Patofisiologi Fraktur Hidung
Patofisiologi fraktur hidung biasanya melibatkan trauma langsung pada area nasal, yang dapat menyebabkan patah atau retaknya tulang hidung.[2,4]
Trauma dan Mekanisme Fraktur
Ketika terjadi trauma, tulang hidung dapat mengalami deformasi atau patah pada strukturnya. Hal ini dapat mengakibatkan perdarahan dari kapiler dan vena yang terdapat di dalam jaringan sekitar, menyebabkan epistaksis. Selain itu, kerusakan pada jaringan ikat dan otot di sekitar tulang hidung juga dapat terjadi, menyebabkan edema dan rasa nyeri.[2-4]
Inflamasi Lokal
Reaksi inflamasi lokal memainkan peran penting dalam patofisiologi fraktur hidung. Setelah terjadinya fraktur, sel-sel darah putih bermigrasi ke area cedera untuk mengatasi kerusakan jaringan. Hal ini mengakibatkan peningkatan aliran darah ke daerah tersebut, yang memperparah edema dan mengakibatkan pembengkakan di sekitar tulang hidung.
Selain itu, respons inflamasi juga dapat memicu pelepasan mediator kimia seperti prostaglandin dan sitokin, yang berperan dalam mengatur rasa nyeri dan meningkatkan permeabilitas kapiler, memperparah perdarahan dan edema.[2,4]
Gangguan Anatomi dan Fungsi Hidung
Pada kasus fraktur hidung yang parah atau yang melibatkan deviasi tulang, dapat terjadi gangguan anatomi dan fungsi hidung. Deviasi septum nasal dapat menyebabkan obstruksi saluran napas, mengakibatkan kesulitan bernapas. Komplikasi lebih lanjut, seperti infeksi sekunder atau deformitas permanen, juga dapat terjadi jika fraktur tidak diatasi dengan tepat.[2,3]