Diagnosis Urolithiasis
Diagnosis urolithiasis dicurigai pada nyeri kolik abdomen atau pinggang, lower urinary tract symptoms (LUTS), hematuria, serta kristal atau pasir pada urine. Urinalisis dapat menemukan hematuria mikroskopik. Baku emas diagnosis urolithiasis adalah CT scan abdomen dan pelvis tanpa kontras.[1,10]
Anamnesis
Anamnesis perlu menggali gejala dan faktor risiko urolithiasis. Urolithiasis bisa asimptomatik, tetapi juga bisa menimbulkan nyeri kolik abdomen atau pinggang. Gejala bisa memiliki awitan mendadak ataupun progresif, ditandai dengan nyeri pinggang unilateral, mual, muntah, demam, nyeri saat berkemih, hematuria, serta urin keruh dan berbau.[1,3,5]
Saat batu bermigrasi, dapat ditemukan nyeri menjalar tergantung dari lokasi urolithiasis.
- Apabila batu di ureteropelvic junction, dapat timbul nyeri suprapubik dan nyeri pinggang tanpa penjalaran ke inguinal
- Bila batu di sepanjang ureter, dapat timbul nyeri pinggang hebat dan nyeri kolik menjalar hingga abdomen bawah sampai ke testis atau daerah vulva
- Batu di sepertiga ureter atas dapat menimbulkan penjalaran nyeri ke area pinggang atau lumbar
- Batu di sepertiga ureter tengah dapat menimbulkan penjalaran ke arah anterior dan kaudal
- Batu di sepertiga ureter distal dapat menimbulkan penjalaran ke inguinal atau testis atau labia mayora
- Batu pada ureterovesical junction dapat menimbulkan nyeri suprapubik dan ujung penis[14,15]
Selain menggali mengenai nyeri, baik karakteristik, durasi, serta lokasi dan penjalaran, perlu diketahui faktor risiko. Faktor risiko ini mencakup riwayat penyakit penyerta, riwayat batu ginjal sebelumnya, riwayat keluarga, riwayat konsumsi obat-obatan seperti ciprofloxacin, dan riwayat prosedur medis yang dilakukan. Perlu juga ditanyakan mengenai riwayat komplikasi tindakan manipulasi batu, faktor diet, dan faktor genetik.[1,3,8,14]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang ditemukan pada urolithiasis tergantung derajat keparahan dan lokasi batu. Beberapa hasil yang dapat bermakna meliputi:
- Keadaan umum tampak gelisah, cenderung bergerak untuk mencari posisi nyaman
- Pada pemeriksaan tanda-tanda vital bisa ditemukan peningkatan suhu tubuh, terutama jika pasien mengalami infeksi saluran kemih. Ketidakstabilan hemodinamik, seperti hipotensi dan takikardi, ditemukan pada infeksi berat atau sepsis
- Pada pemeriksaan abdomen, dapat ditemukan nyeri abdomen umum, tidak distensi, dan tidak ditemukan tanda peritonitis[1,3]
- Jika terdapat hidronefrosis, bisa ditemukan nyeri ketuk pada costovertebral angle (CVA)[1,3,14]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding urolithiasis antara lain pyelonephritis, appendicitis akut, dan kehamilan ektopik.
Pyelonephritis
Pada pyelonephritis didapatkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih, demam, dan nyeri pinggang. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nyeri ketuk CVA. Pada pemeriksaan penunjang urinalisis atau kultur urin dapat ditemukan tanda ISK, serta pada pencitraan bisa tampak tanda infeksi renal dengan hidronefrosis.[1,15]
Appendicitis Akut
Pada appendicitis akut didapatkan nyeri perut kanan bawah, demam, dan bisa tampak tanda peritonitis. Pemeriksaan penunjang urinalisis normal atau ditemukan jejak sel darah putih maupun eritrosit. Pencitraan seperti USG atau CT scan abdomen bisa menunjukkan dilatasi appendix >6 mm, penebalan dinding appendix >2 mm, cairan periintestinal, appendicolith, dan tanda khas lainnya.[1,8,15]
Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik bisa menyebabkan nyeri abdomen di area sekitar panggul dengan atau tanpa perdarahan vagina pada wanita usia subur. Pada pemeriksaan fisik dijumpai nyeri goyang serviks positif. Pemeriksaan penunjang akan menunjukkan kadar hCG meningkat dan USG menunjukkan adanya hasil konsepsi ekstrauterin.[1,15]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada urolithiasis dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan mengetahui etiologi.
Urinalisis
Urinalisis meliputi evaluasi makroskopis urine, dipstick, tes kimia, dan analisis mikroskopis. Pemeriksaan ini menilai pH urine, volume, darah, protein, leukosit, nitrit, kreatinin, adanya kristal, dan kadar sistin dalam urin. Semua wanita usia reproduksi juga perlu menjalani pemeriksaan hCG urine. Umumnya, pada kasus urolithiasis dijumpai leukositosis dan darah.[1,16]
Urine yang terlihat keruh, umumnya menandakan terdapat bakteri atau pus. Pemeriksaan pH yang asam menguntungkan pembentukan batu asam urat dan sistin, sementara pH basa meningkatkan pembentukan batu struvite dan kalsium fosfat.[16]
Radiologi
Baku emas pemeriksaan radiologi untuk urolithiasis adalah CT scan abdomen dan pelvis, walaupun pada ukuran batu <3 mm dapat terjadi misdiagnosis karena tidak tertangkap slide CT scan. Pemeriksaan USG lebih terjangkau dan dapat diindikasikan, tetapi batu radiolusen dapat tidak terlihat dengan pemeriksaan ini, seperti batu struvite dan sistin.
Computed Tomography (CT) Scan Abdomen dan Pelvis:
Noncontrast helical CT scan abdomen dan pelvis menjadi pemeriksaan baku emas dengan sensitivitas 96–100% dan spesifisitas 96–98% dalam deteksi semua jenis batu, luasnya obstruksi, anatomi dan fisiologi renal, menyingkirkan diagnosis banding, serta prediksi respon terapeutik shock wave lithotripsy.
Akan tetapi, batu dengan ukuran sangat kecil, yaitu <3 mm mungkin dapat tidak terlihat pada CT scan. Hal ini karena potongan slice pada CT scan mungkin tidak menangkap gambaran batu yang sangat kecil.[1,2,10,12,16]
Ultrasonografi:
Pemeriksaan ultrasonografi abdomen merupakan lini pertama pada wanita hamil dan anak. Pada USG, dapat ditemukan batu (tampak echogenic), kalsifikasi, dan dilatasi traktus urinarius. Akan tetapi, tidak semua batu dapat divisualisasi dengan pemeriksaan ini. Batu radiolusen seperti sistin dan struvite dapat tidak terlihat pada pemeriksaan ini.[1,2,10,12,16]
Intravenous Pyelography (IVP):
Intravenous pyelography (IVP) merupakan teknik pencitraan yang menggunakan iodium intravena sebagai kontras. Kontras lalu disaring dari renal dan dibersihkan dari ureter dan vesika urinaria selama miksi.
Gambaran X-ray pada renal, ureter, dan vesika urinaria diambil pada interval yang ditentukan untuk memberikan gambaran jelas mengenai struktur, luasnya obstruksi, anatomi, dan fisiologi renal. Modalitas ini memiliki potensi efek samping terkait media kontras, seperti mual, flushing, bradikardi, nefrotoksisitas, dan reaksi anafilaksis.[1,2,10,12,16]
Magnetic Resonance Imaging (MRI):
Pilihan modalitas MRI memiliki sensitivitas 82% and spesifisitas (98%). Pemeriksaan MRI lebih inferior daripada CT scan untuk diagnosis urolithiasis. Walaupun MRI dapat dengan baik memvisualisasi hidronefrosis dan perubahan patologis traktus urinarius, gambaran batu pada MRI tergantung kalsifikasi dan signal voids. Terkadang modalitas ini memerlukan kontras. MRI merupakan pencitraan tanpa radiasi yang menjadi lini kedua untuk wanita hamil dan anak[1,2,10,12,16]
Rontgen abdomen:
Pemeriksaan rontgen abdomen dapat membantu menemukan dan memvisualisasi jumlah, bentuk, dan ukuran batu radioopak (kalsium fosfat dan oksalat).[1,2,10,12,16]
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah yang dapat dilakukan mencakup kadar serum urea, asam urat, kreatinin, natrium, kalium, bikarbonat, albumin, kalsium, magnesium, dan fosfat. Kadar serum urea, asam urat, dan kreatinin memberikan gambaran laju filtrasi glomerulus dan jaringan renal.
Adanya peningkatan kadar serum kalsium menunjukkan perlunya pemeriksaan kadar serum hormon paratiroid untuk eksklusi hiperparatiroidisme. Jika direncanakan tindakan intervensi, diperlukan pemeriksaan profil koagulasi.[10,16]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli