Patofisiologi Fobia Spesifik
Patofisiologi fobia spesifik dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara faktor biologis, psikologis, dan sosial atau lingkungan. Fobia spesifik berkaitan dengan ketakutan yang terbatas, terus-menerus, dan tidak masuk akal terhadap objek atau situasi tertentu. Beberapa contoh fobia spesifik adalah ophidiophobia (fobia ular), arachnophobia (fobia laba-laba), acrophobia (fobia ketinggian), dan aerophobia (fobia terbang) [5]
Neurobiologis
Penelitian neuroimaging menemukan beberapa jaras neuroanatomi terlibat dalam patofisiologi fobia spesifik. Pada fobia spesifik ditemukan adanya hiperaktivitas struktur yang berhubungan dengan respon emosi negatif, yaitu amigdala dan insula. Peningkatan aktivitas juga ditemukan di bed nuclei of striae terminalis (BNST) dan korteks cinguli anterior kanan sebagai area yang merespon ancaman yang tidak bisa diprediksi sebelumnya.
Untuk fobia dengan stimulus visual dilaporkan bahwa reaksi fobik akan mengaktivasi area pengenalan objek (object recognition) di otak dan deaktivasi area prefrontal yang secara kognitif mengendalikan area-area yang memicu emosi (emotion triggering) seperti amigdala.
Penelitian lain juga menunjukkan adanya perubahan volume white dan gray matter otak pada pasien dengan fobia spesifik. Namun temuan ini sangat tergantung dengan jenis fobia dan masih belum jelas. Misalnya, pasien dengan fobia dental mempunyai volume gray matter yang lebih besar pada area yang memproses emosi (girus cinguli anterior subgenu dekstra, insula sinistra, korteks orbitofrontal sinistra, dan korteks prefrontal sinistra) dibandingkan pasien dengan fobia ular.[5]
Faktor Kognitif
Pasien dengan fobia spesifik mempunyai bias atensi terhadap informasi-informasi yang berhubungan dengan ancaman, termasuk peningkatan kemampuan deteksi ancaman, serta distorsi persepsi dan kognisi yang sesuai dengan fobianya. Meskipun hal ini bukan menjadi penyebab fobia, namun hal ini yang menyebabkan fobia terus menerus berlangsung. Bias atensi diperkirakan merupakan akibat dari proses neurobiologis yang dijelaskan di atas.[5]
Faktor Sosial dan Lingkungan
Proses learning merupakan salah satu proses yang terlibat dalam patofisiologi terjadinya fobia spesifik. Ada 3 jalur yang berperan:
Conditioning langsung lewat pengalaman traumatik pada situasi fobik yang menimbulkan kesakitan atau ketakutan (misalnya digigit anjing atau terlibat dalam kecelakaan)
- Belajar dari observasi langsung terhadap orang lain yang seolah-olah terjadi pada dirinya sendiri, berupa mengamati orang lain ketakutan dalam situasi fobik
- Melalui transmisi informasi, yaitu belajar untuk menjadi ketakutan berdasarkan informasi verbal yang didapatkan dari orang lain atau dari media[5,6]
Jalur Evolusi
Beberapa respon takut atau cemas muncul tanpa adanya pemicu. Hal ini diperkirakan karena manusia secara alami takut pada hal-hal ini. Rasa takut alami ini yang menyebabkan beberapa individu bisa dengan mudah mengalami ketakutan berlebihan terhadap suatu objek sehingga timbul fobia.[5]