Panduan E-Prescription GERD
Panduan e-prescription GERD atau gastroesophageal reflux disease ini bisa digunakan oleh Dokter saat hendak meresepkan terapi medikamentosa secara online.
GERD merupakan regurgitasi isi lambung kembali ke esofagus. Terapi lini pertama untuk GERD adalah modifikasi gaya hidup, seperti menjaga berat badan sesuai indeks massa tubuh (IMT) normal, menghindari makan 3 jam sebelum tidur, dan mengelevasi posisi kepala saat tidur. Pengurangan konsumsi makanan berlemak, makanan pedas, kafein, dan soda juga mungkin membantu. Namun, jika modifikasi gaya hidup tidak bisa mengurangi gejala, terapi medikamentosa dapat diberikan.[1,2]
Tanda dan Gejala
Gejala klinis GERD adalah nyeri epigastrik seperti rasa terbakar dan nyeri retrosternal (heartburn). Gejala juga dapat berupa regurgitasi yang menyebabkan rasa asam atau pahit di mulut serta muntah dalam volume kecil. Selain itu, gejala yang atipikal dapat berupa nyeri dada, erosi gigi, batuk kronis, laringitis, disfonia, dan asma.[1,2]
Tanda dan gejala yang mungkin berbahaya adalah:
- Tanda dan gejala perdarahan pada saluran cerna atas, seperti melena, muntah berulang dengan warna seperti kopi, dan anemia
- Tanda dan gejala infeksi, seperti demam dengan suhu >38°C, diare dan muntah tidak terkontrol, dan nyeri perut hebat yang membuat pasien tidak mampu berdiri atau berjalan jarak dekat
- Penurunan berat badan >2 kg dalam 1 bulan terakhir yang tidak bisa dijelaskan
Jaundice[1-3]
Peringatan
Pasien dengan tanda bahaya di atas perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut dengan dokter.[2,3]
Pasien yang membaik setelah pemberian terapi PPI (proton pump inhibitor) dianjurkan untuk menghentikan konsumsi PPI. Penggunaan PPI dalam jangka panjang dilaporkan meningkatkan risiko keganasan seperti kanker lambung dan pankreas.[2]
Pasien yang tidak membaik dengan terapi PPI optimal dan konsisten selama 8 minggu atau yang memburuk setelah PPI dihentikan sebaiknya dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk evaluasi lebih lanjut. Pasien dengan komplikasi seperti esofagitis erosif dan Barrett’s esofagus juga perlu dirujuk.[2,3]
Pasien yang mengalami gejala atipikal (gejala extraesophageal) seperti yang disebut di atas sebaiknya dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut untuk konfirmasi ada tidaknya penyakit lain yang menjadi penyebab. Sebagai contoh, pasien dengan keluhan nyeri dada, terutama yang tidak disertai gejala khas GERD, sebaiknya diarahkan untuk pemeriksaan jantung maupun pemeriksaan objektif untuk GERD.[2]
Obat-obatan prokinetik seperti metoclopramide dan domperidone tidak dianjurkan untuk GERD kecuali jika ada bukti gastroparesis.[2]
Nonmedikamentosa
Terapi nonmedikamentosa merupakan lini pertama untuk pasien GERD. Terapi meliputi perubahan gaya hidup seperti penurunan berat badan jika BMI tinggi atau pencegahan kenaikan berat badan berlebih pada orang dengan BMI normal. Hindari makan 3 jam sebelum tidur dan lakukan elevasi bagian kepala tempat tidur.[1]
Bukti tentang restriksi diet sebenarnya masih kurang kuat. Jika pasien mengidentifikasi suatu makanan yang menjadi pemicu gejala, makanan tersebut dapat dihindari. Makan yang berlemak, kafein, minuman berkarbonasi (soda), dan makanan pedas mungkin merupakan pemicu yang harus dihindari.[1]
Medikamentosa
Medikamentosa lini pertama untuk GERD adalah golongan PPI. Dokter dapat memilih salah satu dari PPI berikut:
Lansoprazole 15 mg/hari diberikan 30–60 menit sebelum makan pagi dengan durasi terapi bisa mencapai 8 minggu
Omeprazole 20 mg/hari diberikan 30–60 menit sebelum makan pagi dengan durasi terapi 4–8 minggu
- Rabeprazole 20 mg/hari diberikan 30–60 menit sebelum makan pagi dengan durasi terapi 4–8 minggu[2,4-6]
Pasien yang gejalanya tetap berlanjut (terutama gejala di malam hari) meskipun telah menggunakan PPI sekali sehari dapat diberikan PPI 2 kali sehari.
Medikamentosa lini kedua untuk pasien GERD yang tetap mengalami gejala di malam hari (regurgitasi, terbangun dari tidur) dan mengalami gejala di pagi hari saat bangun tidur (batuk, nyeri tenggorokan, dan disfonia) adalah obat golongan histamin-2 reseptor antagonis (H2RA). Obat golongan H2RA ditambahkan ke regimen PPI.
Ranitidine: 150–300 mg sebelum tidur
Cimetidine: 800 mg sebelum tidur[2,7,8]
Antasida dapat digunakan secara intermittent untuk mengatasi keluhan secara cepat:
- Aluminium hydroxide/magnesium hydroxide dalam bentuk tablet 200 mg/200 mg diminum 1–2 tablet
- Aluminium hydroxide/magnesium hydroxide dalam bentuk suspensi 200 mg/200 mg per 5 mL diminum 10–20 mL[2,9]
Terapi pada Kehamilan
Terapi awal pada ibu hamil yang mengalami GERD adalah modifikasi gaya hidup. Jika tidak berhasil, terapi medikamentosa lini pertama adalah antasida atau sukralfat. Obat golongan H2RA termasuk dalam kategori B untuk ibu hamil. PPI juga termasuk dalam kategori B untuk ibu hamil, kecuali omeprazole yang termasuk dalam kategori C.[2]