Epidemiologi Pollen Allergy
Studi epidemiologi menunjukkan, alergi serbuk sari memegang sepertiga dari angka kejadian alergi di dunia. Angka kejadian alergi serbuk sari pada satu tahun terakhir mengalami peningkatan. Dari total jumlah penduduk sebanyak 332,915,073 orang, lebih dari 50 juta masyarakat di Amerika Serikat mengidap rhinitis alergi sebagai manifestasi klinis dari alergi serbuk sari. Sekitar 20-30 juta dari jumlah ini memiliki riwayat penyakit asma. Alergi lebih banyak terjadi pada masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan.[1,6]
Global
Menurut International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), prevalensi alergi serbuk sari pada usia 13-14 tahun di seluruh dunia mencapai 22.1%. Sedangkan prevalensi menurut wilayah meliputi 29.5% di Afrika, 23.9% di Asia, 20.1% di Eastern Mediterranean, 15.8% di Indian subcontinent, 23.7% di Amerika Latin, 33.3% di Amerika utara, 12.3% di Eropa Barat dan Utara, dan 39.8% di Oceania.[4]
Pasien yang mengalami rhinitis alergi akibat serbuk sari rentan mengalami infeksi sinus. Sedangkan pada 80% dari mereka yang memiliki riwayat asma dengan alergi serbuk sari, kontrol serangan asma akan lebih sulit.[2,4]
Indonesia
Tidak ditemukan data mengenai epidemiologi mengenai alergi serbuk sari di Indonesia.
Mortalitas
Alergi serbuk sari atau pollen allergy tidak secara langsung menyebabkan kematian, namun beberapa studi menunjukkan bahwa keadaan ini dapat memiliki komplikasi pada saluran respirasi dan sistem kardiovaskular.[10]
Studi mengenai mortalitas akibat alergi serbuk sari yang dilakukan di Area Metropolitan Helsinki, Finlandia pada tahun 1994-2014 menunjukkan bahwa paparan yang banyak oleh serbuk sari alder dapat dengan signifikan meningkatkan risiko kematian karena gangguan pada sistem respirasi, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Menurut studi yang sama, alergen serbuk Mugwort secara signifikan meningkatkan angka mortalitas kardiovaskular.[10]