Diagnosis Fibromyalgia Syndrome
Diagnosis fibromyalgia syndrome perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan nyeri kronik di banyak tempat di tubuhnya. Tingkat keparahan nyeri umumnya stabil, dan bertahan selama setidaknya 3 bulan.[7]
Anamnesis
Kecermatan dokter dalam anamnesis diperlukan karena pasien dengan fibromyalgia syndrome mungkin tidak mengeluhkan nyeri pada seluruh tubuh. Nyeri yang terjadi kemungkinan besar berawal dari nyeri fokal, sehingga sebaiknya klinisi menggali riwayat nyeri pada lokasi lain.
Karakteristik Nyeri
Nyeri pada fibromyalgia syndrome umumnya sudah terjadi selama 3 bulan atau lebih. Nyeri bersifat persisten, bilateral, tanpa adanya cedera pada jaringan tubuh. Lokasi nyeri cenderung sering pada daerah sentral, yakni leher, bahu, dan belakang mata. Nyeri lebih jarang pada area perifer.[2,4,6]
Keluhan Selain Nyeri
Selain nyeri, pasien dengan fibromyalgia juga mungkin mengalami kelelahan yang sulit dijelaskan, kesulitan tidur, dan gangguan pada kognisi, misalnya penurunan konsentrasi, kesulitan dalam mengingat, dan kesulitan dalam berpikir jernih. Aktivitas yang biasanya ringan akan dengan mudah menyebabkan lelah. Tidur terasa tidak memuaskan meskipun mendapatkan waktu yang cukup, yang bermanifestasi berupa kelelahan ketika bangun tidur dan mudah terbangun.[1,2]
Sensitivitas Sensorik
Perubahan pada pemrosesan nyeri mungkin mengakibatkan perubahan sensitivitas pada cahaya, suara, dan suhu lingkungan. Fluktuasi pada sensorik tersebut dipersepsikan berlebihan dan mengakibatkan ketidaknyamanan pada pasien. Pasien yang mengalami ketidaknyamanan tersebut kemudian menghentikan aktivitas, namun justru tiadanya aktivitas menyebabkan semakin nyeri.[1,2]
Riwayat Pengobatan
Pasien ketika datang berobat umumnya sudah mencoba terapi terhadap nyeri, dengan hasil yang tidak memuaskan. Efektivitas yang rendah dari obat antinyeri atau rehabilitasi tanpa ditemukan kelainan struktural pada anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan kemungkinan adanya gangguan pada persarafan.[1,2]
Gangguan Mood
Gangguan suasana perasaan berhubungan dengan fibromyalgia, yaitu penurunan motivasi yang mengarah kepada depresi dan kecemasan. Kondisi yang kronis, mengganggu, dan ketidakefektifan dari terapi mengakibatkan pasien frustrasi.[1,2]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada fibromyalgia syndrome bertujuan untuk memberikan konfirmasi terhadap diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan dilakukan terkait dengan nyeri. Evaluasi fisik lainnya umumnya normal.[2]
Palpasi nyeri
Pemeriksaan palpasi nyeri menggunakan regio tubuh 1-5, sebagai berikut:
- Atas kiri: rahang kiri, bahu kiri, lengan atas kiri, lengan atas bawah atau pergelangan tangan kiri, siku kiri
- Atas kanan: rahang kanan, bahu kanan, lengan atas kanan, lengan atas atau pergelangan tangan, siku kanan
- Bawah kiri: paha atau bokong kiri, tungkai atas atau pangkal paha kiri, tungkai bawah atau pergelangan kaki kiri, lutut kiri
- Bawah kanan: paha atau bokong kanan, tungkai atas atau pangkal paha kanan, tungkai bawah atau pergelangan kaki kanan, lutut kanan
- Aksial: leher, punggung atas, punggung bawah, dada, perut[1,8]
Pertama, klinisi menentukan titik yang akan dipalpasi, kemudian palpasi dilakukan dengan menekan titik evaluasi dengan jempol tangan dominan pemeriksa. Tekanan pada titik dilakukan hingga buku jari klinisi memutih, dilakukan bertahap selama 4 detik. Untuk menghindari sensitisasi berlebihan, titik evaluasi hanya dipalpasi sekali.
Apabila nyeri, pasien diminta untuk menentukan skor nyeri dari 0 atau tidak nyeri sama sekali hingga 10 atau nyeri hebat. Untuk hasil positif dibutuhkan skor nyeri minimal 2. Akumulasi dari nilai nyeri pada 18 titik dirata-rata sehingga didapat nilai fibromyalgia intensity score (FIS). Nilai ini juga bisa digunakan untuk mengevaluasi efikasi terapi.
Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis dari American College of Rheumatology (ACR) menggabungkan adanya nyeri pada regio tubuh (widespread pain index – WPI), dan gejala yang menyertai (symptom severity scale – SSS). Skor maksimal WPI adalah 19, sedangkan SSS adalah 12. Kriteria diagnosis adalah sebagai berikut:
- WPI ≥7 dan SSS ≥5 ATAU WPI 4-6 dan SSS ≥9
- Nyeri generalisata, yaitu nyeri pada setidaknya 4-5 regio tubuh
- Keluhan sudah ada selama ≥3 bulan
Penghitungan WPI menggunakan checklist antara 0-19. Gejala pada SSS meliputi lelah, gangguan dalam berpikir atau mengingat, dan bangun namun tidak merasa segar. Intensitas dari gejala menggunakan skala likert dari 0 (tidak ada masalah) hingga 3 (berat).
Terkadang skor pada pasien berada mendekati nilai ambang batas. Pada kondisi ini, klinisi perlu memperhatikan bahwa komorbid medis tertentu dapat mempengaruhi persepsi nyeri pada pasien, misalnya penyakit reumatologi. Penanganan terhadap komorbid dapat memperbaiki interpretasi nyeri pada pasien agar lebih akurat.[2,4]
Diagnosis Banding
Karena gejala yang tidak spesifik, diagnosis banding dari fibromyalgia syndrome cukup luas. Perlu dicatat bahwa fibromyalgia syndrome bukan kondisi eksklusi dan adanya kondisi lain tidak menghilangkan diagnosis fibromyalgia syndrome. Pada umumnya, tidak ada pemeriksaan laboratorium spesifik yang membedakan fibromyalgia syndrome dari penyakit lain. Meskipun demikian, pemeriksaan laboratorium dapat membantu menemukan penyakit penyerta.[1,4]
Sindrom Nyeri Miofasial
ditandai dengan nyeri muskuloskeletal yang berulang. Berbeda dengan fibromyalgia syndrome, kondisi ini memiliki ciri khas berupa adanya myofascial trigger point (MTrPs).[13]
Chronic Fatigue Syndrome
Chronic Fatigue Syndrome juga bisa menyebabkan nyeri kronis seperti pada fibromyalgia syndrome. Berbeda dengan fibromyalgia syndrome, kondisi chronic fatigue syndrome cenderung didominasi dengan gejala lemah dan letih yang disertai nyeri yang tidak terlokalisir.[18]
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan fibromyalgia syndrome, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium dan pencitraan. Penelitian telah dilakukan untuk menemukan marker unik pada fibromyalgia syndrome, namun hingga sekarang tidak ada tes klinis yang terbukti bermanfaat.[1,5]
Pemeriksaan laboratorium dapat membantu menemukan komorbid lain, misalnya hipotiroid dan penyakit reumatik. Pemeriksaan yang mungkin dapat bermanfaat mencakup pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, C-reactive protein, kreatinin kinase, fungsi hati, thyroid stimulating hormone, dan glukosa darah. Pemeriksaan penunjang dipilih berdasarkan temuan klinis pasien.[1,2]
Penulisan pertama oleh: dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ