Teknik Ekstraksi Gigi
Teknik ekstraksi gigi ditentukan setelah dilakukan pemeriksaan klinis dan radiografi. Teknik ekstraksi gigi terbagi menjadi dua prosedur yaitu closed extraction dan open extraction.
Teknik tertutup (closed) dikenal dengan teknik rutin dan teknik terbuka (open) dikenal dengan teknik bedah atau teknik flap. Pemilihan instrumen yang digunakan ditentukan berdasarkan gigi yang dicabut, lokasi rahang (atas atau bawah), serta kondisi gigi (sisa akar atau mahkota intak).
Persiapan Pasien
Persiapan pasien meliputi anamnesis lengkap, pemeriksaan klinis intraoral dan ekstraoral, serta pemeriksaan penunjang radiografi gigi yang akan dicabut. Sebelum tindakan, dokter perlu meminta informed consent pasien.
Anamnesis
Dalam anamnesis, dokter perlu mengidentifikasi kemungkinan riwayat penyakit sistemik dan pengobatan yang sedang jalani pasien. Jika pasien memiliki penyakit sistemik, maka perlu konsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang menangani kondisi pasien. Hal ini bertujuan agar proses pencabutan dan post pencabutan pasien aman.
Selain itu, kondisi emosional pasien juga perlu diperhatikan. Banyaknya mitos di masyarakat luas terkait dampak ekstraksi gigi dan melemahnya fungsi penglihatan, serta rasa takut akan sakit yang dirasakan saat proses pencabutan sering membuat pasien semakin khawatir untuk melakukan tindakan pencabutan.
Rasa takut dan cemas yang berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya sinkop dan memperburuk kondisi medis yang diderita pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan konseling sebelum tindakan pencabutan. Jika tingkat kecemasan pasien sangat tinggi, dimana konseling saja tidak cukup, premedikasi berupa diazepam atau alprazolam dapat diberikan.
Dokter juga perlu meminta persetujuan tindakan medis ke pasien yang sebelumnya telah menerima informasi dan edukasi mengenai prosedur ekstraksi gigi. Edukasi mencakup deskripsi tindakan yang akan dilakukan, indikasi, serta risiko komplikasi yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan ekstraoral dilakukan untuk mengidentifikasi pembengkakan ekstraoral, selulitis, abses, atau limfadenopati. Pembengkakan ekstraoral menandakan adanya penyebaran infeksi ke dalam area jaringan lunak sekitar yang mungkin memerlukan prosedur pembedahan lain. Adanya trismus juga harus diperiksa karena mempengaruhi akses anestesi dan akses ke gigi yang akan dicabut.
Pemeriksaan intraoral dilakukan meliputi pemeriksaan kondisi gigi dan struktur anatomi sekitar yang mempengaruhi akses area pencabutan. Ukuran lidah yang besar, gag reflex, dan bulky buccal fat pad dapat menghambat akses dan proses ekstraksi gigi.
Pemeriksaan pada gigi meliputi ukuran mahkota gigi yang tersisa, bentuk dan ukuran gigi, ada atau tidaknya karies, kegoyangan gigi, riwayat terapi endodontik, angulasi dan malposisi gigi, tanda inflamasi pada gigi, dan bagaimana kondisi gigi yang berdekatan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang radiografi yang paling umum dilakukan adalah radiografi periapikal dan panoramik. Hal yang harus diperhatikan pada ronsen gigi antara lain konfigurasi akar, ukuran, bentuk, dan jumlah akar; ada atau tidaknya disalerasi; resorpsi; kondisi hipersementosis; letak akar terhadap struktur jaringan vital seperti saraf inferior alveolar dan sinus maksilaris; kondisi tulang sekitar; serta keberadaan lesi patologis.[4,6]
Peralatan
Ekstraksi gigi dapat dilakukan baik di klinik gigi atau di ruang operasi. Dalam kedua kondisi tersebut, ruangan wajib dilengkapi oleh dental unit dan sumber pencahayaan yang baik.
Instrumen
Peralatan yang dipersiapkan saat melakukan prosedur ekstraksi gigi terbagi atas instrumen untuk jaringan lunak dan jaringan keras.
Instrumen jaringan lunak terdiri atas scalpel No. 15, needle holder, hemostat berbentuk kurva, retraktor minnesota, minnesota right-angle Austin, retraktor weider tongue, retraktor seldin, elevator periosteal, elevator straight, elevator periapikal, forsep, suction tip, adson tissue forcep, allis tissue forcep, double-ended curette, dan alat set jahit.
Instrumen jaringan keras terdiri atas bluementhal rongeur forcep, bone file, bor dan handpiece, alat hemostatis, serta hall drill.
Instrumen tambahan lainnya yaitu bite block dan molt mouth prop yang digunakan untuk menjaga posisi mulut tetap stabil dalam posisi terbuka selama prosedur ekstraksi gigi.
Pemilihan Forsep
Jenis forsep yang digunakan untuk mencabut gigi maksila dan mandibula berbeda. Forsep yang digunakan untuk gigi maksila antara lain:
- Forsep universal No. 150 yang digunakan untuk mencabut gigi premolar dan molar maksila
- Forsep No. 53 kiri dan kanan yang digunakan khusus untuk gigi molar
- Forsep No.1 yang digunakan khusus untuk gigi insisif dan kaninus maksila
Forsep yang digunakan untuk gigi mandibula antara lain forsep universal No.151, ash forcep, dan cowhorn forcep.[4]
Posisi Pasien
Dokter dan pasien harus diposisikan sedemikian rupa sehingga pasien merasa nyaman dan dokter dapat berdiri atau duduk di depan pasien tanpa hambatan yang berlebihan. Idealnya, instrumen bedah diletakan jauh dari pandangan pasien namun dekat dengan posisi dokter.
Posisi saat ekstraksi gigi mandibula adalah sebagai berikut:
- Jika operator dalam posisi berdiri, maka dental unit diposisikan tegak. Bidang oklusal mandibula sejajar dengan lantai. Posisi mulut pasien berada lebih rendah dari siku operator
- Jika operator dalam posisi duduk, dental unit diposisikan supinasi membentuk 20-30 derajat terhadap lantai. Posisi mulut pasien berada lebih tinggi sedikit dari siku operator
- Posisi kepala pasien menghadap ke arah operator
- Posisi operator berada di depan kanan pasien atau posisi jam 9 dari pasien.
- Asisten operator berada di posisi jam 3, bertugas membantu retraksi pipi, bibir, dan lidah, serta stabilisasi rahang; membantu irigasi jika diperlukan; dan menyedot saliva dan darah agar visualisasi area pencabutan tetap jelas
Posisi saat ekstraksi gigi maksila adalah sebagai berikut:
- Jika operator dalam posisi berdiri, maka dental unit diposisikan ke belakang. Bidang oklusal maksila 45 derajat terhadap lantai. Posisi mulut pasien berada di antara siku dan bahu operator
- Jika operator dalam posisi duduk, dental unit diposisikan supinasi membentuk 10 derajat terhadap lantai. Posisi mulut pasien berada sejajar dengan siku operator
- Posisi operator berada di depan kanan pasien atau posisi jam 9 dari pasien
- Asisten operator berada di posisi jam 3, bertugas membantu retraksi pipi, bibir, dan lidah, serta stabilisasi rahang; membantu irigasi jika diperlukan; dan menyedot saliva dan darah agar visualisasi area pencabutan tetap jelas[4,6]
Prosedural
Prosedur ekstraksi gigi dimulai dengan persiapan pasien dan operator, administrasi anestesi local, baru kemudian prosedur tindakan pencabutan.
Persiapan Pasien dan Operator
Untuk menghindari transmisi penyakit, operator dan asisten harus menggunakan sarung tangan bedah, masker bedah, face shield, dan gaun bedah. Seluruh instrumen telah disterilisasi dengan baik. Pasien diinstruksikan untuk berkumur antiseptik seperti chlorhexidine atau povidone iodine sebelum tindakan. Sterile drape diletakkan di atas dada pasien untuk mengurangi risiko kontaminasi.[4,6,9]
Anestesi
Setiap gigi memiliki nerve block yang berbeda, serta dibedakan lagi berdasarkan lokasi gigi apakah di maksila atau mandibula.
- Infiltrasi supraperiosteal: untuk menganestesi gigi tunggal. Dapat digunakan untuk gigi seri, taring, dan premolar maksila
- Blok anterior superior alveolar: menganestesi gigi taring serta gigi seri sentral dan lateral dari maksila dan juga mukosa dari gigi-gigi tersebut
- Blok midsuperior alveolar: menganestesi gigi premolar maksila
- Blok posterior superior alveolar: menganestesi gigi molar maksila
- Blok inferior alveolar: menganestesi seluruh gigi pada bagian ipsilateral mandibula, termasuk mukosa lingual
- Anastesi saraf long buccal: akan memblok mukosa bukal ipsilateral[4,14]
Ekstraksi Gigi
Prosedur ekstraksi gigi terbagi menjadi dua yaitu teknik intraalveolar atau closed technique dan teknik transalveolar atau open technique.
Teknik Intraalveolar (Closed Technique):
Teknik intraalveolar atau dikenal juga dengan closed atau routine technique dilakukan pada ekstraksi gigi yang erupsi sempurna dan gigi yang intak dengan struktur mahkota gigi yang adekuat untuk dipegang oleh forsep. Namun, bila operator menilai bahwa ekstraksi gigi memerlukan kekuatan yang lebih atau struktur mahkota yang hilang banyak atau tertutup oleh jaringan, maka open technique menjadi opsi perawatan.
Tahapan ekstraksi gigi dengan teknik intraalveolar antara lain:
- Retraksi gingival: Perlekatan jaringan lunak pada bagian servikal gigi dilepas dengan probe, ekskavator, elevator periosteal, atau pisau bedah
- Luksasi gigi dengan menggunakan elevator: Elevator straight dimasukkan tegak lurus ke dalam ruang interdental, lalu diputar perlahan dan diberi tekanan. Gerakan luksasi bertujuan untuk membuka soket alveolar dan merobek ligamen periodontal agar gigi goyang
- Luksasi gigi menggunakan forsep: Gigi dipegang dengan forsep seapikal mungkin dari garis servikal, gerakan forsep ke arah bukal-lingual gigi. Hal ini dilakukan agar dilasi dan ekspansi tulang alveolar terjadi. Gaya yang diaplikasi pada arah bukal dan lingual dilakukan secara perlahan-lahan dan jangan terburu-buru agar tulangnya mengembang terlebih dahulu
- Ekstraksi gigi dari soket: Ketika gigi berhasil dikeluarkan dari soket, periksa soket untuk identifikasi apakah ada sisa akar gigi dan tepi tulang yang tajam
- Irigasi soket dengan salin: Hilangkan jaringan granulasi pada soket dengan kuret, haluskan tulang yang tajam dengan bone file. Cek kembali soket sudah bersih
- Lakukan penjahitan jika diperlukan
Teknik Transalveolar atau Open Technique:
Teknik transalveolar atau open technique meliputi pengambilan tulang alveolar untuk mendapatkan akses dan visualisasi gigi yang akan dicabut. Indikasi ekstraksi dengan teknik transalveolar antara lain gigi dengan derajat kerusakan mahkota yang berat, gigi fraktur, gigi yang pernah dirawat terapi endodontik, gigi dengan anatomi akar yang unfavourable, gigi ankilosis, gigi impaksi, gigi malposisi, hipersementosis, adanya tulang yang padat, serta gigi yang dekat dengan struktur vital.
Tahapan ekstraksi gigi dengan teknik transalveolar antara lain:
- Insisi dan refleksi flap: Insisi dengan menggunakan pisau No.15 untuk membuat flap mukoperiosteal. Beberapa jenis pilihan flap antara lain envelope flap, triangular flap, dan trapezoidal flap. Refleksi flap untuk mendapatkan pemaparan tulang kortikal bukal yang baik
- Pengambilan tulang: Pengambilan tulang dilakukan menggunakan bor. Bor tulang pada bagian servikal sambil diirigasi hingga akar atau bifurkasinya terlihat
- Odontektomi: Jika gigi memerlukan separasi, maka lakukan separasi akar gigi dengan bor tulang pada bagian bifurkasi untuk memisahkan akar mesial dan distal dengan bagian oklusal untuk akar bukal dan palatal atau lingual.
- Ekstraksi gigi dari soket: Luksasi gigi yang sudah diseparasi dengan menggunakan elevator, lalu gigi diambil menggunakan forsep. Namun, jika sisa gigi berukuran kecil, maka dapat diambil dengan file endodontik atau needle holder
- Penutupan soket: Setelah gigi berhasil dikeluarkan, lakukan debridement luka, kuretase jaringan granulasi, haluskan tepi tulang yang tajam, irigasi soket dengan cairan salin. Lakukan penjahitan luka[4,6]
Follow Up
Setelah prosedur ekstraksi gigi selesai dilakukan, pasien dapat langsung beristirahat pulang dan melakukan perawatan di rumah. Proses penyembuhan luka bekas ekstraksi gigi umumnya membutuhkan waktu 1-2 minggu. Pasien mungkin mengalami pembengkakan pada pipi, rasa nyeri, trismus dan rasa tidak nyaman di mulut, terutama di sekitar area bekas ekstraksi gigi selama 1-3 hari pertama.
Namun, jika pembengkakan, kemerahan, atau nyeri semakin buruk, maka pasien perlu kontrol ke dokter, termasuk jika terlihat nanah pada luka maupun pasien merasa demam. Jika luka bekas ekstraksi gigi dijahit, maka pelepasan jahitan dilakukan 7 hari setelah tindakan.[4,7,8]