Indikasi Fluoroskopi
Indikasi prosedur fluoroskopi secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu indikasi sebagai prosedur diagnostik dan sebagai prosedur intervensi penyakit.[1,5]
Indikasi Diagnostik
Indikasi diagnostik pada prosedur fluoroskopi adalah sebagai pemeriksaan penunjang medis untuk menentukan diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding pasien dengan keluhan tertentu.[1-3]
Sistem Gastrointestinal
Indikasi gangguan sistem gastrointestinal antara lain pada pasien dengan kecurigaan penyakit Crohn’s, ulkus, polip, kanker, dan sindrom iritasi di saluran cerna. Selain itu, dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan konstipasi, diare kronis, atau penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.[6,7]
Sistem Muskuloskeletal
Indikasi diagnostik sistem muskuloskeletal antara lain pada kecurigaan kelainan herniasi diskus vertebra, tumor medula spinalis, infeksi atau inflamasi pada jaringan sekitar medula spinalis, stenosis spinal, ankylosing spondylitis, bone spurs, artritis diskus, serta kista atau cedera medula spinalis.[8]
Sistem Saraf
Indikasi sistem saraf muskuloskeletal antara lain untuk mendiagnosis tumor otak.[8]
Sistem Kardiovaskular
Fluoroskopi pada sistem kardiovaskular bermanfaat untuk menentukan kelainan pada pembuluh darah, seperti letak trombus dengan metode angiografi.[9,10]
Sistem Saluran Kemih
Fluoroskopi dapat digunakan untuk menentukan patensi saluran kemih, bila ada kecurigaan obstruksi atau striktur. Selain itu, untuk melihat adanya batu saluran kemih yang radiolusen.[1-3]
Indikasi Intervensi
Beberapa indikasi intervensi fluoroskopi adalah:
- Memantau insersi kateter jantung untuk pemasangan stent atau balloon arteri koroner[9,10]
- Menilai ketepatan reduksi fraktur, posisi insersi implant, dan memandu artroplasti[1-3,5,11]
Keunggulan Fluoroskopi
Metode fluoroskopi memiliki berbagai keunggulan, di antaranya biaya yang jauh lebih rendah daripada computed tomography (CT scan) dan magnetic resonance imaging (MRI). Selain itu, fluoroskopi juga memungkinkan klinisi memantau real time kondisi internal organ pasien yang sedang diperiksa, contohnya saat menilai motilitas esofagus pada gangguan esofagus.[5]
Prosedur fluoroskopi juga lebih adaptif saat proses pemeriksaan, karena pasien dapat mengadopsi berbagai posisi sesuai indikasi pemeriksaan saat itu. Sedangkan metode CT scan atau MRI hanya dapat menyajikan penampakan orthogonal.[5]
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati