Teknik Penjahitan Laserasi Intraoral
Teknik penjahitan laserasi intraoral biasanya melibatkan penggunaan benang jahit yang dapat diserap. Sebelum memulai penjahitan, pastikan tidak ada gangguan jalan napas yang serius. Selanjutnya, luka intraoral perlu dievaluasi untuk mengidentifikasi cedera lain yang mungkin terjadi, seperti kerusakan pada gigi atau kelenjar ludah.
Penjahitan dilakukan dengan sutura terputus dan jahitan dalam pada submukosa jika diperlukan, guna memastikan penutupan yang cukup tanpa menimbulkan iritasi selama proses makan atau pergerakan lidah. Pada anak, jahitan submukosa yang tersembunyi sering digunakan untuk mencegah manipulasi jahitan oleh pasien.[5-11]
Persiapan Pasien
Pada kebanyakan kasus, laserasi intraoral merupakan trauma terisolasi, tetapi evaluasi untuk identifikasi cepat kondisi gawat darurat tetap perlu dilakukan. Pada korban trauma berat, lakukan evaluasi adanya gangguan saluran napas, gangguan pernapasan, syok hemoragik, dan perubahan tingkat kesadaran.[5-8,11,14]
Anamnesis
Jika tidak ada kondisi mengancam nyawa, maka lakukan identifikasi mengenai hal-hal berikut:
- Mekanisme trauma, misalnya serangan fisik, terjatuh, atau kecelakaan kendaraan bermotor
- Gejala terkait cedera tulang wajah, misalnya maloklusi atau trismus
- Gejala terkait cedera kepala, misalnya muntah dan sakit kepala
- Durasi waktu sejak cedera terjadi hingga saat pasien datang untuk mendapat perawatan
- Kemungkinan kontaminasi luka: semua laserasi intraoral harus dianggap telah terpapar bakteri intraoral. Paparan tambahan, seperti akibat benda asing, juga harus dinilai.
Selain dari itu, anamnesis juga perlu mengevaluasi kesehatan pasien secara umum.Ini termasuk adanya penyakit kronis sistemik, riwayat farmakoterapi, dan kebiasaan sosial yang dapat mempengaruhi penyembuhan dan meningkatkan risiko luaran yang buruk.[14]
Pemeriksaan Fisik dan Lanjutan
Selanjutnya, lakukan pemeriksaan fisik pada bibir, gigi, dan mukosa. Identifikasi pula penyulit seperti adanya fraktur gigi, fraktur mandibula, dan fraktur wajah. Evaluasi luka laserasi harus mencakup:
- Lokasi: misalnya mukosa bukal, lidah, gingiva, gigi, alveolar ridge, mandibula
- Kedalaman dan panjang luka
- Perluasan laserasi melalui permukaan eksternal wajah
- Kerusakan pada struktur lebih dalam
- Avulsi jaringan
- Keberadaan benda asing[14]
Lakukan evaluasi adanya trauma gigi, yang bisa ditandai dengan gigi yang longgar, tergeser, patah, atau hilang. Selain itu, evaluasi adanya fraktur wajah, yang bisa ditandai dengan maloklusi, ketidakstabilan wajah tengah, ekimosis pipi, gangguan sensorik, atau enophthalmos. Evaluasi juga tanda dan gejala fraktur rahang, seperti trismus dan nyeri di sekitar sendi temporomandibular.[3-5,14]
Jika dicurigai ada fraktur tulang wajah, dapat dilakukan CT scan. Rontgen panoramik dapat digunakan untuk fraktur mandibula terisolasi, fraktur gigi, atau fraktur alveolar ridge.[14]
Persiapan Luka
Persiapan luka mencakup anestesi dan debridemen luka.[3-5,14]
Anestesi
Infiltrasi anestesi lokal dapat dilakukan menggunakan lidocaine. Pada luka yang luas, bisa digunakan metode blok saraf regional seperti:
- Blokir saraf infraorbital: memberikan anestesi pada permukaan kulit dan mukosa bibir atas.
- Blok saraf mental: memberikan anestesi pada permukaan kulit dan mukosa bibir bawah dan dagu.
- Blok saraf alveolar inferior: blok saraf lebih proksimal di foramen mandibula. Blok ini akan memberikan anestesi pada pulpa gigi mandibula (saraf alveolar inferior), bibir bawah, dagu (saraf mental), dan dua pertiga anterior lidah.
- Infiltrasi supraperiosteal: memberikan anestesi pada gigi individu, khususnya insisivus maksila, taring, dan premolar.
Selain blok regional, dapat pula diberikan sedasi prosedural pada kondisi berikut:
- Luka laserasi oral yang kompleks yang memerlukan revisi yang luas
- Anak-anak atau pasien yang sangat cemas atau tidak kooperatif
Jika melakukan sedasi, maka klinisi harus memastikan suction yang memadai terhadap saliva dan darah, serta menempatkan pasien dalam posisi setengah tidur untuk mencegah aspirasi.[14]
Debridemen Luka
Laserasi oral dan perioral dianggap sebagai luka terkontaminasi karena saliva umumnya mengandung 1 juta bakteri/mL. Meski demikian, irigasi berlebihan tidak terbukti menurunkan risiko kontaminasi dan infeksi luka. Irigasi laserasi cukup dilakukan dengan terbatas dengan 100 mL cairan salin normal steril setelah pengangkatan jaringan mati dan benda asing yang terlihat jelas seperti rumput atau kerikil.
Antiseptik, seperti larutan chlorhexidine, povidone-iodine, dan hidrogen peroksida, tidak perlu diberikan karena berpotensi toksik jika tertelan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah untuk tidak mencukur rambut wajah dekat luka karena telah dikaitkan dengan deposisi bakteri ke dalam luka. Jika rambut wajah menghambat visualisasi luka, maka sebaiknya dipotong dengan gunting atau disisir menjauh dari tepi luka dengan NaCl atau petrolatum.[14]
Peralatan
Peralatan untuk penjahitan laserasi intraoral mencakup:
- Sarung tangan
- Masker bedah
- Pelindung mata
- Anestesi seperti lidocaine
- Spuit bervolume kecil (3 atau 6 mL) dengan jarum berukuran kecil (ukuran 25 atau 27) untuk infiltrasi anestesi lokal. Jarum pendek lebih disukai untuk anak kecil atau pasien lain yang memerlukan pergerakan
- Hemostat
- Tissue forceps
- Gunting
- Instrumen jahit, seperti benang, needle holder, duk steril, dan kassa steril
Pada pemilihan peralatan yang digunakan ini, yang paling fundamental adalah pemilihan jenis jarum dan benang. Pastikan benang jahit yang digunakan tidak dapat diuraikan oleh saliva dan gunakan benang jahit yang absorbable ukuran 4.0 atau 5.0 untuk mukosa intraoral.
Pemilihan jenis jarum dan benang jahit dapat mengikuti panduan ini:
- Jarum 3.0 dan 4.0 untuk mukosa yang lebih tebal seperti mukosa bukal dan lidah
- Jarum 4.0 dan 5.0 untuk mukosa yang lebih tipis seperti mukosa bibir dalam dan gusi
- Jarum 5.0 atau 6.0 untuk area yang membutuhkan penjahitan yang halus dan presisi, biasanya terkait dengan kosmetik, seperti mukosa bibir luar dan jaringan perioral.[5-11]
Posisi Pasien
Pada kebanyakan kasus, pasien diposisikan supinasi. Meski begitu, bila pasien disedasi dan dokter merasa ada risiko aspirasi, maka pasien dapat diposisikan setengah duduk.[14]
Prosedural
Prosedur penjahitan laserasi intraoral bervariasi, tergantung di mana letak laserasi tersebut.[3-5]
Mukosa Bukal dan Gingiva
Pada area ini, dapat dilakukan penjahitan menggunakan poliglecaprone 25 (Monocryl®) atau polyglactin 910 (Vicryl®) di submukosa, jika laserasi yang terjadi sangat dalam. Kemudian, pada area mukosa, dapat dilakukan jahitan terputus menggunakan benang chromic gut 4.0 atau 5.0 atau polyglactin 910.
Penting dicatat bahwa pada area ini, dokter harus mengaplikasikan jumlah jahitan yang minimal guna mencegah iritasi lokal selama proses mastikasi dan gerakan mulut serta lidah lainnya, karena luka berada di daerah yang terkontaminasi.[3-7,14]
Avulsi Gingiva
Avulsi gingiva biasanya terjadi pada area gingiva yang berada di atas ridge mandibula atau maksila. Avulsi gingiva juga biasanya meninggalkan flap jaringan yang merupakan salah satu indikasi penjahitan jika flap yang terjadi hingga ke area oklusal.
Biasanya, jaringan submukosa yang dapat dijadikan sebagai jangkar jahitan pada kasus ini sangat terbatas. sehingga teknik penjahitan pada area ini seringkali melibatkan mukosa palatal untuk menambah penjangkaran jahitan.
- Masukkan jarum dan benang jahit (4.0 atau 5.0 chromic gut atau polyglactin 910) melalui ujung flap dan di antara gigi ke bagian palatal gusi. Jika jarak gigi terlalu berdekatan sehingga jarum tidak bisa masuk, floss benang jahit di antara gigi lalu masukkan benang melalui bagian palatal gusi.
- Masukkan jarum secara sirkumferensial di sekitar gigi sehingga keluar melalui flap gusi bagian wajah dan ikat. Jika jarak gigi terlalu dekat sehingga jarum tidak bisa masuk, floss benang jahit di antara gigi hingga gusi bagian wajah, lalu ambil jaringan dan ikat.
- Ulangi seperlunya.
- Untuk pasien yang menggunakan gigi palsu, pastikan simpul dan loop jahitan tidak terletak pada daerah yang bersentuhan dengan jembatan gigi tiruan.[3-7,14]
Lidah
Laserasi pada lidah umumnya dibedakan lagi menjadi tiga berdasarkan area atau jenisnya, yaitu dorsal lidah, lateral lidah, dan laserasi tembus. Tiga jenis laserasi lidah ini memiliki jenis penanganan yang berbeda.
Dorsal Lidah:
Pada laserasi yang terjadi di daerah dorsal lidah, gunakan benang 3.0 atau 4.0 absorbable. Pada permukaan mukosa dan otot lingual, lakukan penyayatan full-thickness untuk menghindari terjadinya dehisensi.
Lateral Lidah:
Pada lateral lidah, prinsipnya mirip dengan penanganan yang dilakukan pada area dorsal lidah, namun pada area ini dokter gigi perlu memerhatikan tepi dari laserasi untuk menentukan lokasi penjahitan, yakni jangan sampai superimpose dengan tepi jaringan lain yang tidak mengalami trauma.
Laserasi Tembus:
Sementara itu, pada laserasi tembus, gunakan ukuran benang yang lebih kecil, yaitu 4.0 dan 5.0. Lakukan penjahitan dua hingga tiga lapis untuk mencegah terjadinya hematoma. Penjahitan harus dilakukan dari otot paling dalam terlebih dahulu, lalu submukosa, dan terakhir mukosa.[3,8,11,14]
Bibir
Pada area bibir, penanganan laserasi menjadi jauh lebih kompleks, karena area ini akan mempunyai aspek kosmetik. Untuk memudahkan perawatan, jenis laserasi pada bibir dapat dibedakan menjadi 4 berdasarkan lokasinya.
Dry Vermillion:
Lokasi yang pertama yaitu pada dry vermillion, yaitu area yang terlihat saat pasien menutup mulut. Pada area ini, jika laserasi terjadi hingga ke lapisan submukosa tapi tidak melibatkan batas vermillion, penjahitan dapat dilakukan dengan benang chromic atau fast-absorbing gut berukuran 5.0 atau 6.0, dan aplikasikan jahitan terputus sederhana.
Wet Vermillion:
Lokasi yang kedua yaitu pada wet vermillion, yaitu bagian dalam bibir saat mulut tertutup. Jika terjadi laserasi superfisial pada area ini, maka tidak memerlukan penjahitan. Namun, laserasi yang masih berdarah dan memiliki lebar lebih dari 2 cm atau terdapat defek terbuka sebaiknya dijahit untuk mencegah masuknya partikel makanan ke dalam luka tersebut.
Jika diperlukan penjahitan, maka gunakan benang chromic gut berukuran 5.0 atau 6.0 menggunakan teknik jahitan tersembunyi (deep buried stitches) untuk menghindari iritasi pada gingiva, mukosa, dan lidah serta terlepasnya jahitan.
Melewati Vermillion Border:
Lokasi yang ketiga yaitu melewati vermillion border. Pada jenis luka ini, penting untuk melakukan reparasi yang presisi untuk menghasilkan estetika yang baik. Pada prinsipnya, pada batas vermillion dokter harus menempatkan jahitan yang stabil (stay stitch) dengan benang non-absorbable berukuran 6.0, seperti prolene, untuk memastikan kesejajaran jaringan sesuai sebagaimana mestinya.
Seluruh Lapisan Bibir
Lokasi yang keempat adalah luka dalam yang melibatkan seluruh lapisan bibir. Pada jenis luka ini, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
- Bersihkan glandula saliva minor yang terbuka untuk menghindari pembentukan mucocele
- Tutup batas fibro-fatty dengan benang absorbable berukuran 4.0 atau 5.0
- Identifikasi dan tutup luka pada lapisan otot orbikularis oris yang berada di luar vermillion border dengan benang absorbable0.[3-7,14]
Follow up
Follow up penjahitan laserasi intraoral umumnya dilakukan setelah 3-5 hari. Profilaksis tetanus perlu diberikan jika ada indikasi, misalnya riwayat vaksin tetanus pasien tidak diketahui.
Sebagian besar pasien dengan laserasi intraoral memerlukan antibiotik profilaksis. Pilihan antibiotik harus mencakup flora mulut, seperti amoxicillin, cephalexin, atau clindamycin. Infeksi luka setelah laserasi intraoral telah dilaporkan pada hingga 27% pasien.[14]