Komplikasi Dialisis Ginjal
Komplikasi dialisis ginjal dapat bersifat akut maupun jangka panjang. Pada hemodialisa ada komplikasi interim dan komplikasi jangka panjang pasca dialisis. Pada dialisis peritoneal, komplikasi dibagi menjadi komplikasi mekanis, radang dan metabolik.
Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi hemodialisa dibedakan menjadi 2, yaitu akut dan kronis.
Komplikasi Interim (Akut)
Komplikasi interim (akut) hemodialisa di antaranya yaitu:
- Hipotensi: Hipotensi merupakan komplikasi yang paling sering terjadi selama hemodialisa Adapun faktor risiko terjadinya hipotensi selama hemodialisa seperti ultrafiltrasi dalam jumlah besar, mekanisme kompensasi pengisian vaskular yang tidak adekuat, gangguan respon vasoaktif atau otonom, dan menurunnya kemampuan pompa jantung. Pencegahan hipotensi saat hemodialisa seperti dengan melakukan evaluasi berat badan kering dan modifikasi dari ultrafiltrasi. Cara lain dengan ultrafiltrasi bertahap dilanjutkan dengan dialisis, mendinginkan dialisat selama dialisis berlangsung, dan menghindari makan berat selama dialisis
- Kram otot: Kram otot juga sering terjadi selama dialisis dan mekanismenya belum jelas. Adanya gangguan perfusi otot karena pengambilan cairan yang agresif dan pemakaian dialisat rendah sodium menjadi faktor pencetus kram otot selama dialisis
- Reaksi anafilaktoid: Reaksi anafilaktoid terhadap dialiser sering dilaporkan terjadi pada membran biokompatibel yang mengandung selulosa
Reaksi terhadap dialiser dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe A dan tipe B. Reaksi tipe A merupakan reaksi intermediate yang diperantarai IgE terhadap etilen oksida yang dipakai untuk sterilisasi dialiser yang baru. Reaksi tipe A biasanya muncul segera setelah terapi dimulai.
Reaksi tipe B terdiri dari kumpulan gejala dari nyeri dada dan punggung yang tidak spesifik dan mungkin disebabkan oleh aktivasi komplemen dan pelepasan sitokin.[4,8,11,16]
Komplikasi Jangka Panjang Hemodialisa
Komplikasi jangka panjang hemodialisa terutama dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular. Penyebab dasar penyakit kardiovaskular bersifat multivariabel seperti diabetes mellitus, inflamasi kronis, perubahan besar pada volume ekstraseluler, hipertensi yang tidak terkontrol, dislipidemia, anemia. Selain itu, adanya kalsifikasi vaskuler yang luas, peningkatan fibrosis miokardial, dan hiperplasia intima juga merupakan patologi yang menyebabkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.[4,8,11,16]
Komplikasi Peritoneal Dialisis
Komplikasi peritoneal dialisis dapat berupa komplikasi mekanis, komplikasi metabolik dan komplikasi radang.[4,9,11,16]
Komplikasi Mekanis:
- Perforasi organ abdomen (seperti usus, aorta, kandung kemih, liver)
- Sumbatan kateter akibat perdarahan
- Gangguan drainase (aliran cairan dialisat)
- Bocornya cairan dialisat
- Perasaan tidak nyaman dan sakit dalam perut
Komplikasi Metabolik:
- Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa
- Gangguan metabolisme karbohidrat
- Kehilangan protein (ikut terbuang lewat cairan dialisat)
- Sindrom disequilibrium
Komplikasi Radang:
- Infeksi alat pernafasan, biasanya berupa pneumonia atau bronkitis purulenta
Sepsis (lebih sering pada pasien dengan infeksi fokal di luar peritoneum)
Peritonitis[4,9,11,16]