hepatocellular Carcinoma /HCC).[3,8]
Struktur Virus dan Siklus Hidup Virus Hepatitis D (HDV)
Untuk dapat lebih memahami patofisiologi infeksi virus Hepatitis D (HDV), maka kita harus lebih dulu memahami struktur dan siklus hidup HDV. Struktur HDV terdiri dari bagian terluar sebagai envelope lipoprotein, antigen Delta (HDAg), dan RNA single-stranded milik HDV.[26]
Bagian envelope lipoprotein menyelimuti bagian terluar virus dan dibentuk oleh antigen permukaan virus Hepatitis B/HBV (HBsAg). Struktur RNA milik HDV diliputi oleh antigen Delta (HDAg) yang terdiri dari 2 isoform/tipe menurut struktur dan fungsinya, yaitu small (S-HDAg) dan large HDAg (L-HDAg).[26]
Replikasi HDV terjadi di hepatosit dan membutuhkan RNA-polimerase milik host (hepatosit manusia) untuk replikasi. Saat menginfeksi hepatosit, RNA milik HDV masuk nukleus hepatosit milik host dan bertemu dengan RNA polimerase milik host.[26]
Enzim RNA polimerase membantu transkripsi RNA HDV dan membentuk S-HDAg, kemudian S-HDAg mengaktivasi proses replikasi RNA HDV. Proses replikasi kemudian berlanjut dan mengganti stop codon (UAG) menjadi triptofan dan membentuk L-HDAg yang menghentikan proses replikasi dan “mengemas” partikel virion HDV ke dalam envelope HBsAg.[26]
Gambar 1. Struktur Virus Hepatitis D (HDV)
Infeksi Virus Hepatitis D (HDV)
Infeksi HDV mungkin memiliki efek sitopatik langsung yang diperkirakan berhubungan dengan small hepatitis D antigen (SHDAg). Selain itu, respons imun bawaan (innate) dan adaptif juga terlibat dalam memediasi kerusakan hati. Large hepatitis D antigen (LHDAg) meningkatkan respons inflamasi dengan mengaktifkan signal transducer and activator of transcription 3 (STAT3) dan NF-kB, meskipun ini mungkin membantu membersihkan sel yang terinfeksi HDV.[3,8]
Reaksi inflamasi ini menyebabkan terjadinya stress retikulum endoplasma (RE), sehingga menyebabkan misfolded protein, reaksi inflamasi terhadap sel yang mati (nekroinflamasi), peningkatan produksi reactive oxygen species (ROS). Pada akhirnya hal ini dapat memicu terjadinya hepatocellular carcinoma (HCC).[3,8]
Hepatitis D virus (HDV) mungkin juga memiliki kemampuan untuk mengganggu interferon (IFN) alfa, dengan memblokir aktivasi dan translokasi protein signal transducer and activator of transcription (STAT). Hal ini menyebabkan infeksi HDV menjadi persisten dan berkembang menjadi kronik progresif, lalu merusak hepar, serta mengganggu terapi dengan IFN alfa.[3,8]