Patofisiologi Malignant Hyperthermia
Patofisiologi malignant hyperthermia atau hipertermia maligna berhubungan erat dengan defek pada saluran transport Ca2+ serta defek pada reseptor isoform ryanodine (RYR1) yang dikenal sebagai kanal kalsium pada retikulum sarkoplasma muskuloskeletal. Abnormalitas tersebut menyebabkan peningkatan pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma ke intrasel sehingga terjadi rigiditas. Otot skeletal berkontraksi secara berlebihan, yang meningkatkan konsumsi ATP (adenosine triphosphate) dan oksigen.[7-10]
Dinamika Saluran Kalsium dan Kondisi Hipermetabolik
Perubahan kinetika saluran kalsium di retikulum sarkoplasma otot rangka menyebabkan pelepasan kalsium dalam jumlah besar. Kalsium yang dilepaskan dalam jumlah besar akan menyebabkan keadaan hipermetabolik terutama apabila diinduksi oleh agen pemicu.[4,7,10]
Peningkatan kalsium yang berkelanjutan memungkinkan stimulasi berlebihan metabolisme glikolitik aerobik dan anaerobik, yang menyebabkan asidosis respiratorik dan metabolik. Ini juga menyebabkan rigiditas otot, perubahan permeabilitas sel, dan hiperkalemia.[6-8]
Pelepasan kalsium yang berlebihan juga menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen dan ATP, serta peningkatan produksi asam laktat dan panas secara berlebihan. Deplesi ATP menyebabkan kegagalan integritas membran dan kebocoran isi sel seperti kalium, kreatinin kinase, dan mioglobin ke dalam sirkulasi.[4,6,8]
Peningkatan ETCO2 dan Respon Eksotermik
Peningkatan konsumsi oksigen terjadi tiga kali lipat pada kondisi malignant hyperthermia yang secara langsung akan meningkatkan end tidal carbon dioxide (ETCO2) atau hiperventilasi selama pernapasan spontan. Akibat akumulasi dari CO2 pada sel-sel tubuh, maka kondisi hiperkapnia dan hipoksemia terjadi secara bersamaan.[2,4,6]
Persediaan oksigen dan glukosa juga akan menipis pada malignant hyperthermia, sehingga menyebabkan fosforilase diaktifkan secara bersamaan, dan proses glikolisis berjalan secara intensif. Hal-hal tersebut pada akhirnya akan mengakibatkan kondisi asidosis campuran respiratorik dan metabolik fulminan yang tidak terkompensasi.[2,7,8]
Peningkatan ETCO2 secara konstan juga dapat menyebabkan terjadinya hipermetabolisme yang kemudian menimbulkan respons eksotermik besar-besaran. Respon eksotermik yang terjadi akan menimbulkan peningkatan suhu tubuh secara ekstrem hingga 43°C dengan kecepatan 1°C setiap 5 menit.[7-10]
Lonjakan Katekolamin Simpatik
Lonjakan katekolamin simpatik yang terjadi akibat kondisi hipermetabolik akan menyebabkan takikardia dan aritmia, serta dapat mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang kemudian menyebabkan koma, arefleksia, dan dilatasi pupil.[4,7,10]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra