Epidemiologi Benign Prostatic Hyperplasia
Epidemiologi benign prostatic hyperplasia (BPH) atau hiperplasia prostat jinak meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Di Indonesia, penelitian menunjukkan BPH mengenai hampir 50% laki-laki >50 tahun.[9,11,12]
Global
Angka kejadian BPH meningkat seiring dengan pertambahan usia. BPH merupakan tumor jinak yang paling sering terjadi pada pria, yaitu sekitar 8% pada pria usia 41-50 tahun, 50% pada usia 51-60 tahun, dan >90% pada usia >80 tahun. Pada usia 55 tahun, sekitar 25% pria mengalami gejala obstruktif saluran kemih, dan pada usia 75 tahun 50% pria mengalami pelemahan pancaran urin (weak stream).[9,11,12]
Indonesia
Epidemiologi hiperplasia prostat jinak di Indonesia kurang tercatat dengan baik. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa BPH mengenai hampir 50% laki-laki Indonesia di atas usia 50 tahun, dan sebanyak 20% laki-laki dengan lower urinary tract symptoms (LUTS) dinyatakan menderita benign prostatic hyperplasia.[13,14]
Mortalitas
Hiperplasia prostat jinak tidak menyebabkan kematian. Mortalitas BPH juga semakin menurun dari tahun ke tahun dan hampir mendekati nol. Sekitar 0,5-1,5 per 100.000 kasus BPH menyebabkan kematian yang disebabkan oleh komplikasinya, seperti gagal ginjal.[4,15]
Direvisi oleh: dr. Roshni Manwani