Pendahuluan Dialisis Ginjal
Dialisis ginjal merupakan terapi pengganti ginjal yang bertujuan untuk membuang hasil metabolik atau kelebihan cairan tubuh dan memperbaiki asam basa tubuh. Dialisis ginjal bisa dilakukan baik pada gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronis.
Inisiasi dialisis ginjal pada gagal ginjal akut dan penyakit ginjal kronis berbeda. Berdasarkan Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) tahun 2012, inisiasi dialisis ginjal atau renal replacement therapy diberikan segera pada kasus-kasus kegawatdaruratan seperti perubahan status cairan (overload), elektrolit dan ketidakseimbangan asam dan basa. Beberapa indikasi kegawatdaruratan adalah hiperkalemia, asidemia, edema paru, dan komplikasi uremikum.[1]
Sedangkan pada penyakit ginjal kronis (PGK), Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI) 2006 menyatakan bahwa pasien yang memasuki stadium 5 (eLFG <15 ml.menit/1,73m2) dievaluasi untuk dilakukan terapi pengganti ginjal. Inisiasi dapat dimulai lebih cepat bila ada komplikasi lain akibat gagal ginjal.[2,3]
Dialisis ginjal dibagi menjadi 2, yaitu: hemodialisa dan peritoneal dialisis. Masing-masing terapi pengganti ginjal memiliki kelebihan dan kekurangan. Pemilihan modalitas dialisis dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti ketersediaan dan kenyamanan, kondisi komorbid, sosio-ekonomi, centre dialisis, situasi rumah pasien, metode pembedahan klinisi, dan kemampuan untuk mentoleransi jumlah cairan.[4,5]
Pada studi Paraskevi, hemodialisa dilaporkan memiliki skor lebih baik dari aspek kesehatan fisik dibandingkan dengan peritoneal dialisis. Namun, hemodialisa dilaporkan kurang menguntungkan dibandingkan peritoneal dialisis dari aspek kesehatan mental karena adanya gangguan cemas, gangguan tidur, atau adanya depresi.[6,7]
Komplikasi hemodialisa yang dapat terjadi adalah Hipotensi, mual-muntah, kram otot, nyeri kepala, nyeri dada, nyeri punggung, gatal, sindrom disequilibrium, dan reaksi terhadap dializer.[5,8]
Pada komplikasi peritoneal dialisis dibagi menjadi komplikasi infeksi dan komplikasi noninfeksius. Komplikasi infeksi peritoneal dialisis adalah peritonitis, infeksi pada bagian keluar kateter, dan infeksi pada tunnel selang. Komplikasi noninfeksius peritoneal dialisis adalah malfungsi atau obstruksi kateter, kebocoran eksternal, defek dinding abdomen, pembengkakan skrotum, fistula pleura-peritoneal, gagal ultrafiltrasi, dan encapsulated peritoneal sclerosis.[8,9]