Pendahuluan Bronkiektasis
Bronkiektasis atau bronchiectasis adalah penyakit pernapasan kronis, yang ditandai dengan sindrom klinis berupa batuk, produksi sputum, dan infeksi bronkial. Gambaran radiologis menunjukkan dilatasi abnormal permanen pada lumen bronkial. Bronkiektasis lebih sering ditemukan pada individu berusia >75 tahun dan anak-anak.[1,2]
Patofisiologi bronkiektasis belum diketahui pasti tetapi diduga melibatkan infeksi bakteri persisten, gangguan respons imun, dan gangguan klirens mukosiliar. Patogen yang sering menyebabkan infeksi pada pasien bronkiektasis adalah Haemophilus influenzae dan Pseudomonas aeruginosa. Organisme lain yang juga ditemukan walaupun jarang adalah Moraxella catarrhalis, Staphylococcus aureus, dan Enterobacteriaceae spp.
Diagnosis bronkiektasis didasarkan pada pemeriksaan klinis dan radiologis. Pasien bronkiektasis sering datang dengan keluhan batuk kronis, sputum mukopurulen, dan infeksi paru berulang. Namun, keluhan berupa sesak napas, rhinosinusitis, rasa lelah, hemoptisis, dan nyeri toraks juga dapat muncul. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan meliputi rontgen toraks, uji fungsi paru, dan CT scan dada.[2-4]
Penatalaksanaan bronkiektasis ditujukan untuk mencegah eksaserbasi, mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan menghentikan progresivitas penyakit. Klirens saluran pernapasan dan pemberian antibiotik masih menjadi pilihan utama pada tata laksana bronkiektasis. Pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi bronkiektasis berat yang berisiko mengancam nyawa.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur