Etiologi Chilblains (Pernio)
Etiologi chilblains (pernio) secara langsung adalah adanya paparan dingin, secara spesifik paparan dingin yang tidak membekukan/nonfreezing cold dan kelembapan. Lebih dari setengah kasus chilblains dianggap sebagai idiopatik atau tidak diketahui etiologinya.[1,2,6]
Dalam beberapa kasus, chilblains dapat terjadi pada individu dalam waktu lama dan atau berulang, yakni sekitar 20-40% kasus chilblains sekunder terkait kondisi sistemik yang mendasarinya, seperti lupus eritematosis sistemik yang berkembang menjadi chilblain lupus erythematosus (CHLE), keganasan (chronic myelomonocytic leukemia dan Waldenstrom macroglobulinemia), dysproteinemias, sindrom antibodi antifosfolipid, fenomena Raynaud, penyakit celiac, dan infeksi virus hepatitis.[1,6,7]
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko yang berkontribusi untuk meningkatkan terjadinya chilblains, antara lain:
Jenis Kelamin dan Usia
Insiden terjadinya chilblains lebih sering pada jenis kelamin perempuan, usia muda sampai paruh baya (usia <40 tahun), dan anak-anak.[1,3,4]
Riwayat Keluarga
Adanya riwayat keluarga (first degree relative) dengan chilblains akan meningkatkan risiko.[6–8]
Penyakit Pembuluh Darah Perifer
Penyakit pembuluh darah perifer karena sirkulasi darah yang buruk yang dapat disebabkan oleh adanya diabetes melitus, hiperlipidemia, dan kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya chilblains.[5,9]
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Banyak peneliti telah melaporkan bahwa IMT rendah memiliki hubungan dengan chilblains. Walaupun belum memiliki patogenesis yang jelas, namun terdapat hipotesis bahwa tubuh yang kurus terkait dengan peningkatan vasoreaktivitas kulit.[6-8] Gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia nervosa juga dikaitkan sebagai faktor risiko terjadinya chilblains.[6]
Infeksi Virus
Interferonopati tipe I yang diinduksi virus (respons IFN-α yang lebih tinggi dari normal) telah dikaitkan dengan terjadinya chilblains pada infeksi COVID-19. Umumnya, chilblains atau lesi seperti chilblains dikaitkan dengan infeksi virus tersebut asimptomatik atau ringan.[9]
Direvisi oleh: dr. Qanita Andari