Kontraindikasi Spirometri
Kontraindikasi pemeriksaan spirometri diterapkan berdasarkan, efek samping yang ditimbulkan dari manuver yang diperlukan pada prosedur pemeriksaan. Pada saat melakukan manuver Forced Expiratory, terjadi peningkatan tekanan intrathorakal, intraabdominal, dan intrakranial. Hal ini dapat berefek pada organ-organ intrakranial, intraabdominal dan intrathorakal, curah balik vena dan tekanan darah sistemik, serta dinding dada.[1]
Kontraindikasi pada pemeriksaan spirometri dapat dibagi menjadi kontraindikasi absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut adalah kontraindikasi yang dapat menyebabkan trauma, cedera, sampai dengan kematian pada pasien apabila spirometri tetap dilakukan. Kontraindikasi relatif adalah kontraindikasi yang menyebabkan seorang operator memerlukan pendapat klinisi lain untuk menentukan apakah pasien dengan kontraindikasi tersebut dapat melakukan pemeriksaan spirometri.[9,10]
Kontraindikasi Absolut
Kontraindikasi absolut antara lain:
- Infeksi aktif, misalnya tuberkulosis yang telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan bakteriologis sampai pasien telah mendapatkan terapi selama 2 minggu
- Kondisi yang apabila dilakukan ekspirasi paksa akan memberikan konsekuensi serius, misalnya aneurisma aorta yang tidak stabil dan pneumothorax pada saat akan dilakukan pemeriksaan spirometri[10]
Kontraindikasi Relatif
Kontraindikasi relatif dapat disebabkan oleh adanya peningkatan kebutuhan miokardium atau perubahan tekanan darah dengan status kardiovaskular yang tidak stabil:
- Riwayat infark miokard dalam 1 minggu terakhir
- Hipotensi atau hipertensi sistemik yang berat
Aritmia atrial atau ventrikular yang signifikan
Gagal jantung yang tidak terkompensasi
Hipertensi pulmonal yang tidak terkontrol
Cor pulmonale akut
Emboli paru yang tidak stabil secara klinis
- Riwayat mengalami sinkop yang terjadi karena ekspirasi yang dipaksa atau batuk
Kontraindikasi relatif karena peningkatan tekanan intrakranial atau intraokular:
- Aneurisma serebral
- Operasi kraniotomi dalam 4 minggu terakhir
- Riwayat benturan keras yang baru terjadi dengan gejala sisa yang masih ada
- Riwayat operasi mata dalam 1 minggu
Kontraindikasi relatif karena peningkatan tekanan pada sinus dan telinga tengah:
- Riwayat operasi sinus atau telinga tengah, atau infeksi telinga tengah dalam 1 minggu
Kontraindikasi relatif karena peningkatan tekanan intrathorakal dan intraabdominal:
- Riwayat pneumothorax
- Operasi pada area thorax dalam 4 minggu terakhir
- Operasi pada area abdomen dalam 4 minggu terakhir
- Kehamilan yang sudah aterm
- Hemoptisis yang tidak diketahui penyebabnya
Kontraindikasi relatif untuk kontrol infeksi:
- Infeksi pernapasan atau sistemik yang aktif atau baru dicurigai, termasuk tuberkulosis
- Kondisi fisik tertentu yang berisiko menyebabkan transmisi infeksi, seperti hemoptisis dan lesi atau perdarahan pada area oral[1,2,8]
Spirometri harus dihentikan apabila pasien mengeluh adanya nyeri atau sinkop pada saat melakukan manuver pemeriksaan. Pada pasien-pasien dengan kontraindikasi relatif, disarankan untuk melakukan pemeriksaan spirometri di laboratorium khusus untuk pemeriksaan fungsi paru dimana operator lebih berpengalaman dan memiliki akses cepat ke fasilitas gawat darurat apabila diperlukan.[1,11]
Spirometri merupakan tes yang sangat membutuhkan kerja sama dan partisipasi pasien, sehingga apabila pasien tidak mampu untuk mengerti terhadap arahan atau tidak mau mengikuti arahan yang diberikan operator, maka hasil tes akan menjadi submaksimal.[1]