Diagnosis Fimosis
Diagnosis fimosis patut dicurigai pada pasien dengan keluhan preputium tidak dapat ditarik. Dalam melakukan diagnosis, dokter perlu membedakan fimosis fisiologis dengan patologis. Terbentuknya jaringan parut berupa cincin fibrotik berwarna keputihan di sekitar orifisium preputium menandakan fimosis patologis. Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis fimosis.[7]
Anamnesis
Fimosis fisiologis biasanya bersifat asimptomatik. Pasien mayoritas dibawa berobat oleh orang tua karena preputium tidak dapat ditarik pada saat dibersihkan atau saat mandi.[6]
Keluhan juga dapat berupa penggembungan area preputium pada saat berkemih. [8] Nyeri dan infeksi lokal atau infeksi saluran kemih biasanya tidak ditemukan pada kasus fimosis fisiologis.[3]
Berbeda dengan fimosis fisiologis, fimosis patologis secara klinis memiliki gejala berupa nyeri saat ereksi, nyeri saat berhubungan seksual, hematuria, dysuria, infeksi saluran kemih berulang, nyeri preputium, iritasi kulit, pancaran urin lemah, hingga retensi urin. Pada laki-laki dewasa, fimosis patologis sering berkaitan dengan higiene yang buruk atau sebagai gejala awal diabetes mellitus.[4,6]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, juga dapat dibedakan antara fimosis fisiologis dan fimosis patologis. Orifisium preputium pada fimosis fisiologis tidak memiliki jaringan parut. Perabaan ditemukan preputium yang lunak dan kenyal. [6,11]
Jika dilakukan traksi secara lembut, kerutan preputium dan jaringan di atasnya berwarna merah muda dan tampak sehat, disebut “flowering” atau “mushroom” preputium. Pada beberapa kasus, preputium dapat ditarik sebagian sehingga dapat terlihat sebagian glans dan jaringan sisa adhesi.[2,3,11]
Fimosis patologis ditandai dengan terbentuknya jaringan parut berupa cincin fibrotik berwarna keputihan di sekitar orifisium preputium, sugestif sebagai balanitis xerotica obliterans. Jika dilakukan traksi secara lembut, maka preputium akan berbentuk seperti kerucut dengan penyempitan bagian distal berwarna putih dan fibrotik.[1,2,6,8]
Meuli et al. mengklasifikasikan fimosis sesuai derajat keparahan :
Grade I: preputium dapat diretraksi penuh dengan cincin stenotik pada shaft
Grade II: retraksi parsial dengan glans tampak sebagian
Grade III: retraksi parsial dan hanya terlihat meatus
Grade IV: tidak dapat diretraksi[4]
Klasifikasi lain adalah menurut Kikiros et al:
- Skor 1: retraksi penuh preputium, dengan bagian yang sempit di belakang glans
- Skor 2: glans dapat terlihat sebagian
- Skor 3: retraksi parsial: meatus dapat terlihat
- Skor 4: sedikit retraksi, tetapi meatus atau pun glans tidak dapat terlihat
- Skor 5: preputium tidak dapat diretraksi sama sekali[3]
Pada pemeriksaan fisik juga mungkin ditemukan korpus smegma, yaitu timbunan smegma yang terjebak dalam sakus preputium penis, dapat membentuk benjolan kecil atau smegma pearl.[2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding fimosis dapat berupa balanopostitis akut, keganasan pada penis, parafimosis, megapreputium kongenital, dan kista preputium.
Balanoposthitis Akut
Balanoposthitis merupakan infeksi glans dan preputium penis. Pada kondisi ini dapat ditemukan edema dan eritema pada preputium disertai gejala disuria dan perdarahan. Umumnya kasus ini dapat tuntas dengan pemberian antibiotik. Tidak diperlukan intervensi medis lainnya kecuali pada kasus berulang.
Keganasan pada Penis
Karsinoma sel skuamosa pada penis tampak sebagai ulserasi fungating mass pada glans dan preputium. Selain itu, karsinoma in situ pada penis memiliki gambaran velvety macular lesion pada glans (erythroplasia of Queyrat) atau pada shaft penis (Bowen disease).[4]
Parafimosis
Parafimosis merupakan kondisi di mana preputium tidak dapat dikembalikan ke posisi awal setelah sebelumnya diretraksi hingga sulkus glandularis. Pada anak, parafimosis biasa terjadi saat lupa menarik kembali preputium setelah berkemih atau mandi. Sementara pada dewasa, retraksi preputium ke arah proksimal biasanya dilakukan pada saat bersenggama, masturbasi, atau sehabis pemasangan kateter.
Jika preputium tidak secepatnya dikembalikan ke posisi awal, akan menyebabkan gangguan aliran balik vena superfisial, sedangkan aliran arteri tetap berjalan normal. Hal ini akan menimbulkan manifestasi klinis berupa nyeri dan edema pada preputium dan glans sehingga menyebabkan preputium terperangkap di belakang glans penis.
Tata laksana yang dapat dilakukan berupa kompresi manual jaringan edematous diikuti usaha untuk menarik kulit preputium melewati glans penis. Jika manuver ini gagal, perlu dilakukan insisi dorsal cincin konstriksi.[1]
Megapreputium Kongenital
Megapreputium kongenital merupakan kelainan dengan tampilan besarnya kulit preputium bagian dalam dan kombinasi dengan cincin fimotik. Keluhan muncul saat berkemih berupa kantung preputium tampak terisi oleh urin atau ballooning scrotal mass. Kelainan ini dapat ditata laksana dengan sirkumsisi modifikasi.[2]
Pemeriksaan Penunjang
Pada fimosis tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi khusus. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan terkait infeksi saluran kemih dan infeksi kulit.[3,8]
Hasil pemeriksaan histopatologi pada balanitis xerotika obliterans, salah satu etiologi fimosis patologis, adalah gambaran hiperkeratosis dengan sumbatan folikular, atrofi stratum spongiosum dengan degenerasi hidropik dari sel basal, limfedema, hyalinosis, homogenisasi kolagen dermis bagian atas, dan infiltrasi inflamasi pada pertengahan dermis.[13]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri