Pendahuluan Hipertensi Perioperatif
Hipertensi perioperatif merupakan peningkatan tekanan darah yang terjadi baik preoperasi, intraoperasi, atau pascaoperasi. Hipertensi perioperatif dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti riwayat hipertensi sebelumnya, jenis operasi yang dilakukan, induksi anestesi, tingkat nyeri, adanya penyulit kehamilan, kecemasan, serta gangguan organ.[1–5]
Manajemen hipertensi perioperatif utamanya ditujukan untuk menghindari komplikasi kardiovaskuler, neurologis, atau renal. Strategi penanganan hipertensi perioperatif harus mempertimbangkan stratifikasi risiko kardiak dari masing-masing pasien. Operasi elektif dapat ditunda bila pasien memiliki tekanan darah sistolik ≥180 mmHg atau diastolik ≥110 mmHg hingga tekanan darah terkontrol.[1,3,6]
Tata laksana hipertensi perioperatif meliputi evaluasi risiko klinis dan mengontrol tekanan darah sebelum operasi. Pada pasien dengan riwayat hipertensi, penapisan kerusakan organ akibat hipertensi atau hypertension-mediated organ damage (HMOD) dan risiko penyakit kardiovaskular perlu dilakukan sebelum menjalani operasi.[1,2,7]
Hingga kini, masih terdapat perbedaan pendapat mengenai kontinuitas penggunaan obat antihipertensi hingga hari operasi. Namun, pasien hipertensi yang sudah dalam pengobatan boleh melanjutkan konsumsi beta blocker hingga hari operasi.[8]
Standar ambang tekanan darah optimal yang perlu dicapai selama operasi berlangsung masih diperdebatkan hingga kini. Mengingat penurunan tekanan darah secara cepat berisiko menyebabkan komplikasi perioperatif yang serius, pemberian terapi antihipertensi intraoperatif harus dilakukan secara berhati-hati dan disesuaikan dengan komorbiditas masing-masing pasien.[1,2,9,10]
Selain terapi farmakologi seperti beta blockers atau nicardipine, pemberian terapi suportif dapat diberikan untuk mengontrol faktor pemicu peningkatan tekanan darah selama masa operasi dan pascaoperasi. Terapi suportif meliputi pemberian analgesik untuk mengatasi nyeri akut intraoperatif, pemberian terapi oksigen untuk kontrol saturasi oksigen pasien, serta manajemen elektrolit dan suhu pasien.[1,2,10]
Hipertensi perioperatif berisiko menyebabkan berbagai komplikasi antara lain stroke, edema pulmonar, gagal ginjal akut, dan berbagai gangguan kardiovaskular seperti infark miokard dan aritmia. Prognosis hipertensi perioperatif baik bila tekanan darah dapat dikontrol dengan adekuat dan tidak disertai dengan komplikasi.[4,5,8]
Penulisan pertama oleh: dr. Yelvi Levani