Pendahuluan Pemeriksaan Psikiatri
Pemeriksaan psikiatri adalah pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan keluhan dan kekhawatiran psikiatri atau pada pasien dengan gangguan perilaku. Contoh kondisi yang memerlukan pemeriksaan psikiatri adalah depresi, gangguan cemas, schizophrenia, dan gangguan tidur.
Pemeriksaan psikiatri perlu mencakup pemeriksaan kesehatan secara umum, riwayat psikiatri, dan pemeriksaan status mental. Pendekatan pemeriksaan yang dipilih bergantung pada apakah keluhan memerlukan penatalaksanaan gawat darurat atau tidak.
Pada kondisi gawat darurat, misalnya pasien dengan gaduh gelisah, dokter perlu berkonsentrasi pada riwayat, gejala, dan perilaku yang lebih relevan dengan keputusan manajemen. Sedangkan, pada kondisi yang tidak gawat darurat, pemeriksaan dilakukan secara lebih lengkap dan menyeluruh.[1]
Pada pemeriksaan psikiatri, anamnesis memiliki peranan penting. Berbeda dengan cabang ilmu kedokteran lainnya, psikiatri memiliki lebih sedikit kriteria validasi eksternal, seperti pemeriksaan laboratorium atau pencitraan, yang dapat mengonfirmasi atau mengeksklusi diagnosis.
Keputusan terkait diagnosis dan tata laksana yang dipilih sangat bergantung pada data klinis yang didapat dokter dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan psikiatri pada pelaksanaannya tidak hanya bertindak sebagai media pemeriksaan oleh dokter, tetapi juga dapat berperan sebagai media terapeutik.[2,3]
Pada pemeriksaan, dokter harus membangun hubungan yang baik dengan pasien. Hubungan yang baik akan membantu dokter untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Selain itu, karena penyakit psikiatri biasanya bersifat kronis dan membutuhkan kunjungan yang berulang, hubungan baik yang dibangun sejak awal membantu kelangsungan terapi pasien.[4,5]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja