Teknik Hidrotubasi
Teknik hidrotubasi atau tubal flushing awalnya digunakan untuk diagnosis gangguan patensi tuba dengan bantuan visualisasi dari hysterosalpingography, ultrasonography, atau laparoskopi. Namun, adanya laporan bahwa sebagian wanita mengalami konsepsi beberapa bulan setelah prosedur ini membuat prosedur ini juga mulai digunakan untuk tujuan terapeutik.[27]
Hidrotubasi dapat dilakukan saat hysterosalpingography (HSG) atau ultrasonography (hysterosalpingo‐contrast‐sonography) atau laparoskopi sesuai kondisi pasien. Namun, hidrotubasi juga dapat dilakukan sebagai follow-up, contohnya sebagai terapi setelah HSG menunjukkan obstruksi tuba.[1-3,27]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum tindakan hidrotubasi mencakup evaluasi kembali riwayat dan hasil pemeriksaan obstetri-ginekologi pasien sebelumnya. Apabila tuba sudah diketahui paten, tindakan hidrotubasi tidak diperlukan. Dokter juga mengevaluasi ada tidaknya kontraindikasi tindakan, seperti kehamilan, pelvic inflammatory disease (PID) yang aktif, perdarahan vaginal yang aktif, dan riwayat hipersensitivitas terhadap medium kontras atau obat-obatan yang dipakai dalam hidrotubasi.[1,2,8,13-17]
Pemeriksaan Patensi Tuba
Pemeriksaan patensi tuba secara visual dapat dilakukan dengan HSG, sono-HSG, magnetic resonance hysterosalpingography (MR‐HSG), dan outpatient transvaginal hydrolaparoscopy (THL). Pemeriksaan berfungsi untuk mengetahui apakah infertilitas disebabkan oleh obstruksi pada tuba, seperti bilateral tubal obstruction, unilateral tubal occlusion, dan hydrosalpinx. Pada kasus bilateral tubal obstruction, dokter mencari penyebabnya dan melakukan rekanalisasi sebelum hidrotubasi.[18,19]
Pemeriksaan Hipersensitivitas
Pemeriksaan reaksi hipersensitivitas terhadap kontras yang digunakan untuk HSG dan obat-obat yang mungkin digunakan dalam tindakan hidrotubasi seperti dexamethasone dan antibiotik perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menghindari syok anafilaksis yang dapat mengancam nyawa.[20,21]
Konseling dan Informed Consent
Dalam konseling, dokter menjelaskan kepada pasien untuk tidak bersenggama mulai dari siklus haid terakhir hingga jadwal hidrotubasi.[1,14,15]
Umumnya, pemeriksaan patensi tuba dengan HSG dilakukan saat hari ke-7 atau ke-10 siklus menstruasi, di fase folikular. Bila ada indikasi, maka pada hari ke-10 sampai ke-12 dokter dapat melakukan hidrotubasi. Namun, ada juga dokter yang memilih untuk melakukan prosedur bersamaan jika saat HSG menemukan obstruksi. Semua hal ini perlu didiskusikan dengan pasien sebelum tindakan dan dituangkan dalam informed consent.[1,2,5,6,15]
Peralatan
Peralatan utama hidrotubasi adalah kanula yang akan digunakan untuk menyemprotkan cairan ke dalam kavum uteri dan tuba fallopi. Ada beragam jenis kanula yang tersedia, yang bisa dihubungkan ke syringe 50 mL atau ke alat injektor.[22,23]
Medium kontras yang digunakan dapat berupa medium yang larut minyak maupun larut air. Medium yang larut minyak dilaporkan dapat meningkatkan angka kehamilan apabila dibandingkan dengan yang larut air. Namun, medium yang larut minyak dapat persisten berada dalam rongga pelvis (lebih sulit direabsorpsi) dan lebih berisiko hipersensitivitas, serta lebih berisiko intravasasi.[27]
Terdapat literatur yang menyatakan bahwa tubal flushing dengan medium kontras dapat mengatasi adhesi tuba ringan, tetapi tidak dapat mengatasi edema mukosa tuba atau melarutkan adhesi. Oleh sebab itu, beberapa literatur memakai cairan normal saline dengan campuran berikut untuk hidrotubasi:
- Dexamethasone: bersifat antiinflamasi, mengurangi edema, kongesti, dan adhesi
Gentamicin: beraksi sebagai antimikroba
- Chymotrypsin: beraksi sebagai enzim proteolitik yang melisis protein dan dapat mengeliminasi pus atau jaringan nekrotik[5,6,23,26]
Peralatan lain yang juga diperlukan adalah peralatan visualisasi, contohnya dengan HSG, ultrasonography, ataupun laparoskopi. Perlengkapan anestesi maupun analgesik disediakan sesuai tindakan yang dipilih. Jika memilih laparoskopi, anestesi umum dapat diperlukan.[1,6,14]
Posisi Pasien
Posisi pasien untuk tindakan hidrotubasi adalah posisi litotomi. Penyemprotan cairan akan dilakukan melalui serviks menuju ke tuba fallopi (melewati kanalis servikalis dan kavum uteri).[1,6,14]
Prosedural
Langkah-langkah prosedur hidrotubasi secara umum adalah sebagai berikut:
- Lakukan tindakan aseptik dan siapkan spekulum steril
- Masukkan spekulum ke dalam vagina hingga serviks tervisualisasi dan lakukan disinfeksi serviks
- Masukkan kanula melalui ostium serviks dengan menggunakan bantuan tenaculum bila diperlukan
- Pastikan kanula telah terhubung baik dengan syringe atau mesin injektor yang berisi 50 mL larutan yang telah dideskripsikan di atas
- Bila menggunakan mesin injektor, pilih kecepatan mesin injektor 2 mL/menit, 4 mL/menit, 8 mL/menit, atau 12 mL/menit
- Pilih tekanan mesin antara 0–50 kPa, tetapi disarankan <20 kPa
- Setelah mesin injektor diatur, semprotkan larutan ke dalam rongga panggul hingga seluruhnya terdispersi hingga tuba fallopi
- Pada tuba yang mengalami obstruksi, rekanalisasi dapat terjadi dengan hidrotubasi, di mana dokter dapat memantau hal ini melalui laparoskopi atau ultrasonography[1,6,22-24]
Follow Up
Follow up setelah tindakan hidrotubasi dilakukan untuk memantau ada atau tidaknya komplikasi. Selain itu, follow up dilakukan untuk memantau kehamilan. Laporan dari beberapa literatur menyebutkan bahwa kehamilan mungkin terjadi dalam 3–12 bulan setelah menjalani hidrotubasi.[23,25,27]