Penatalaksanaan Disfungsi Ereksi
Penatalaksanaan disfungsi ereksi bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah area genitalia pria, mengobati penyakit komorbid ataupun gangguan psikis yang mendasarinya. Tata laksana utama disfungsi ereksi adalah modifikasi gaya hidup, diikuti dengan medikamentosa hingga tindakan medis, seperti penggunaan vakum dan pembedahan.
Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi gaya hidup terutama dilakukan untuk menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, dan memperbaiki pola makan. Pola makan yang disarankan adalah diet mediterania, atau pola makanan plant base, seperti makanan whole grains, minyak zaitun, kacang–kacangan, sayur, dan buah–buahan.[1,43]
Aktivitas fisik yang disarankan adalah minimal 30 menit per hari, sebanyak minimal 3 kali per minggu, dengan intensitas sedang. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat aerobik, seperti jogging dan bersepeda.[1,43]
Selain itu, mengurangi konsumsi rokok dan alkohol juga perlu dilakukan pada mereka dengan faktor risiko tersebut. Hal ini karena konsumsi rokok dan alkohol berhubungan dengan penyakit kardiovaskular dan penurunan produksi testosteron. Adanya faktor psikologis, seperti depresi, juga perlu di tata laksana dengan cognitive behavioral therapy serta konsultasi dengan spesialis terkait.[1,6,43]
Medikamentosa
Pengobatan yang diberikan pada pasien dapat berupa tablet per oral, obat yg dimasukkan pada ujung penis atau suppositoria, dan injeksi pada penis. Sedangkan tata laksana pada kasus disfungsi ereksi akibat obat–obatan tertentu dapat dilakukan dengan penurunan dosis hingga menghentikan pemberian obat.
Pengobatan Tablet Per Oral
Beberapa macam obat dapat dikonsumsi 15 menit hingga 36 jam sebelum berhubungan seksual, tergantung pada jenis obatnya. Obat yang biasa diberikan adalah PDE5 inhibitor seperti avanafil, sildenafil, tadalafil, atau vardenafil.[5,7,8]
Obat-obatan ini sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan obat golongan nitrat untuk penyakit jantung, karena dapat menurunkan tekanan darah, sehingga konsultasi pada spesialis terkait perlu dilakukan dalam penyesuaian terapi. Selain itu, hati–hati pada pasien yang mengalami gangguan prostat dan pasien yang mengonsumsi obat alfa bloker.[5–8,18,25]
Pada pasien yang tidak responsif terhadap PDE5 inhibitor, beberapa studi melaporkan bahwa kombinasi dengan testosterone replacement therapy menunjukkan hasil menjanjikan. Namun, hal ini masih memerlukan studi berskala lebih besar.
Pengobatan Suppositoria dan Injeksi
Obat yang digunakan adalah alprostadil. Obat ini membantu melancarkan aliran darah ke penis, sehingga penis dapat ereksi dalam waktu beberapa menit. Alprostadil per injeksi dapat memberikan efek yang cepat, tetapi berisiko perpanjangan waktu ereksi.
Alprostadil per suppositoria dimasukkan ke ujung penis, dikenal dengan nama prosedur medicated urethral system for erections (MUSE). Kekurangannya adalah angka keberhasilan yang tidak sebaik injeksi.[1,2]
Penggunaan Vakum dan Alat Lainnya
Vacuum constriction device (VCD) merupakan alat pompa eksternal yg dapat melancarkan aliran darah ke penis, sehingga ereksi dapat dipertahankan. Alat ini relatif aman digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat diabetes mellitus, depresi, atau pasien yang memerlukan tindakan bedah operasi prostat atau kanker kolon.[1,2,27]
Saat ini juga terdapat terapi shockwave intensitas rendah untuk disfungsi ereksi. Namun, efikasi dan keamanannya masih perlu diteliti lebih lanjut.
Tindakan Bedah
Bedah merupakan langkah terakhir yang dapat dilakukan jika semua langkah sebelumnya tidak memberikan hasil. Tindakan bedah yang dilakukan, antara lain:
- Penggunaan implan atau prosthesis di dalam penis
- Bedah rekonstruksi pembuluh darah untuk meningkatkan aliran darah ke penis[25,26]
Bedah rekonstruksi yang dilakukan adalah memperbaiki sumbatan pembuluh darah, dan memperbaiki kebocoran darah dari penis dan struktur sekitar penis. Prosedur ini efektif untuk beberapa kasus.[25,26]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli