Diagnosis Phytophotodermatitis
Diagnosis phytophotodermatitis ditegakkan pada pasien dengan gangguan kulit yang dipicu paparan kandungan fototoksik dalam tumbuhan diikuti dengan paparan sinar matahari. Lesi yang muncul dapat bervariasi meliputi eritema, vesikel, edema, hingga bullae. Phytophotodermatitis bukan disebabkan mekanisme alergi, sehingga gejala nyeri atau sensasi terbakar lebih dominan dirasakan oleh pasien.[1-3]
Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk menanyakan adanya keluhan ruam kemerahan yang disertai nyeri atau sensasi terbakar. Umumnya, gejala ini lebih sering ditemui dibanding pruritus. Hal ini penting diketahui agar dokter dapat membedakan phytophotodermatitis dari dermatitis lain yang berhubungan dengan mekanisme alergi, seperti dermatitis atopik dan dermatitis kontak alergi.
Selanjutnya, dokter perlu menggali informasi terkait riwayat paparan terhadap tumbuhan yang diikuti oleh paparan sinar matahari. Ini mencakup aktivitas luar ruangan atau pekerjaan yang berkaitan dengan paparan terhadap tumbuhan seperti bertani dan mendaki gunung, serta riwayat menggunakan tanaman herbal untuk pengobatan.[1,3]
Pemeriksaan Fisik
Gambaran klinis dapat bervariasi dari lesi eritema hingga vesikuler, lesi menyerupai papul, edema, hingga lepuh. Pada beberapa kasus, pasien dapat hanya mengalami hiperpigmentasi asimptomatik. Dokter perlu mengingat bahwa gejala dapat muncul dalam beberapa tahap yang diawali dengan muncul eritema, diikuti dengan rasa nyeri, edema, hingga pembentukan bullae.[1-3]
Eritema dapat muncul 24–48 jam dan bahkan 72 jam setelah paparan, sehingga lesi primer terkadang dapat terlewatkan saat pemeriksaan. Manifestasi kulit yang terdampak semakin tampak setelah 72 jam. Lesi yang bersifat akut ini dapat perlahan membaik dalam hitungan hari hingga minggu, akan tetapi hiperpigmentasi pascainflamasi dapat bertahan hingga berbulan-bulan dan bahkan menahun.[1-4]
Tiap bagian tumbuhan dengan kandungan fototoksik, seperti daun atau tangkai, dapat menunjukkan gambaran lesi yang berbeda. Lesi umumnya berbatas tegas dan dapat berbentuk garis linear atau ireguler, sesuai dengan bentuk bagian tumbuhan yang kontak dengan kulit. Predileksi lesi umumnya meliputi area tangan, lengan, dan tungkai. Meskipun begitu, lesi juga berpotensi muncul di dada, abdomen, pinggul, dan bibir.[1-4,6]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding phytophotodermatitis meliputi kondisi gangguan kulit lain yang dengan gambaran klinis serupa terutama ditambah riwayat kontak terhadap tumbuhan dan sinar matahari.
Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis kontak alergi (DKA) disebabkan oleh mekanisme reaksi hipersensitivitas terhadap alergen dari tumbuhan atau berbagai faktor lingkungan lainnya. Berbeda dengan phytophotodermatitis, DKA tidak dipicu oleh paparan radiasi UV. Oleh sebab itu, DKA umumnya memiliki gejala pruritus yang lebih dominan dibanding rasa nyeri.[3,6,7]
Sunburn
Lesi luka bakar akibat sinar matahari atau sunburn dapat berupa eritema yang muncul 3 hingga 5 jam yang memuncak pada 12–24 jam setelah paparan. Lesi eritema umumnya mereda dalam 3–7 hari, sementara lesi lepuh membaik dalam 7–10 hari. Kondisi ini terjadi tanpa riwayat paparan terhadap tumbuhan fototoksik.[11]
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis kontak iritan memiliki gambaran lesi berupa eritema, edema, lepuh, serta nekrosis. Pasien juga dapat mengalami sensasi nyeri dan rasa terbakar di area lesi. Kondisi ini seringkali dipicu oleh paparan terhadap zat iritan yang bersifat kimiawi seperti sabun, kosmetik, atau perhiasan.[12]
Herpes Simpleks
Lesi herpes simpleks umumnya berupa vesikel berkelompok yang dapat berkembang menjadi pustula, erosi, hingga terjadi ulserasi pada vesikel yang pecah. Sebelum lesi muncul, pasien umumnya mengalami gejala prodromal seperti malaise, anoreksia, demam dan limfadenopati. Herpes simpleks disebabkan oleh kontak langsung dengan cairan atau hasil sekresi tubuh yang mengandung virus HSV.[13]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan dalam penegakan diagnosis. Pemeriksaan penunjang, seperti biopsi atau patch test, bisa bermanfaat untuk mengonfirmasi fototoksisitas dan untuk menyingkirkan diagnosis lain dan memberi informasi tambahan terkait kondisi penyakit.[1-4]
Patch Test
Patch test dapat dilakukan untuk memicu reaksi hipersensitivitas yang tertunda dengan menggunakan ekstrak tumbuhan atau agen fotosensitif yang dicurigai sebagai penyebab gejala.[1,3]
Wood's Lamp
Pemeriksaan menggunakan Wood's lamp dapat memancarkan sinar ultraviolet pada lesi hiperpigmentasi atau fluoresens dari area kulit yang terdampak. Hal ini bermanfaat untuk visualisasi perubahan kulit ringan yang mungkin tidak terlihat dengan penerangan biasa.[1]
Biopsi
Biopsi kulit dapat dilakukan untuk mengevaluasi perubahan histopatologi pada kulit yang terdampak. Pada pemeriksaan dapat ditemukan spongiosis, pembentukan vesikel, dan infiltrat inflamatori pada jaringan kulit.[1]