Prognosis Hepatitis D
Koinfeksi atau superinfeksi dengan virus hepatitis B atau HBV menyebabkan prognosis pada infeksi virus hepatitis D atau HDV lebih buruk daripada infeksi HBV saja. Hal ini disebabkan karena infeksi HDV dengan HBV lebih cepat berkembang menjadi sirosis hepatik serta angka mortalitas yang mencapai 2-20%.[6,7]
Prognosis hepatitis D ditentukan oleh beberapa aspek, yaitu dari tingkat akut maupun kronisitas penyakit. Kondisi pasien dengan penyakit komorbid, seperti koinfeksi dengan HIV, kondisi imunosupresi, perilaku seksual berisiko tinggi.[6,7]
Komplikasi
Komplikasi superinfeksi HDV akut adalah gagal hati akut. Risiko komplikasi ini lebih besar dibandingkan dengan kasus koinfeksi akut HDV. Hasil dari infeksi kronik HDV dilaporkan lebih berat dibandingkan dengan infeksi HBV kronik. Risiko hepatocellular carcinoma (HCC) sebagai komplikasi dari sirosis, tiga kali lebih tinggi pada pasien koinfeksi dibandingkan pasien dengan infeksi HBV saja (HBV mono-infection).[6,24]
Prognosis
Dibandingkan dengan infeksi HBV atau virus hepatitis C (HCV) kronis, infeksi HDV kronis memiliki prognosis perjalanan penyakit yang lebih parah terutama pada liver, karena lebih cepat progresi ke sirosis hepatik. Infeksi HDV kronis berkembang menjadi sirosis hepatik dalam waktu 2 tahun pada 10%-15% kasus, dan dalam 5 sampai 10 tahun hingga 80% kasus.[3]
Sekitar 90% dari pasien dengan superinfeksi hepatitis D berkembang menjadi hepatitis D kronis. Pasien dengan infeksi HDV lebih berisiko untuk mengalami decompensated liver disease dibandingkan pasien dengan infeksi HBV saja.[3,24,25]
Infeksi HDV lebih berisiko berkembang menjadi sirosis hepatik dan hepatocellular carcinoma (HCC). Hepatitis D yang sudah mencapai tahap gagal hati akut, cenderung memiliki prognosis yang buruk dengan tingkat kematian yang tinggi jika transplantasi hepar tidak tersedia.[3,24,25]