Pendahuluan Ketoasidosis Diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD), yang dikenal juga sebagai ketoasidosis diabetikum atau diabetic ketoacidosis, adalah komplikasi kegawatdaruratan akibat diabetes melitus (DM) tidak terkontrol. Kondisi ini ditandai dengan hiperglikemia, dehidrasi, ketoasidosis, dan adanya ketonuria. KAD berpotensi mengancam nyawa dan memerlukan diagnosis dan tatalaksana yang cepat. KAD paling sering terjadi pada diabetes melitus tipe 1, namun juga dapat terjadi pada diabetes melitus tipe 2 dan diabetes gestasional.[1,2]
Diagnosis dari ketoasidosis diabetik pada orang dewasa dengan diabetes melitus memerlukan tiga komponen, yang dapat diingat dengan singkatan “KAD”. Pada ‘K’ harus terdapat konsentrasi beta-hydroxybutyrate serum ≥3.0 mmol/l atau keton urin lebih dari 2+ dengan stik keton urin. Pada ‘A’ memerlukan pH <7,3 atau bikarbonat serum < 15 mmol/l. Pada ‘D’, konsentrasi glukosa darah pada pasien >200 mg/dl atau 11,1 mmol/l saat pertama kali datang. Definisi ketoasidosis diabetik ini berdasarkan International Society of Pediatric and Adolescent Diabetes (ISPAD).[1,3]
Pengawasan ketat dari respons klinis dan biokimia untuk tatalaksana diperlukan untuk menyesuaikan terapi dari waktu ke waktu sesuai dengan klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium pasien. Tujuan dari tatalaksana adalah untuk mengoreksi dehidrasi, koreksi asidosis dan kondisi ketosis, secara bertahap memperbaiki kondisi hiperosmolar dan konsentrasi glukosa darah mendekati normal, mengawasi komplikasi dari KAD serta akibat pengobatannya, dan mengidentifikasi serta mengatasi pencetusnya.[3]
Walau demikian, dokter juga perlu mewaspadai risiko komplikasi edema serebral akibat terapi cairan yang berlebih.
Penulisan pertama oleh: dr. Riawati