Pendahuluan Penyakit Lyme
Penyakit Lyme atau borreliosis Lyme adalah infeksi oleh bakteri Borrelia, terutama Borrelia burgdorferi yang ditransmisikan melalui gigitan ticks atau kutu Ixodes. Penyakit ini dibagi menjadi tiga fase, yaitu penyakit lokal awal, penyakit diseminasi awal, dan penyakit Lyme tahap akhir.[1,2]
Pada fase penyakit lokal awal, pasien memiliki ciri khas eritema migrans yang muncul di area gigitan kutu dan tampak berwarna kemerahan atau ungu dengan penyembuhan sentral. Setelah beberapa minggu atau bulan, fase penyakit diseminasi awal mungkin terjadi. Fase ini umumnya disertai komplikasi neurologis, jantung, dan okular. Beberapa manifestasi klinis yang dapat ditemukan adalah palsi nervus fasialis (VII), radikulopati, meningitis, AV blok, miokarditis, perikarditis, dan konjungtivitis.
Pasien yang tidak ditangani dengan baik lalu dapat masuk ke fase ketiga, yaitu penyakit Lyme tahap akhir. Pada fase ini, umumnya dapat ditemukan artritis monoartikular atau oligoartikular, ensefalomielitis, neuropati perifer, atau ensefalopati.[3,4]
Pada daerah endemis, diagnosis umumnya dapat ditegakkan hanya dengan riwayat gigitan kutu dan manifestasi klinis yang sesuai. Akan tetapi, bila diagnosis yang lebih definitif diperlukan, tes serologi dua tahap dapat dilakukan. Tahap pertama meliputi tes enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA) atau indirect fluorescent-antibody (IFA). Hasil positif pada tes tahap pertama kemudian harus dikonfirmasi dengan tes tahap kedua, yaitu dengan pemeriksaan Western blot.[4,5]
Penatalaksanaan utama penyakit Lyme adalah dengan antibiotik. Pasien dalam dua fase awal yang memiliki manifestasi klinis ringan disarankan menerima antibiotik oral, seperti doxycycline, amoxicillin, atau cefuroxime axetil. Pada penyakit Lyme tahap akhir dengan manifestasi klinis sedang sampai berat, antibiotik intravena seperti ceftriaxone, cefotaxime, dan penicillin G disarankan.[2,4,6]