Indikasi USG Sinus
Indikasi ultrasonografi/USG sinus adalah sebagai pemeriksaan penunjang untuk membantu mendiagnosis dan terapi rhinosinusitis. Rhinosinusitis pada umumnya dapat didiagnosis dari gambaran klinis pasien tanpa memerlukan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan nasal drainage yang purulen, hidung tersumbat, disertai dengan atau tanpa nyeri tekan pada wajah dapat dicurigai rhinosinusitis.[1,2]
Diagnosis Rhinosinusitis
Ultrasonografi (USG) biasanya terdapat pada sistem kesehatan primer, mudah diakses dan murah. USG sinus digunakan untuk menilai sinusitis maksilaris akut dan subakut. Pasien dengan keluhan obstruksi nasal, nyeri tekan pada wajah, disertai sekret purulen, dapat didiagnosis menderita sinusitis.
Akan tetapi, pasien dengan keluhan yang tidak spesifik, seperti demam, nyeri kepala hebat, nyeri gigi, anosmia atau rasa penuh pada telinga memerlukan pemeriksaan penunjang lebih lanjut untuk menegakkan diagnostik pasti. USG sinus merupakan pilihan untuk menegakkan diagnosa deviasi septum nasal berat atau hipertrofi turbinate nasal.[1,2,4]
Pemeriksaan USG sinus bersifat noninvasif, mudah, cepat, dan sederhana sehingga pemeriksaan ini lebih dipilih dibanding rontgen sinus, endoskopi nasal, maupun CT scan atau MRI wajah. Pemeriksaan ini menjadi pilihan terutama pada pasien anak–anak, bedridden, dan pasien yang kurang kooperatif karena mengurangi paparan radiasi apabila pemeriksaan perlu diulang.
Pemeriksaan ini memiliki nilai sensitivitas 32‒99% dan spesifisitas 61‒100% dibandingkan dengan pemeriksaan radiologi lain atau sinus puncture. Penelitian oleh Otilia menyebutkan bahwa pemeriksaan USG sinus memiliki sensitivitas sebesar 64% dan spesifisitas sebesar 95% dibanding dengan MRI wajah.[1,2,4]
Terapi Rhinosinusitis
Ultrasonografi (USG) sinus juga dapat digunakan sebagai terapi pada rhinosinusitis kronis. Rhinosinusitis kronis adalah kondisi inflamasi pada hidung dan sinus paranasal dengan minimal 2 gejala, dan berlangsung selama 12 minggu atau lebih. Gejala yang muncul pada rhinosinusitis kronis seperti obstruksi nasal atau sekret nasal (anterior atau posterior nasal drip) dengan atau tanpa nyeri pada daerah wajah, serta hilangnya indra penciuman.
Melalui pemeriksaan endoskopi nasal dapat ditemukan polip nasal, sekret mukopurulen pada meatus nasal, atau edema pada meatus nasal medial. Rhinosinusitis kronis adalah penyakit yang belum diketahui jelas patofisiologinya. Kebanyakan pasien tidak respon terhadap pengobatan antibiotik.[1,5]
Terapi ultrasound dengan intensitas rendah untuk rhinosinusitis kronis akan memberikan efek yang menguntungkan, yaitu membunuh bakteri yang membentuk biofilm dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Karena itu, disarankan untuk memberikan terapi ultrasound sinus bersamaan dengan antibiotik agar memberikan hasil yang baik.[2,3]
Terapi ultrasound sinus bekerja sebagai fisioterapi yang menyalurkan panas melalui gelombang supersonik, kemudian memperbaiki jaringan dan mengurangi inflamasi. Penetrasi gelombang ultrasound ke organ target dengan mekanisme termal yang diserap sinus akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah sinus sehingga terjadi peningkatan metabolisme jaringan dalam sirkulasi oksigen dan nutrien. Efek termal ini akan mengurangi gejala pasien yang berupa sumbatan hidung atau sekret nasal.
Terapi ultrasound sinus dapat meningkatkan efektifitas antibiotik dengan meningkatkan penyaluran antibiotik menuju bakteri. Ultrasound juga bekerja pada permeabilitas membran sel dan menghambat pertumbuhan serta proses metabolisme bakteri.[3,5,6]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli