Kontraindikasi Electroconvulsive Therapy
Kontraindikasi electroconvulsive therapy atau ECT tidak ada yang absolut. Beberapa penyakit atau komorbiditas dapat meningkatkan komplikasi pada pasien yang disebabkan oleh anestesi, seperti gagal jantung, peningkatan tekanan intrakranial, hingga deep vein thrombosis. Oleh karena itu, populasi ini membutuhkan monitoring ketat untuk menghindari komplikasi.[3,4]
Kontraindikasi relatif pada tindakan medis ECT adalah:
- Sistem saraf: cerebrovascular events dalam 3 bulan terakhir, peningkatan tekanan intrakranial, aneurisma serebral yang tidak tertangani, lesi organik otak, space occupying lesion seperti tumor otak
- Kardiovaskular: angina pektoris tidak stabil, riwayat infark miokard (3 bulan terakhir), gagal jantung, penyakit katup jantung yang tidak tertangani, aneurisma vaskular
- Respiratori : asma, PPOK
- Mata: retinal detachment, glaukoma
- Trombosis: deep vein thrombosis, emboli paru
- Ketidakstabilan c-spine: fraktur yang tidak stabil atau cedera vertebra servikalis
- Gangguan elektrolit: kadar potassium dalam serum yang abnormal[3,4]
Walaupun gangguan jantung merupakan kontraindikasi relatif ECT, tetapi ECT tetap aman dilakukan pada pasien-pasien yang menggunakan alat pacu jantung.[8]