Pendahuluan Pertusis
Pertusis, atau sering disebut batuk rejan, adalah infeksi saluran napas menular yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Bakteri Bordetella pertussis merupakan bakteri kokobasilus Gram negatif. Diagnosis pertusis ditegakkan dari temuan klinis yang sesuai dengan perjalanan penyakit pertusis, didukung oleh kultur sebagai baku emas.[1-3]
Gejala awal pertusis sulit dibedakan dari infeksi saluran pernapasan minor. Secara garis besar, pada pertusis batuk yang awalnya intermiten menjadi paroksismal dan sering disertai whoop inspiratorik. Batuk paroksismal biasanya berlangsung selama 1-6 minggu atau bahkan lebih. Setelah fase paroksismal lewat, batuk non-paroksismal dapat berlanjut selama 2-6 minggu atau lebih.[1,2]
Diagnosis definitif pertusis adalah menggunakan pemeriksaan kultur dari sampel nasofaring posterior. Pemeriksaan lain yang dapat menunjang diagnosis antara lain pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR), pemeriksaan serologi, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan rontgen toraks.[1-3]
Penatalaksanaan pertusis terdiri atas terapi antibiotik dan terapi suportif. Terapi antibiotik yang diberikan sedini mungkin dapat secara efektif menurunkan risiko keparahan dan transmisi penyakit. Pilihan utama antibiotik untuk terapi pertusis yaitu azithromycin, clarithromycin, dan erythromycin. Terapi suportif seperti oksigenasi, suction, hidrasi, dan asupan nutrisi dapat dilakukan sesuai indikasi.[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Maria Rossyani