Penatalaksanaan Hematuria
Penatalaksanaan hematuria bergantung pada penyakit yang mendasari. Hematuria intermiten asimtomatik dengan pencitraan negatif, fungsi ginjal stabil, dan tanpa proteinuria, tidak memerlukan intervensi apapun dan pasien dapat menjalani observasi saja. Hematuria terkait infeksi saluran kemih dapat ditangani dengan antibiotik. Hematuria terkait keganasan ditangani sesuai stadium penyakit, mencakup tindakan bedah dan kemoterapi atau radioterapi.[1-4]
Hematuria Non-Glomerular
Pada kasus hematuria akibat infeksi saluran kemih (ISK), penatalaksanaan utama adalah pemberian antibiotik oral atau intravena selama 7-14 hari. Regimen antibiotik dipilih berdasarkan patogen yang menyebabkan infeksi dan pola resistensi. Antibiotik profilaksis perlu dipertimbangkan pada pasien dengan risiko tinggi ISK berulang, misalnya akibat refluks vesikoureteral derajat tinggi
Penatalaksanaan batu saluran kemih bersifat suportif, yaitu dengan mengontrol nyeri dan pemberian cairan. Sebagian besar batu < 0,5 cm keluar secara spontan. Batu yang lebih besar mungkin memerlukan litotripsi atau nefrostomi. Alkalisasi urine mungkin bermanfaat pada batu kalsium oksalat dan asam urat, sedangkan asidifikasi urine mungkin bermanfaat pada batu kalsium fosfat.
Karsinoma sel renal yang terbatas pada ginjal biasanya membutuhkan nefrektomi. Hematuria yang berkaitan dengan metastasis kanker mungkin memerlukan pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi.
Pasien dengan trombosis vena renalis dapat diberikan heparin subkutan. Anak dengan tumor Wilms mungkin memerlukan kemoterapi dengan atau tanpa eksisi bedah. Hematuria yang berkaitan dengan obat, seperti siklofosfamid, umumnya berespon baik dengan penghentian obat penyebab.[1-4,41]
Hematuria Gromerular
Hematuria yang berkaitan dengan kelainan herediter, seperti sindrom Alport dan thin basement membrane (TBM), tidak memiliki terapi definitif. Pada kasus ini, terapi bersifat suportif disertai dengan pemantauan fungsi ginjal berkala.
Perawatan glomerulonefritis juga bersifat suportif. Hipertensi dikontrol dengan obat antihipertensi seperti amlodipine. Edema dapat ditangani dengan diuretik dan restriksi cairan dan garam. Dialisis dipertimbangkan jika pasien mengalami gagal ginjal.
Pengobatan nefropati IgA tergantung pada derajat proteinuria dan fungsi ginjal. Pada pasien dengan kreatinin yang relatif normal dan proteinuria minimal, pengelolaan umumnya bersifat konservatif. Pasien dengan gambaran klinis risiko tinggi, yakni kreatinin yang memburuk, proteinuria persisten 1000 mg/hari, dan penyakit aktif pada biopsi ginjal, perlu dipertimbangkan untuk diberikan terapi imunosupresif.
Pilihan penanganan nefritis lupus didasarkan pada stadium penyakit yang didapat secara histologi dari hasil biopsi renal. Pilihan terapi nefritis lupus antara lain pemberian budesonide, siklofosfamid, atau mycophenolate mofetil (MMF). Terapi diberikan hingga pasien remisi, kemudian dilanjutkan dengan pemantauan rutin untuk mencegah eksaserbasi atau flare.[1-4,41]