Epidemiologi Narkolepsi
Epidemiologi narkolepsi menunjukkan bahwa gangguan ini sangat jarang ditemukan, yaitu berkisar 0,02% hingga 0,04% pada sebagian besar wilayah di dunia. Sekitar 10-15% pasien dengan narkolepsi mempunyai awitan gejala di bawah usia 10 tahun. Prevalensi narkolepsi setara pada pria dan wanita.[1]
Global
Pada sebagian besar wilayah di dunia, prevalensi narkolepsi sangat rendah, yaitu berkisar antara 0,02-0,04%.[6]
Prevalensi narkolepsi di Eropa dan Amerika Utara diperkirakan antara 200-500 orang per 1.000.000 individu. Prevalensi tertinggi ditemukan di populasi Jepang sebesar 1.600 orang per 1.000.000 individu, dan terendah di populasi Yahudi dan Arab yaitu 2-40 orang per 1.000.000 individu.[1]
Narkolepsi biasanya memiliki awitan pada masa remaja (15-25 tahun) dan puncak awitan kedua adalah pada usia sekitar 30-35 tahun. Sekitar 10-15% pasien dengan narkolepsi mempunyai awitan gejala di bawah usia 10 tahun.[1,6]
Indonesia
Belum ada penelitian mengenai prevalensi kasus narkolepsi di Indonesia. Penelitian oleh Nur aini et al melaporkan prevalensi gangguan tidur pada remaja di Indonesia adalah 38% untuk remaja di daerah urban dan 37,7% di daerah suburban. Namun penelitian ini menggunakan instrumen self report yang mengukur gangguan tidur secara umum.[7]
Mortalitas
Sebuah studi melaporkan bahwa pasien dengan narkolepsi mengalami peningkatan kemungkinan mortalitas 1,5 kali lipat dibandingkan mereka yang tidak mengalami narkolepsi.[8] Kondisi ini juga menyebabkan morbiditas bermakna, seperti kesulitan akademik, gangguan dalam pekerjaan dan finansial, gangguan hubungan sosial, dan depresi atau kecemasan.[1,4,5]