Teknik Pemasangan Kateter Interkostal
Teknik pemasangan kateter interkostal (chest tube) atau yang dikenal juga sebagai prosedur tube thoracostomy perlu diawali tahap persiapan pasien dan persiapan alat (kit bedah minor, kateter, dan botol water seal drainage) yang tepat. Setelah itu, pasien diminta memposisikan diri berbaring supinasi dengan kepala disangga bantal 30–45 derajat atau diminta duduk 90 derajat.
Hingga saat ini, teknik pemasangan kateter interkostal yang direkomendasikan adalah dengan melakukan insersi pada daerah safety triangle, yakni pada intercostal space 4–5, tepat di sisi anterior dari linea axillaris media.[1,5,7]
Persiapan Pasien
Sebelum melakukan prosedur pemasangan kateter interkostal, perhatikan ada tidaknya kontraindikasi pada pasien. Bila pasien diketahui memiliki koagulopati, atasi koagulopati sebelum prosedur dilakukan.[5,8]
Pastikan pasien sudah menjalani pemeriksaan radiografi toraks sebelumnya. Jelaskan tujuan prosedur pemasangan kateter kepada pasien dan pastikan bahwa pasien dapat memahaminya. Pada kondisi pasien yang tidak sadar, pastikan keluarga pasien yang bersangkutan memahami hal ini.[9,10]
Informed consent harus mencakup penjelasan tujuan, manfaat, risiko komplikasi akibat tindakan, langkah prosedur, serta prognosis pasien bila tidak menjalani prosedur. Pasien atau keluarga pasien yang berhak memberikan keputusan untuk pasien harus menyetujui prosedur secara tertulis sebelum prosedur dimulai.[1,5,8-10]
Pasangkan monitor pada pasien. Kondisi kardiak dan saturasi oksigen pasien harus dipantau secara kontinu selama pemasangan kateter interkostal. Pasien dengan riwayat operasi paru, operasi jantung, atau pleurodesis umumnya membutuhkan pemeriksaan pencitraan yang seksama sebelum pemasangan kateter interkostal.
Pemeriksaan tersebut disarankan karena posisi diafragma yang terganggu akibat riwayat operasi bisa meningkatkan risiko cedera (perforasi) diafragma pada saat insersi kateter. Selain itu, bisa terdapat adhesi pada dinding paru yang meningkatkan risiko perdarahan.[1,8,9]
Peralatan
Peralatan yang harus disiapkan untuk prosedur pemasangan kateter interkostal mencakup:
- Kateter interkostal dengan ukuran yang sesuai
- Botol water seal drainage atau WSD
NaCL 0,9% sebanyak 500 mL untuk membuat sistem katup searah WSD
- Alat ultrasonografi (termasuk operator dan ultrasound sheath steril) untuk prosedur yang butuh dipandu USG
- Sarung tangan steril, gown, masker, dan duk steril
- Povidone iodine 10% atau chlorhexidine 2% dalam alkohol 70%
- Anestesi berupa 4 mL lidocaine 1–2%, jarum 25 G dan 19 G, serta spuit 5 mL
- Kit bedah minor, yaitu skalpel, klem, alat jahit, benang non-absorbable hitam silk 0/1–0 atau benang nilon dengan ukuran jarum 3.0
- Kasa steril[5,7-10]
Pemilihan Ukuran Kateter Interkostal
Ukuran kateter dibedakan menjadi ukuran kecil atau small bore (≤20F) dan ukuran besar atau large bore (>20F), di mana French (F) adalah unit standar yang melambangkan diameter terluar dari kateter dan ekuivalen dengan 0,333 mm.[1]
Diameter internal (bore) kateter merupakan faktor utama yang memengaruhi aliran cairan dari pleura (baik darah atau pus) melalui kateter, sehingga ukuran kateter harus disesuaikan dengan jenis cairan yang akan didrainase dari kavum interpleura. Semakin kental cairan yang didrainase (viskositas tinggi), semakin besar diameter internal yang diperlukan.[1,3]
Kateter interkostal ukuran kecil umum digunakan untuk drainase udara. Sementara itu, kateter interkostal yang berukuran lebih besar umum digunakan untuk drainase cairan. Ukuran yang biasanya dianjurkan adalah 28–32F untuk pria dewasa, 28F untuk wanita dewasa, 12–28F untuk anak-anak, 12–16F untuk bayi, dan 10–12F untuk neonatus.[8]
Posisi Pasien
Sebelum pemasangan kateter interkostal, pasien perlu diposisikan terlebih dahulu. Pada dasarnya, terdapat tiga macam posisi yang dapat digunakan untuk insersi kateter interkostal, yaitu posisi berbaring supinasi, duduk 90 derajat, dan lateral dekubitus.
Posisi Berbaring Supinasi dengan Kepala Disangga Bantal 30–45 Derajat
Pada posisi ini, pasien berbaring terlentang di ranjang dengan posisi lengan ipsilateral diangkat ke atas, dengan atau tanpa tangan ipsilateral diletakkan di belakang kepala. Posisi ini adalah posisi yang umum digunakan.[7,8]
Posisi Duduk 90 Derajat
Pada posisi ini, sediakan meja di depan pasien agar pasien bisa bersandar ke meja dan menggunakan lengannya sebagai bantalan untuk menaruh kepala di atas meja. Opsi lainnya adalah pasien duduk 90 derajat dengan lengan ipsilateral diangkat ke atas dan tangan ipsilateral memegang belakang kepala. Posisi ini cukup melelahkan lengan (terutama pada pasien geriatri) sehingga perawat mungkin perlu membantu menyangga lengan pasien.[5,7]
Posisi Lateral Dekubitus
Pada posisi ini, pasien diminta memiringkan tubuh ke sisi kontralateral, sehingga area lesi menghadap ke atas. Lengan dapat digunakan sebagai bantalan di bawah kepala, sehingga area insersi terekspos.[7]
Prosedural
Sebelum memulai insersi kateter interkostal, pastikan pasien terhubung ke monitor kardiak dan pulse oximetry. Setelah itu, atur pasien sesuai salah satu posisi di atas. Prosedural pemasangan kateter interkostal adalah sebagai berikut:
- Siapkan peralatan dan konstruksi sistem WSD. Ujung selang harus berada 2 cm di bawah air dan tidak menempel ke dasar botol. Berikan label tanggal dan jam pada ketinggian air di botol
- Perhatikan kembali hasil radiologi toraks pasien, auskultasi, dan perkusi dinding toraks pasien. Pastikan posisi kateter yang direncanakan sudah tepat lalu cuci tangan sesuai protokol
- Tandai lokasi insersi di safety triangle, yaitu area dengan batas-batas sebagai berikut: 1) batas anterior oleh sisi lateral dari sisi lateral otot pektoralis mayor; 2) batas lateral oleh sisi anterior otot latissimus dorsi; 3) batas inferior dari garis horizontal sejajar intercostal space ke-5; 4) batas superior atau apeks tepat di bawah axilla
- Palpasi intercostal space 4–5 di sisi anterior linea axillaris media, tepat inferior dari rambut axilla dan segaris dengan puting. Posisi ini penting untuk mencegah pungsi diafragma (di sisi inferior) dan pungsi nervus thoracicus longus (yang berjalan di sisi posterior) secara tidak sengaja
- Lakukan prosedur asepsis dan antisepsis, lalu administrasikan anestesi secara infiltrasi ke jaringan subkutan menuju pleura. Saat melakukan pungsi, arahkan ke batas superior dari iga bawah untuk menghindari neurovascular bundle yang berjalan pada batas inferior iga
- Pilih kateter interkostal dengan ukuran yang sesuai, kemudian klem ujungnya
- Insisi kulit ±3 cm pada lokasi pungsi yang ditandai secara sejajar dengan batas superior iga bawah dari intercostal space yang dipilih. Lakukan insisi hingga ke fascia
- Insersi kateter interkostal dapat dilakukan dengan beberapa cara: menggunakan guide wire dan/atau introducer sheath, menggunakan trokar, atau dengan diseksi tumpul (blunt dissection). Namun, cara perkutan dengan diseksi tumpul lebih diminati saat kateter interkostal dipasang secara blind (tanpa bantuan USG) karena memberikan kontrol yang lebih baik bagi operator saat insersi. Selain itu, studi menunjukan bahwa insersi menggunakan trokar memiliki rasio komplikasi tertinggi
- Lakukan diseksi tumpul hingga ke pleura dan perlebar lubang yang dibuat secara tumpul dengan klem
- Gunakan jari untuk menelusuri lubang ke kavum pleura, perlebar lubang, dan dorong paru menjauhi lubang (hanya dapat dilakukan pada remaja, hati-hati agar tidak terjadi fraktur iga)
- Jepit ujung kateter dengan klem, masukkan ke kavum pleura, dan arahkan kateter ke sisi posterior dan superior. Masukkan hingga semua lubang dari selang masuk ke kavum pleura dan lubang paling perifer (sentinel hole) sudah tidak terlihat
- Sambungkan selang tersebut ke botol WSD yang terletak di bawah (ketinggian harus lebih rendah dari ketinggian dada pasien) dan periksa patensi kateter yang dipasang
- Jahit untuk fiksasi kateter pada dinding dada dan tempelkan kasa. Sebaiknya, lakukan jahitan “u-stitch” di sekeliling selang kateter interkostal di lokasi insersi karena jenis jahitan ini akan mengikat dan menutup insisi kulit saat kateter dilepas nantinya
- Pada kasus pneumothorax, perhatikan undulasi cairan (naik dan turunnya cairan pada selang kateter) seiring dengan pernapasan dan perhatikan adanya gelembung di botol saat ekspirasi. Pada kasus hemothorax atau efusi pleura, darah atau cairan harus mengalir keluar dari kateter
- Buang peralatan sekali pakai ke tempat sampah medis dan cuci tangan
- Lakukan pemeriksaan rontgen toraks ulang untuk mengonfirmasi posisi kateter interkostal setelah insersi dan menilai ekspansi paru[1,5,7-9,11]
Prosedur ini harus dihentikan bila tidak ada lagi cairan atau udara yang bisa diaspirasi, bila pasien batuk-batuk, bila pasien merasa dada tidak nyaman, atau bila 1,5 liter cairan telah dikeluarkan.[7]
Sebenarnya volume maksimum yang diperbolehkan dalam 1 kali drainase sebelum terjadinya re-expansion pulmonary oedema (RPO) masih diperdebatkan karena ada studi yang melaporkan drainase hingga 6,5 liter tanpa komplikasi.
Namun, risiko RPO belum bisa diprediksi pada drainase volume besar. Hal yang bisa diprediksi adalah kemungkinan RPO minimal bila drainase <1 liter. Pedoman yang ada lalu memilih langkah konservatif dan menyepakati bahwa maksimum drainase pada 1 jam pertama setelah insersi kateter interkostal adalah 1,5 liter.[7-9,12]
Follow Up
Setelah pemasangan kateter interkostal, pasien harus dipantau setiap 30 menit hingga 2 jam pertama. Apabila pasien tetap stabil setelah 2 jam, observasi dapat dilanjutkan per jam selama 2 jam berikutnya. Kemudian, observasi dapat dilanjutkan per 4 jam. Komponen yang harus diobservasi dijabarkan dalam tabel 1.[8,9]
Tabel 1. Observasi Setelah Pemasangan Kateter Interkostal
Komponen | Observasi yang Dilakukan |
Pasien |
|
Selang Kateter |
|
Sistem WSD |
|