Kontraindikasi dan Peringatan Chloroquine
Kontraindikasi penggunaan chloroquine atau klorokuin, adalah pada pasien hipersensitif terhadap komponen 4-aminoquinolin, serta pasien dengan riwayat gangguan retina, psoriasis, dan porphyria. Peringatan pemberian obat ini yang utama adalah banyak kasus malaria yang disebabkan Plasmodium falciparum telah resisten dengan obat ini.[3,12]
Kontraindikasi
Penggunaan chloroquine dikontraindikasikan pada pasien alergi terhadap komponen 4-aminoquinolin, juga pada pasien dengan riwayat gangguan retina atau perubahan lapang pandang, psoriasis, dan porphyria.[11,12]
Hal ini karena chloroquine memiliki efek samping retinopati/makulopati, degenerasi makular, dan kerusakan retina ireversibel, yang dilaporkan terjadi pada beberapa pasien yang mendapat terapi 4-aminoquinolin jangka panjang atau dosis tinggi. Sedangkan penggunaan chloroquine pada pasien psoriasis dapat menyebabkan serangan berat. Apabila digunakan pada pasien porfiria, dapat terjadi eksaserbasi. Chloroquine sebaiknya tidak digunakan pada kondisi ini kecuali jika berdasarkan penilaian dokter, keuntungannya akan melebihi potensi risikonya.[11,12]
Peringatan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan chloroquine, adalah:
- Strain Plasmodium falciparum tertentu sudah resisten terhadap komponen 4-aminoquinolin, termasuk chloroquine. Resistensi chloroquine sudah tersebar luas terutama di sub-Sahara Afrika, subkontinen India, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Oleh karena itu, chloroquine tidak boleh digunakan untuk terapi malaria karena infeksi Plasmodium falciparum di daerah yang resisten terhadap chloroquine. Juga sebelum pemberian chloroquine sebagai profilaksis, harus dipastikan apakah chloroquine tepat digunakan di daerah yang akan dikunjungi. Di Indonesia, karena adanya resistensi, sejak tahun 2004 obat pilihan utama untuk malaria falciparum adalah obat ACT (artemisinin combination therapy)
- Faktor risiko untuk terjadinya retinopati diantaranya umur, durasi terapi, dosis tinggi, dan/atau akumulasi dosis. Saat pasien diindikasikan untuk mendapat obat chloroquine dalam jangka panjang, seharusnya didahului dengan pemeriksaan mata, termasuk pemeriksaan visus, slit lamp, dan lapang pandang. Perubahan retina dan gangguan visual dapat terjadi bahkan setelah penghentian terapi
- Pada pasien yang mengalami kerusakan auditorik sebelumnya dapat terjadi perburukan gangguan pendengaran, oleh karenanya pemeriksaan audiometri diperlukan sebelum pemberian chloroquine jangka panjang untuk mencegah risiko tuli
- Gangguan ekstrapiramidal akut dapat terjadi terkait penggunaan Efek ini biasanya hilang setelah terapi dihentikan, dan/atau diberikan terapi simtomatik
- Pasien dengan riwayat epilepsi harus diedukasi mengenai risiko penggunaan chloroquine yang dapat menginduksi terjadinya kejang
- Chloroquine harus disimpan di tempat yang tidak dapat dijangkau oleh anak-anak, karena anak-anak sensitif terhadap komponen 4-aminoquinolin. Sejumlah hal fatal dilaporkan terkait penggunaan chloroquine yang tidak disengaja oleh anak-anak. Pada dosis yang relatif kecil, yaitu 0,75 gram atau 1 gram chloroquine fosfat, pada anak berusia 3 tahun dapat berakibat fatal. Gejala toksisitas dapat terjadi dalam beberapa menit, seperti sakit kepala, pusing, mual, muntah, dan kejang[11,12,18]