Pendahuluan Kolesteatoma
Kolesteatoma adalah abnormalitas pertumbuhan epitel skuamosa berkeratin di telinga tengah, kanal auditorius eksterna, tulang mastoid, dan petrosum. Secara umum kolesteatoma dapat dibagi 2 jenis, yaitu tipe kongenital dan didapat (acquired).
Tipe acquired dapat dibagi menjadi primer dan sekunder. Tipe primer ditandai dengan membran timpani yang intak dan umumnya gangguan terjadi di pars flaccid. Pada tipe sekunder, terjadi perforasi membran timpani dan berada pada pars tensa. Sebagian besar kasus kolesteatoma adalah tipe acquired.[3,4]
Mekanisme terjadinya kolesteatoma belum jelas, tetapi telah ditemukan beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya kolesteatoma, seperti infeksi otitis media kronis atau berulang, disfungsi tuba Eustachius, pembedahan, trauma, anomali kongenital.
Pasien kolesteatoma dapat mengeluhkan adanya otorrhea berulang, nyeri yang bersifat tumpul, gangguan pendengaran, kelemahan nervus fasialis, dan/atau ketidakseimbangan. Pada kebanyakan kasus, pasien datang dengan keluhan manifestasi komplikasi intrakranial, seperti abses otak, meningitis.
Diagnosis kolesteatoma didapatkan berdasarkan temuan pada otoskopi, yaitu adanya drainase atau jaringan granulasi pada liang telinga dan telinga bagian tengah. Selain itu, terdapat edema dan otorrhea yang dapat disertai perforasi membran timpani.
Diagnosis otitis eksterna perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT scan atau MRI. Pemeriksaan tersebut juga berguna untuk mengetahui ekstensi kolesteatoma. Selain itu, pasien perlu dilakukan pemeriksaan audiometri untuk menilai derajat keparahan gangguan pendengaran.[1,5,6]
Kolesteatoma dapat menyebabkan erosi tulang, termasuk endokranium. Lesi pada endokranium meningkatkan risiko infeksi intrakranial yang dapat berujung pada kematian.[1,2]
Kolesteatoma hanya dapat dieradikasi melalui metode reseksi dengan tindakan mastoidektomi, baik secara radikal maupun radikal yang dimodifikasi. Pemilihan metode operasi dilakukan berdasarkan penyebaran kolesteatoma, serta kondisi membran timpani dan tulang pendengaran. Setelah tindakan operatif, kolesteatoma dapat rekuren pada 3-18% kasus.[5]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja