Teknik CT Scan Toraks
Teknik CT scan thorax sebaiknya menggunakan mode volumetrik pada inspirasi penuh. Mode sekuensial dapat digunakan ketika pemeriksaan dilakukan pada saat ekspirasi.[4]
Persiapan Pasien
Persiapan CT scan thorax umumnya tidak berbeda dengan prosedur CT scan lainnya. Pada pemeriksaan CT scan thorax dengan kontras, anamnesis terhadap riwayat alergi pasien dan pemeriksaan fungsi ginjal perlu dilakukan.
Pada pasien dengan risiko tinggi terjadi nya allergic-like reaction, premedikasi dengan kortikosteroid dapat diberikan. Pasien juga dapat diinstruksikan untuk melakukan puasa makan dan minum beberapa jam sebelum pemeriksaan yang menggunakan media kontras.
Namun, jika pemeriksaan CT scan thorax menggunakan media kontras yang non-ionik teriodinasi dengan osmolalitas rendah, maka pemeriksaan dapat dilakukan tanpa didahului puasa.[10]
Pasien anak cenderung mudah takut dan gelisah apabila merasakan aliran media kontras pada pembuluh darah. Injeksi saline dapat diberikan untuk menilai respon pasien serta menunjukkan kepada pasien bahwa sensasi tersebut bukanlah sesuatu yang buruk. Penghangatan media kontras dan laju suntikan yang lebih lambat dapat mengurangi sensasi yang dirasakan oleh pasien.[12]
Peralatan
Agar dapat memberikan hasil pencitraan yang baik, mesin CT scan sebaiknya mampu mencapai spesifikasi seperti berikut:
- Kemampuan akuisisi multidetector
- Waktu rotasi: ≤1 detik
Slice thickness: ≤2 mm
- Resolusi spasial: ≥8 lp/cm untuk display field of view (DFOV) ≥32 cm dan ≥10 lp/cm untuk <24 cm
- Mampu melakukan LDCT paru < 3 mSv pada pasien ukuran standar[1]
Peralatan dan obat-obat kegawatdaruratan terutama epinephrine juga harus tersedia untuk tatalaksana efek samping akibat pemberian kontras atau obat-obatan. Jumlah dan tanggal kadaluarsa peralatan dan obat-obatan harus dipantau secara teratur. Peralatan, obat-obatan, dan dukungan darurat lainnya juga harus sesuai dengan rentang usia dan ukuran populasi pasien.[1]
Posisi Pasien
Pada pemeriksaan CT scan thorax, umumnya pasien diposisikan berbaring telentang dan kedua lengan direntangkan di atas kepala. Kemudian, pasien diminta untuk menahan nafas selama beberapa saat setelah mencapai inspirasi penuh.
Pada pasien balita, apabila pengambilan gambar dapat dilakukan dengan cepat (misalnya <1 detik), maka pemeriksaan sebaiknya dilakukan dengan bernapas biasa dalam keadaan tenang daripada menahan napas dengan menggunakan anestesi.[1,4]
Pemeriksaan pada fase ekspirasi dapat dilakukan pada kondisi cystic fibrosis (CF) dan bronkiolitis konstriktif/obliteratif. Pada CF, CT scan thorax pada fase ekspirasi dilakukan untuk mengevaluasi air trapping. Pada bronkiolitis konstriktif/obliteratif, terdapat obstruksi pada saluran nafas kecil dan memerlukan pencitraan saat ekspirasi untuk menentukan diagnosis dan menilai keparahan penyakit.
Pemeriksaan pada posisi telungkup (prone) pada basis paru (lung bases) dapat membedakan antara tanda awal penyakit paru interstisial dengan atelektasis basiler.[12,13]
Prosedural
Pada praktiknya prosedur akan berpedoman pada standar operasional prosedur yang disesuaikan dengan spesifikasi serta kemampuan alat CT scan yang tersedia. Pada pemeriksaan CT scan thorax dengan kontras, pemasangan kanula pendek dan ukuran besar seperti 16g atau 18g ditempatkan pada fossa antekubiti.
Pasien dalam posisi berbaring telentang dengan kedua tangan di atas kepala. Untuk menambah kenyamanan pasien, bantal dapat ditempatkan di bawah lutut. Pastikan pasien berada ditengah meja pemeriksaan.
Tentukan lokasi scanning dari atas apeks paru-paru hingga di bawah kelenjar adrenal. Scanning biasanya dilakukan dengan kontras IV dengan delay 25 detik.[14]
Follow up
Pengawasan pada saat pemeriksaan CT scan thorax dilakukan terutama pada pemeriksaan dengan menggunakan kontras. Pengawasan dilakukan selama pemeriksaan dan beberapa jam setelah pemeriksaan. Hal yang perlu diawasi berupa ekstravasasi kontras dan efek samping dari penggunaan media kontras.[10]
Pada setiap pemeriksaan CT scan, informasi yang terdapat pada laporan dosis radiasi yakni Computed Tomography Dose Index (CTDI) dan dose length product sebaiknya dicatat. Hal ini berguna pada pasien yang menjalani pemeriksaan CT scan berulang agar dapat mengetahui riwayat dan jumlah kumulatif paparan radiasi pasien.[1]