Pendahuluan Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi adalah gangguan respon seksual, yaitu ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan ereksi demi suatu kepuasan seksual. Keadaan ini bersifat konsisten atau rekuren dan merupakan suatu kondisi kompleks yang melibatkan faktor biologis dan psikososial.[1,12]
Disfungsi ereksi dipengaruhi beberapa faktor, misalnya karena adanya penyakit kronis seperti diabetes mellitus dan hipertensi, penyakit syaraf, gangguan tidur, serta gangguan psikis seperti depresi. Hal penting sebelum memberikan pengobatan terhadap disfungsi ereksi adalah menggali informasi tentang riwayat mengonsumsi obat lama, perilaku seksual, dan psikososial.
Saat ini sudah ada beberapa skoring untuk menilai gangguan fungsi ereksi, seperti International Index of Erectile Function Questionnaire (IIEF). Diperlukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mendapatkan informasi lengkap tentang sistem saraf, pembuluh darah, dan saluran kencing.
Gold standard diagnosis untuk disfungsi ereksi vaskular adalah selective penile angiography. Pemeriksaan laboratorium dapat diindikasikan sesuai klinis, seperti status hormon seperti kadar hormon testosteron pagi hari pada kecurigaan hipogonadisme, profil lemak, antigen prostat dan urinalisis.[1]
Tata laksana dalam mengatasi disfungsi ereksi meliputi terapi non–farmakologi yang terdiri dari konseling seks dan edukasi secara komprehensif, serta alat eksternal seperti vakum. Terapi farmakologi yang dapat diberikan misalnya terapi oral seperti sildenafil dan vardenafil, pengobatan injeksi, pengobatan topikal, hingga tindakan pembedahan termasuk implan penis.[18]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli