Pengawasan Klinis Chloroquine
Pengawasan klinis pemberian chloroquine harus dilakukan karena berhubungan dengan sifat farmakologis dan efek samping obat, antara lain:
- Efek Hematologi: Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan secara periodik pada pasien diberikan chloroquine jangka panjang. Jika terdapat gangguan hematologi berat yang bukan merupakan akibat dari penanganan malaria yang kurang atau under treatment, penghentian terapi chloroquine harus dipertimbangkan
- Efek Visus: Pemeriksaan mata secara berkala harus dilakukan. Jika terdapat abnormalitas dalam pemeriksaan, yang bukan akibat gangguan akomodasi atau kekeruhan kornea, maka pemberian chloroquine harus segera dihentikan. Pasien selanjutnya harus dimonitor ketat terkait kemungkinan progresifitas
- Efek Auditorik: Pada pasien dengan gangguan auditorik yang sudah ada sebelumnya, chloroquine harus diberikan dengan pengawasan ketat. Apabila muncul gangguan pendengaran saat pemberian terapi, maka chloroquine harus segera dihentikan dan pasien dimonitor dengan ketat
- Efek Hepatik: Chloroquine akan terkonsentrasi di hati sehingga harus dilakukan pengawasan pada pasien dengan gangguan hati, pasien alkoholik atau pasien yang menggunakan obat hepatotoksik lain
- Efek Muskuloskeletal: Semua pasien dengan terapi chloroquine jangka panjang harus dilakukan pemeriksaan sistem motorik, seperti refleks lutut dan kaki, secara periodik untuk mendeteksi adanya kelemahan otot. Jika terjadi kelemahan otot atau miopati, obat harus dihentikan[11,12]