Farmakologi Metamizole
Farmakologi metamizole adalah inhibisi siklooksigenase dan aktivasi sistem opioidergik dan kanabinoid, serta inhibisi pelepasan Ca2+ intraseluler. Oleh karena itu, obat ini sering digunakan untuk manajemen nyeri berat.
Farmakodinamik
Keseluruhan farmakodinamik metamizole belum diketahui secara pasti. Diduga bahwa metamizole dan metabolit utamanya, 4-methyl-amino-antipyrine (MAA) memberi efek analgesik dengan bekerja di sentral dan perifer. Selain itu, metamizole juga bekerja sebagai antipiretik dan spasmolitik.[3,8,10]
Di perifer, metamizole menginhibisi siklooksigenase (COX), mengakibatkan perubahan metabolisme asam arakidonat dan inhibisi sintesis prostaglandin. Metamizole juga menghambat agregasi platelet dan menurunkan sintesis tromboksan A2 (TXA2).
Mekanisme kerja metamizole di sentral diduga berupa inhibisi COX-3 dan aktivasi sistem opioidergik dan kanabinoid. Metamizole menekan pain-evoked potential di neuron thalamus, meskipun tidak seefektif obat morfin.[3,4,8,11]
Metamizole bekerja sebagai antipiretik dengan memblok kedua jalur demam yang diinduksi lipopolisakarida, yakni jalur yang dependen dan independen terhadap prostaglandin. Mekanisme antipiretik tersebut berbeda dengan obat-obat antiinflamasi nonsteroid lainnya.[3]
Mekanisme spasmolitik metamizole berkaitan dengan reduksi sintesis inositol fosfat, yang mengakibatkan inhibisi pelepasan Ca2+ intraseluler.[3,4]
Farmakokinetik
Farmakokinetik metamizole cukup baik dengan bioavailabilitas yang tinggi.
Absorpsi
Pada pemberian oral, metamizole dihidrolisis dengan cepat menjadi MAA dalam asam lambung, dan diabsorpsi dalam bentuk tersebut. Bioavailabilitas MAA 85% pada pemberian oral (tablet), 89% pada pemberian drop, 54% untuk suppositoria, dan 87% pada injeksi intramuskular. Terdapat hubungan linier antara dosis oral metamizole dan konsentrasi maksimum MAA.[3,12]
Konsentrasi puncak MAA dalam plasma (Cmax) dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Cmax (tmax) tidak berbeda secara signifikan baik pada pemberian per oral maupun injeksi intramuskular. Sedangkan absorpsi melalui suppositoria lebih lambat dan tidak lengkap.[3,12]
Setelah pemberian oral, Tmax akan dicapai antara 1,2-2 jam. Mengonsumsi tablet metamizole bersamaan dengan makanan sedikit memperlambat tmax MAA, namun perbedaannya tidak signifikan.[12]
Distribusi
Metabolit utama metamizole adalah MAA, 4-amino-antipyrine (AA), 4-acetyl-amino-antipyrine (AAA), dan 4-formyl-amino-antipyrine (FAA). Keempatnya dapat menembus sawar darah otak.
Tidak ada metabolit utama metamizole yang terikat secara ekstensif pada protein plasma. Rerata keterikatan metabolit utama metamizole pada plasma kurang dari 60%. Volume distribusi MAA adalah 1,15 liter/kgBB.[3,12]
Metabolisme
Metamizole dimetabolisme dengan waktu paruh 16 menit menjadi MAA. MAA dimetabolisme lebih lanjut di hepar dengan waktu paruh 2,6-3,5 jam menjadi FAA (bentuk metabolit akhir) dan AA. Kemudian AA mengalami proses asetilasi menjadi AAA oleh N-acetyl-transferase polimorfik.[3,12]
MAA dan AA mengalami transformasi lebih lanjut menjadi arachidonoyl amide aktif dengan bantuan fatty acid amide hydrolase (FAAH), sebuah enzim yang terdapat dalam konsentrasi tinggi di hepar dan otak.[3]
Eliminasi
Metamizole diekskresi melalui urine dalam bentuk metabolit, terutama AAA dan FAA. Klirens ginjal keempat metabolit utama berkisar antara 3-70 mL/menit. Persentase rerata dosis metabolit dalam urine setelah pemberian per oral adalah 2-4% untuk MAA, 5-9% untuk AA, 21-27% untuk AAA, dan 11-23% untuk FAA.[12]
Pada lansia, klirens MAA berkurang sebanyak 33%. Pada pasien dengan sirosis hepatis, klirens keempat metabolit menurun secara umum. Sedangkan pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, terdapat penurunan signifikan ekskresi AAA dan FAA.[12]
Penulisan pertama oleh: dr. Krisandryka