Pendahuluan Rhinitis Vasomotor
Rhinitis vasomotor yang adalah kumpulan gejala kongesti nasal, rhinorrhea, dan bersin tanpa penyebab yang jelas. Rhinitis vasomotor adalah merupakan subtipe rhinitis nonalergi. Rhinitis vasomotor merupakan salah satu subtipe rhinitis nonalergi yang paling sering terjadi.
Etiologi dan patofisiologi rhinitis vasomotor belum jelas. Penyakit ini diduga disebabkan oleh disregulasi dari persarafan simpatis, parasimpatis, dan nosiseptif di hidung yang menyebabkan peningkatan sekresi mukus, peningkatan permeabilitas vaskular, dan bersin. Terdapat beberapa subtipe rhinitis nonalergi selain rhinitis vasomotor, dan lebih dari satu subtipe dapat terjadi secara bersamaan.[1–3,12]
Subtipe rhinitis nonalergi meliputi:
- Rhinopati nonalergi (rhinitis vasomotor atau rhinitis idiopatik)
Nonallergic rhinitis with eosinophilia (NARES)
- Rhinitis yang diinduksi obat
- Rhinitis yang diinduksi hormon
- Rhinitis atrofi
- Rhinitis senil
- Rhinitis gustatorik
Rhinitis kronis[1–3]
Selain itu, terdapat pula subtipe lain yang terjadi karena Kebocoran cairan serebrospinal yang menyebabkan rhinorrhea.[1–3]
Penegakkan diagnosis rhinitis vasomotor adalah secara klinis dengan mengeksklusi penyebab inflamasi, infeksi, dan alergi. Melalui pemeriksaan fisik bisa ditemukan rhinorrhea, obstruksi nasal, dan post nasal drip.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain tes alergi dan antibodi IgE serum spesifik untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis alergi maupun endoskopi nasal untuk memvisualisasi cavum nasal dan concha. Diagnosis rhinitis vasomotor didapat setelah semua diagnosis lain disingkirkan, sehingga dikenal pula dengan rhinitis idiopatik.[1,12]
Penatalaksanaan rhinitis vasomotor dibagi menjadi medikamentosa dan nonmedikamentosa. Edukasi harus dilakukan untuk menghindari pencetus seperti parfum, asap rokok, atau cairan pembersih rumah tangga.
Obat yang dapat digunakan antara lain kortikosteroid nasal topikal, antikolinergik topikal, antihistamin, capsaicin, dan obat simpatomimetik. Ketika terapi medikamentosa tidak bisa mengontrol gejala, dapat dilakukan terapi bedah seperti mucosal sparing inferior turbinate reduction surgery dan transeksi saraf vidian.[1]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli