Penggunaan pioglitazone diperkirakan bisa meningkatkan risiko kanker kandung kemih. Pioglitazone merupakan obat antidiabetes yang sering diberikan pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Namun, pada tahun 2016, Food and Drug Administration mengeluarkan peringatan baru mengenai peningkatan risiko kanker kandung kemih akibat obat ini.[1]
Sebagai obat antidiabetes, pioglitazone bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas sel target terhadap insulin dan menurunkan glukoneogenesis hepatis. Obat ini termasuk golongan tiazolidindion (TZD) yang merupakan agonis peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPAR-gamma). PPAR-gamma merupakan faktor transkripsi nuklear yang secara normal diekspresikan di urotelium. Namun, ekspresi PPAR-gamma yang berlebihan dikaitkan dengan terjadinya kanker tertentu.[2,3]
Saat ini beberapa studi telah mempelajari hubungan penggunaan pioglitazone dengan peningkatan risiko kanker kandung kemih. Diabetes mellitus sendiri merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker, termasuk kanker kandung kemih. Studi melaporkan adanya peningkatan risiko sebesar 40% pada penderita diabetes untuk mengalami kanker kandung kemih jika dibandingkan dengan orang tanpa diabetes.[4,5]
Studi yang Mendukung Hubungan Pioglitazone dan Kanker Kandung Kemih
Suatu studi case control di Inggris mencari tahu hubungan kanker kandung kemih dan pioglitazone. Studi ini melibatkan 376 pasien kanker kandung kemih yang dicocokkan dengan 6.699 kontrol. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara pioglitazone dan peningkatan risiko kanker kandung kemih sebesar 83%.[6]
Studi ini juga menemukan adanya hubungan antara dosis pioglitazone yang digunakan dan risiko kanker kandung kemih. Pasien yang mendapatkan pioglitazone selama >24 bulan dan mendapatkan dosis kumulatif >28.000 mg memiliki risiko paling tinggi.[6]
Meta Analisis yang Mendukung Hubungan Pioglitazone dan Kanker Kandung Kemih
Suatu meta analisis mempelajari lima studi yang terdiri dari 2.350.908 pasien diabetes. Hasil menunjukkan bahwa pioglitazone meningkatkan risiko kanker kandung kemih pada pasien diabetes secara signifikan.[1]
Namun, meta analisis tersebut menyebutkan bahwa penggunaan pioglitazone <1 tahun tidak berhubungan dengan peningkatan risiko kanker kandung kemih bila dibandingkan dengan pasien yang tidak pernah mendapatkan pioglitazone. Risiko yang paling besar ditemukan pada pengguna pioglitazone >24 bulan. Tidak ada hubungan antara risiko kanker kandung kemih dan dosis kumulatif pioglitazone.[11]
Meta analisis lain terhadap 15 studi juga menemukan bahwa penggunaan pioglitazone berhubungan secara signifikan dengan terjadinya kanker kandung kemih. Selain itu, penggunaan pioglitazone dengan dosis kumulatif >10.500 mg menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kanker kandung kemih.[12]
Meta analisis tersebut juga menemukan bahwa durasi penggunaan pioglitazone juga memengaruhi risiko kanker kandung kemih. Pemakaian selama >1 tahun menunjukkan hubungan yang signifikan, sedangkan pemakaian selama <1 tahun tidak menunjukkan hubungan yang bermakna dengan kejadian kanker kandung kemih.[12]
Studi yang Menentang Hubungan Pioglitazone dan Kanker Kandung Kemih
Studi lain di Amerika melibatkan 464 pasien kanker kandung kemih dan pasien kontrol dengan jumlah yang sama. Penelitian ini tidak menemukan hubungan kanker kandung kemih dan penggunaan pioglitazone maupun obat antidiabetes lainnya. Penelitian ini juga tidak menemukan hubungan antara durasi terapi atau dosis kumulatif pioglitazone dengan risiko kanker kandung kemih.[7]
Penelitian lain di Inggris pada tahun 2010 mendukung hasil penelitian ini. Penelitian di Inggris ini mempelajari 207.714 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berusia ≥40 tahun, di mana 23.548 pasien menggunakan pioglitazone dan 184.166 pasien menggunakan obat antidiabetes lain. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pioglitazone tidak menaikkan risiko kanker kandung kemih secara signifikan bila dibandingkan antidiabetes lain.[8]
Suatu uji acak terkontrol juga pernah dilakukan dengan memberikan pioglitazone 15–45 mg pada 2.605 pasien dan memberikan plasebo pada kelompok lainnya. Hasil uji ini menemukan lebih banyak pasien kanker kandung kemih dalam kelompok pioglitazone daripada kelompok kontrol, tetapi perbedaannya tidak bermakna secara statistik.[9]
Meta Analisis yang Menentang Hubungan Pioglitazone dan Kanker Kandung Kemih
Suatu meta analisis mempelajari dua uji klinis acak terkontrol (total 9.114 pasien) dan 20 studi observasional (total 4.846.088 pasien). Meta analisis ini menyimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara risiko kanker kandung kemih dan pioglitazone. Hasil analisis juga tidak menemukan hubungan antara penggunaan pioglitazone jangka panjang dan kanker kandung kemih.[10]
Meta analisis ini menyatakan bahwa kanker kandung kemih yang terjadi pada penderita diabetes terjadi akibat faktor-faktor lain, sehingga pasien tidak disarankan mengganti pioglitazone jika memang membutuhkan pioglitazone.[10]
Meta analisis ini juga menganalisis 14 studi yang menghitung risiko relatif kejadian kanker kandung kemih pada pengguna pioglitazone. Sembilan dari studi tersebut tidak menemukan peningkatan risiko kanker kandung kemih pada pengguna pioglitazone, sedangkan lima studi lainnya menemukan peningkatan risiko.[10]
Meta analisis ini menyimpulkan bahwa tidak ada peningkatan risiko kanker kandung kemih secara signifikan akibat pioglitazone. Namun, dampak penggunaan pioglitazone jangka panjang masih perlu dipelajari lebih lanjut.[10]
Faktor Penyebab Tidak Konsistennya Hasil Studi
Bermacam penelitian belum menemukan hasil yang konsisten tentang hubungan antara pioglitazone dan risiko kanker kandung kemih. Salah satu penyebab masalah ini adalah ketidakseimbangan faktor-faktor perancu dalam kedua grup.
Pada perbandingan grup pengguna pioglitazone dan bukan pengguna pioglitazone, ditemukan bahwa penggunaan obat golongan tiazolidinedion (termasuk pioglitazone) cenderung membuat pasien menjadi lebih gemuk, merokok, dan memiliki diabetes yang tidak terkontrol bila dibandingkan kelompok yang tidak pernah menggunakan. Hal ini menjadi faktor perancu yang dapat mengaburkan hasil penelitian.[6,10]
Faktor perancu lainnya adalah agen antidiabetes yang digunakan pasien. Pasien yang mendapatkan pioglitazone adalah pasien yang biasanya sudah gagal diterapi dengan antidiabetes lainnya. Beberapa studi menemukan bahwa agen antidiabetes lain juga meningkatkan risiko terjadinya kanker, misalnya analog insulin, rosiglitazone, dan obat golongan sulfonilurea seperti glimepiride dan glibenklamid.[10]
Selain itu, diabetes sendiri juga merupakan faktor risiko kanker. Penelitian menemukan bahwa risiko kanker kandung kemih semakin meningkat seiring semakin lamanya seseorang menderita diabetes.[10]
Sampai saat ini, belum ada mekanisme yang secara jelas dapat menjelaskan terjadinya peningkatan risiko kanker kandung kemih pada penggunaan pioglitazone. Salah satu mekanisme yang dihipotesiskan adalah pajanan peroxisome proliferator activated receptor gamma (PPAR-gamma) seperti yang telah disebutkan di atas.[7,11]
Kesimpulan
Pioglitazone sering digunakan sebagai salah satu opsi terapi diabetes mellitus tipe 2. Namun, beberapa studi melaporkan adanya hubungan antara penggunaan pioglitazone dan peningkatan risiko kanker kandung kemih. Studi lain juga menemukan bahwa dosis kumulatif yang tinggi dan jangka waktu pemakaian pioglitazone yang lama mungkin ikut meningkatkan risiko kanker kandung kemih.
Namun, hasil studi-studi ini masih saling bertolak belakang dan bersifat tidak konsisten. Beberapa studi justru melaporkan bahwa pioglitazone tidak meningkatkan risiko kanker kandung kemih secara bermakna bila dibandingkan dengan obat antidiabetes lain. Uji klinis lebih lanjut masih diperlukan untuk konfirmasi karena mayoritas studi yang ada saat ini masih bersifat observasional dan terlalu heterogen.
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur