Diagnosis Malignant Hyperthermia
Diagnosis malignant hyperthermia atau hipertermia maligna cukup sulit karena manifestasi klinis yang bersifat tidak spesifik. Beberapa manifestasi klinis seperti peningkatan suhu tubuh, adanya kekakuan otot, laju pernapasan yang cepat, serta takikardia dapat menjadi tanda awal terjadinya malignant hyperthermia.[1,2,6]
Malignant hyperthermia dapat terjadi di ruang operasi atau pada periode awal pasca operasi. Tanda awal yang spesifik pada malignant hyperthermia adalah adanya peningkatan end tidal carbon dioxide (ETCO2).[6,13]
Menurut Association of Anaesthetists, kondisi malignant hyperthermia perlu dicurigai jika pasien yang sedang menjalani atau setelah pembedahan mengalami:
- Peningkatan ETCO2 yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya dan tidak terduga
- Peningkatan laju jantung yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya dan tidak terduga
- Peningkatan suhu yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya dan tidak terduga[11]
Anamnesis
Malignant hyperthermia perlu dicurigai pada pasien yang sedang menjalani pembedahan atau setelah pembedahan dan mengalami kenaikan suhu tubuh yang tidak dapat dijelaskan secara adekuat dengan faktor lain. Peningkatan ETCO2 dengan atau tanda hiperkapnia yang tidak sesuai dengan ventilasi pasien juga dapat menjadi petunjuk penting. Kondisi biasanya berkaitan dengan paparan anestesi volatil seperti halothane dan sevoflurane, atau succinylcholine.
Pasien malignant hyperthermia juga akan mengalami peningkatan denyut jantung yang tidak wajar dan tidak terkendali, gejala hiperkalemia, asidosis metabolik, dan peningkatan kekakuan otot. Perlu dicatat bahwa pasien dengan riwayat keluarga malignant hyperthermia atau mutasi genetik yang terkait dengan malignant hyperthermia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini.
Pada pasien yang dicurigai mengalami malignant hyperthermia, agen anestesi harus dihentikan segera, dan pemberian dantrolene harus dimulai.[2,7,11,13]
Gejala
Seperti telah disebutkan di atas, gejala pada malignant hyperthermia bersifat tidak spesifik. Kecurigaan klinis yang kuat sangat diperlukan untuk deteksi dari kondisi ini. Kondisi malignant hyperthermia perlu dipikirkan pada pasien yang sedang atau setelah menjalani pembedahan dan mengalami kenaikan suhu tubuh yang tidak jelas penyebabnya.[2,7,11,13]
Faktor Risiko
Perhatikan beberapa faktor yang meningkatkan risiko pasien mengalami malignant hyperthermia untuk mengantisipasi kondisi ini saat perencanaan pembedahan. Riwayat keluarga dengan malignant hyperthermia, riwayat kelemahan otot bawaan, serta riwayat penyakit seperti central core disease, centronuclear myopathy, dan multiminicore disease (MMD) perlu diidentifikasi.[2,7,11,13]
Riwayat Operasi
Evaluasi riwayat operasi pada pasien. Ini mencakup jenis operasi yang pernah dijalani, ada tidaknya kondisi malignant hyperthermia saat operasi sebelumnya, serta adakah riwayat kekakuan otot saat pemberian anestesi.[2,7,11,13]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada malignant hyperthermia harus dilakukan dengan melakukan evaluasi pada kondisi umum, tanda-tanda vital pasien, serta pemeriksaan pada beberapa tinjauan sistem dengan cepat dan tepat.[1,2,7]
Pemantauan Tanda Vital
Dapat ditemukan adanya peningkatan suhu tubuh >38.8°C secara tiba-tiba, bahkan suhu tubuh dapat mencapai ≥ 44°C. Suhu tubuh pada malignant hyperthermia akan meningkat 1–2°C setiap 5 menit. Selain itu, pasien dapat mengalami takikardia dengan laju denyut nadi > 100 kali/menit. Hemodinamik pasien umumnya tidak stabil.[1,4,6]
Pemeriksaan Regio Fasialis
Dapat ditemukan adanya kejang ataupun spasme masseter terutama pada awal terjadinya malignant hyperthermia. Pernapasan cuping hidung juga dapat ditemukan pada pasien hipertemia maligna akibat peningkatan ETCO2.[2,6,7,13]
Pemeriksaan Toraks
Retraksi sela iga dapat ditemukan pada pasien malignant hyperthermia karena konsumsi oksigen yang meningkat dan peningkatan ETCO2.[1,4,6]
Pemeriksaan Regio Ekstremitas dan Muskoskeletal
Pada pemeriksaan sistem muskuloskeletal ditemukan adanya kekakuan otot (muscle rigidity), otot mengalami spasme bila dipalpasi, dan range of motion (ROM) terbatas.[6,7]
Pemeriksaan Integumen
Dapat ditemukan adanya hiperhidrosis di mana pasien mengeluarkan keringat yang sangat banyak. Selain itu, kulit pasien dapat menunjukkan adanya marmorated skin.[4,6,7]
Tabel 1. Tanda Klinis Malignant Hyperthermia Menurut European Malignant Hyperthermia Group (EMHG)
Gejala Awal | Gejala Akhir (Late) |
Peningkatan ETCO2 | Hiperkalemia |
Takipnea pada pernapasan spontan | Peningkatan suhu tubuh lebih dari 1⁰C per 5 menit |
Takikardia, aritmia ventrikel | Peningkatan aktivitas CK (creatine kinase) |
Spasme masseter setelah pemberian obat succinylcholine | Peningkatan tingkat mioglobin |
Kekakuan otot (muscle rigidity) | Mioglobinuria |
Peningkatan suhu kulit | DIC (disseminated intravascular coagulation) |
Penurunan SaO2 | |
Fluktuasi tekanan arteri | |
Hiperhidrosis | |
Kulit yang mengalami marmorasi (marmorated skin) | |
Asidosis metabolik dan respiratorik |
Sumber: dr.Eva Naomi, Alomedika, 2023.[1,2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding malignant hyperthermia adalah penyakit dengan gambaran klinis yang mirip seperti peningkatan ETCO2 secara mendadak, kenaikan suhu tubuh secara mendadak, dan adanya kekakuan otot. Beberapa kondisi yang perlu dipertimbangkan adalah anestesi yang insufisien, insufisiensi ventilasi maupun fresh gas flow, dan peningkatan ETCO2 akibat operasi laparoskopi.[12,13,15]
Insufisiensi Anestesi
Pada insufisiensi anestesi, pasien mungkin menunjukkan respons terhadap agen anestesi yang tidak memadai, seperti gerakan tubuh atau reaksi terhadap rangsangan. Untuk membedakan, pada malignant hyperthermia tanda dan gejala terjadi secara tiba-tiba dan meliputi peningkatan suhu tubuh yang drastis, hiperkapnia, dan hiperkalemia.[6,12,13,15]
Insufisiensi Ventilasi
Peningkatan ETCO2 bisa terjadi akibat ventilasi yang tidak memadai, seperti pada hipoventilasi atau penyumbatan saluran napas. Untuk membedakan, pada malignant hyperthermia peningkatan ETCO2 disertai dengan gejala lain seperti peningkatan suhu tubuh yang cepat, takikardia, dan kemungkinan peningkatan kadar kalium. Pasien dengan malignant hyperthermia juga dapat mengalami kekakuan otot dan hiperkapnia yang lebih ekstrem.[6,12,13,15]
Peningkatan ETCO2 akibat Laparoskopi
Peningkatan ETCO2 bisa terjadi selama laparoskopi akibat tekanan abdomen yang meningkat, yang dapat mempengaruhi aliran balik vena dan perfusi paru-paru. Untuk membedakan, peningkatan ETCO2 pada laparoskopi biasanya terjadi secara gradual dan dipengaruhi oleh tekanan abdomen. Selain itu, pada laparoskopi, tidak ada peningkatan suhu tubuh atau gejala-gejala malignant hyperthermia lainnya.[6,12,13,15]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis malignant hyperthermia dapat ditegakkan melalui pemeriksaan biopsi otot dan in-vitro contracture test sebagai pemeriksaan baku emas di mana respon kontraktilitas otot yang dipajankan dengan halothane dan kafein dinilai. Selain itu, pemeriksaan laboratorium seperti analisa gas darah dan elektrolit pada malignant hyperthermia juga dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis.[6,12,14]
In Vitro Contracture Test
In Vitro Contracture Test (IVCT) merupakan pemeriksaan baku emas dari malignant hyperthermia. IVCT dilakukan melalui prosedur biopsi otot pada otot yang dipajankan dengan halothane dan kafein. Berdasarkan European Malignant Hyperthermia Group (EMHG), pasien dapat dinyatakan mengalami malignant hyperthermia susceptible (MHS) apabila kedua tes baik dengan halothane maupun kafein menunjukkan hasil yang positif.
Pasien dapat dikatakan sebagai MHS(h) atau susceptible halothane apabila hasil tes positif terhadap halothane dan MHS(c) atau susceptible caffeine apabila hasil tes positif terhadap kafein. Sementara itu, apabila hasil tes menunjukkan negatif untuk kedua zat uji coba, maka pasien dinyatakan tidak malignant hyperthermia.[6,12,14]
Analisis DNA
Analisis DNA saat ini dilakukan dengan sampel darah dan next generation sequencing (NGS) dibandingkan dengan sequencing dari genom atau complementary DNA dari biopsi otot. Analisis DNA dengan NGS dapat mendeteksi berbagai varian terkait dengan hasil yang lebih cepat dan akurat serta cost–effective. Namun, dalam praktiknya penggunaan analisis DNA untuk mendeteksi terjadinya malignant hyperthermia masih sangat terbatas.[6,12,14]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium seperti analisis gas darah pada malignant hyperthermia dapat menunjukkan adanya asidosis respiratorik dengan gambaran laboratorium ETCO2>55 mmHg dan PaCO2>60 mmHg, maupun asidosis metabolik base deficit >8 m/Eq dan pH<7.2. Selain itu, hiperkalemia juga dapat ditemukan pada pemeriksaan elektrolit pasien.[6,7,12]
Tabel 2. Temuan Klinis dan Hasil Laboratorium pada Malignant Hyperthermia
Temuan Klinis | Hasil Laboratorium |
Asidosis respiratorik | ETCO2>55 mmHg; PaCO2>60 mm Hg |
Asidosis metabolik | Base deficit >8 m/Eql pH<7.25 |
Kerusakan otot | Konsentrasi kreatin kinase serum >20.000/L unit |
Urin berwarna cola akibat adanya kelebihan mioglobin dalam urin | |
Konsentrasi kalium dalam plasma >6 mEq/L |
Sumber: dr.Eva Naomi, Alomedika, 2023.[6,7,12]
Kriteria Diagnosis
Diagnosis malignant hyperthermia dapat ditegakkan juga melalui sistem skoring yang didasarkan pada temuan klinis dan laboratorium dalam clinical grading scale malignant hyperthermia seperti yang dideskripsikan dalam tabel di bawah ini.[1,2,11]
Tabel 3. Clinical Grading Scale Malignant Hyperthermia
Parameter | Skor |
Kekakuan Otot (Muscle Rigidity) | |
Kekakuan otot secara general (generalized muscular rigidity) | 15 |
Spasme pada masseter setelah pemberian obat succinylcholine | 15 |
Kerusakan Otot (Muscle Breakdown) | |
Kreatin kinase > 20 000 IU L-1 dengan succinylcholine | 15 |
Kreatin kinase > 10 000 IU L-1 dengan succinylcholine | 15 |
Warna urine seperti cola selama masa perioperatif berlangsung | 10 |
Mioglobin dalam urine > 60 µg L-1 | 5 |
Mioglobin dalam serum > 170 µg L-1 | 5 |
Potassium > 6 mEq L-1 | 3 |
Asidosis Respiratorik | |
ETCO2 > 55 mm Hg dengan ventilasi yang terkontrol dengan baik | 15 |
PaCO2 > 60 mm Hg dengan ventilasi yang terkontrol dengan baik | 15 |
ETCO2 > 60 mm Hg mm Hg dengan ventilasi spontan | 15 |
PaCO2 > 65 mm Hg Hg dengan ventilasi spontan | 15 |
Inappropriate hypercapnia* (menurut penilaian ahli anestesi) | 15 |
Inappropriate tachypnoea* | 10 |
Peningkatan Suhu/ Temperatur Tubuh | |
Inappropriate* Peningkatan suhu yang tidak pantas secara cepat (dalam pemeriksaan ahli anestesi pertimbangan) | 15 |
Inappropriate* Peningkatan suhu yang tidak tepat > 38,8°C pada masa perioperatif | 10 |
Keterlibatan Jantung (Cardiac Involvement) | |
Takikardia sinus yang tidak tepat | 3 |
Takikardia ventrikel atau fibrilasi ventrikel | 3 |
Lain-lain | |
Darah arteri BE < –8 mEq L-1 | 10 |
Darah arteri <7,25 | 10 |
Gejala mereda dengan cepat setelah dantrolene | 5 |
Keterangan:
Inappropriate: Tidak cocok dalam situasi klinis tertentu atau dalam penilaian ahli anestesi
- ETCO2: end tidal CO2 atau konsentrasi karbon dioksida pasang surut akhir
- PaCO2: konsentrasi parsial karbon dioksida dalam darah arteri
- BE (base excess): kelebihan basa
Sumber: dr. Eva Naomi, Alomedika, 2023.[1,2,11]
Cara penggunaan sistem skoring ini:
- Dibutuhkan setidaknya 1 indikator pada setiap parameter untuk dapat dilakukan skoring
- Bila pada 1 parameter terdapat ≥2 indikator tertinggi saja, hanya hitung poin dari 1 indikator tertinggi saja, kecuali pada proses lainnya di mana semua indikator yang memenuhi dihitung poinnya.
Interpretasi skor:
- 0: never
- 3-9: unlikely
- 10-19: somewhat less than likely
- 20-34: somewhat greater than likely
- 35-49: very likely
- ≥ 50: almost certain[1,2,11]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra