Kontraindikasi dan Peringatan Idarubicin
Kontraindikasi dan peringatan penggunaan idarubicin khususnya bagi pasien yang memiliki penyakit penyerta terkait dengan gangguan jantung, hati dan ginjal dikarenakan efek toksisitas obat.[9,12,13,27]
Kontraindikasi
Kontraindikasi penggunaan idarubicin pada seseorang yang memiliki hipersensitivitas, gangguan jantung, hati, ginjal, mielosupresi, ibu hamil dan ibu menyusui.[9,12,13,17,23,27]
Hipersensitivitas
Kontraindikasi penggunaan idarubicin karena adanya hipersensitivitas pada idarubicin. Selain itu, kandungan yang terdapat dalam sediaan idarubicin dapat menyebabkan timbulnya syok anafilaktik.[12,13]
Gangguan Ginjal dan Hati Berat
Kontraindikasi penggunaan idarubicin pada pasien yang mengalami gangguan ginjal dan hati yang berat. Selain itu, diduga menyebabkan kerusakan pada hati yang nampak secara klinis. Ginjal juga merupakan jalur eliminasi utama untuk banyak obat antineoplastik dan metabolitnya. Gangguan ginjal dapat mengakibatkan ekskresi obat yang tertunda dan peningkatan toksisitas sistemik.[12,13,27]
Gangguan Jantung Berat
Kontraindikasi penggunaan idarubicin pada seseorang yang mengalami gangguan jantung yang berat dikarenakan efek kardiotoksisitas yang dapat menyebabkan gagal jantung ireversibel.[12,28]
Mielosupresi
Kontraindikasi penggunaan idarubicin pada pasien yang mengalami mielosupresi dikhawatirkan mielosupresi menjadi semakin berat karena agen ini adalah penekan sumsum tulang yang kuat. Selama fase mielosupresi berat, kematian akibat infeksi dan/atau perdarahan telah dilaporkan.[13,15,17,23]
Pada Ibu Hamil
Kontraindikasi penggunaan idarubicin pada ibu hamil karena antineoplastik ini terbukti menyebabkan embriotoksik pada janin.[9,11,12]
Pada Ibu Menyusui
Kontraindikasi penggunaan idarubicin pada ibu menyusui dikarenakan tidak diketahui apakah agen kemoterapi disekresikan ke dalam air susu ibu (ASI) atau tidak. Oleh sebab itu ibu menyusui yang menggunakan idarubicin sebaiknya menghentikan proses menyusuinya.[9,11,12,13]
Peringatan
Peringatan penggunaan idarubicin ditunjukkan saat penyuntikan secara intravena dengan risiko ekstravasasi. Agen antineoplastik ini bisa menyebabkan toksisitas pada jantung, toksisitas hematologi, gangguan pada renal dan gastrointestinal.[9,12,13]
Efek dari Penyuntikan
Ekstravasasi idarubicin selama injeksi intravena dapat menyebabkan nyeri lokal, lesi jaringan yang parah (vesikasi, selulitis parah), dan nekrosis. Jika tanda atau gejala ekstravasasi terjadi selama pemberian idarubicin intravena, infus obat harus segera dihentikan.[12,19,20] Petugas kesehatan perlu memperhatikan cara pemberian agen kemoterapi ini dengan cara yang aman karena toksisitas tinggi yang membahayakan mereka.
Kardiotoksisitas
Fungsi jantung harus dinilai sebelum memulai pengobatan dengan idarubicin dan harus dipantau selama terapi untuk meminimalkan risiko insufisiensi jantung yang parah. Risiko dapat dikurangi dengan pemantauan LVEF (left ventricular ejection fraction) dengan echocardiography secara teratur selama pengobatan, dengan penghentian segera idarubicin bila tampak adanya gangguan fungsi jantung.[12,13,23]
Gangguan Hepatorenal
Karena gangguan fungsi hati dan/atau ginjal dapat mempengaruhi disposisi idarubicin, fungsi hati dan ginjal harus dievaluasi. Dalam sejumlah uji klinis fase III, pengobatan dikontraindikasikan jika kadar serum bilirubin dan/atau kreatinin melebihi 2,0 mg/dL. Dengan antrasiklin lain pengurangan dosis 50% umumnya digunakan jika kadar bilirubin berada dalam kisaran 1,2 - 2,0 mg/dL.[13,15,17,23]
Toksisitas Hematologi
Profil hematologi harus dinilai setiap siklus terapi dengan idarubicin, termasuk jumlah leukosit. Leukopenia reversibel dan/atau granulositopenia (neutropenia) adalah manifestasi utama dari toksisitas hematologi. Trombositopenia dan anemia juga dapat terjadi. Jumlah neutrofil dan trombosit biasanya mencapai titik terendah pada 10 - 14 hari setelah pemberian obat, namun, jumlah sel umumnya kembali ke tingkat normal selama minggu ketiga.[13,15,17,23]
Gangguan Gastrointestinal
Idarubicin menyebabkan nausea, vomitus, mucositis (terutama stomatitis, lebih jarang esofagitis), episode peristiwa gastrointestinal yang serius (seperti perforasi atau perdarahan) telah dilaporkan. Pada pasien dengan penyakit gastrointestinal aktif dengan peningkatan risiko perdarahan dan/atau perforasi, perlu dipertimbangkan antara risiko dan manfaatnya.[13,15,17,23]