Pendahuluan Pemeriksaan Sistem Motorik
Pemeriksaan sistem motorik menilai sistem saraf melalui gerakan dan kekuatan otot, misalnya pada kasus cedera otak traumatik, stroke, Guillain-Barre syndrome, multiple sclerosis, dan myasthenia gravis. Pemeriksaan sistem motorik ini meliputi penilaian massa otot, tonus otot, kekuatan otot, gerakan involunter otot, dan gerakan ekstremitas. Teknik pemeriksaan mencakup inspeksi, palpasi, dan penilaian kekuatan otot.[1]
Indikasi pemeriksaan sistem motorik adalah pada pasien cedera kepala, cedera spinal, stroke, atau gangguan neuromuskular lainnya. Hasil pemeriksaan sistem motorik yang abnormal menandakan gangguan neuromuskular. Gangguan dapat terjadi di neuron tingkat atas (upper motor neuron atau UMN), neuron tingkat bawah (lower motor neuron atau LMN), maupun di tingkat penghubung antara saraf dan otot yang disebut motor end plate.[1-6]
Kontraindikasi pemeriksaan sistem motorik adalah fraktur tulang atau sprain pada lokasi yang hendak diperiksa. Selain itu, pasien dengan Glasgow Coma Scale atau GCS <8 menjadi kontraindikasi relatif. Pada pasien dengan GCS <8 tersebut, pemeriksaan yang bisa dilakukan mungkin hanya berupa inspeksi dan palpasi karena pasien tidak dapat mengikuti instruksi pemeriksaan yang lebih kompleks.[1-6]
Pemeriksaan sistem motorik bersifat noninvasif dan mudah dilakukan, sehingga tidak menyebabkan komplikasi bila dilakukan dengan tepat. Namun, dokter perlu berhati-hati jika memeriksa otot ekstremitas yang sedang sakit. Dokter perlu menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasien dan menjelaskan langkah prosedur.[1-6]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur