Diagnosis Gagal Jantung Akut
Diagnosis gagal jantung akut dapat dilakukan dengan anamnesis mengenai gejala seperti sesak napas, dan faktor risiko seperti hipertensi dan merokok. Pada pemeriksaan fisik, perlu diidentifikasi tanda kongesti dan hipoperfusi. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengonfirmasi adanya kongesti, mengevaluasi etiologi pencetus, mengevaluasi komorbid lain, serta menyingkirkan diagnosis banding.[1,3,7,10-12]
Anamnesis
Pasien gagal jantung akut biasanya datang dengan keluhan utama berupa sesak napas. Gagal jantung akut jarang terjadi pada orang tanpa ada riwayat kelainan yang relevan sebelumnya, misalnya hipertensi, penyakit jantung, diabetes, atau penyakit tiroid. Selain itu, tanyakan adanya faktor risiko pola hidup pasien seperti kebiasaan merokok, minum alkohol, dan gaya hidup sedenter.
Gejala tipikal gagal jantung akut mencakup dispnea, ortopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, kelelahan, dan bengkak pada tungkai bawah. Gejala atipikal mencakup batuk di malam hari, suara mengi saat bernapas, rasa kembung, kehilangan nafsu makan, palpitasi, rasa melayang, sinkop, dan rasa sesak saat membungkukkan badan.
Pada anamnesis juga penting untuk menggali tingkat aktivitas yang mampu dilakukan pasien. Dokter dapat menggunakan kelas fungsional New York Heart Association (NYHA) berikut:
- Kelas 1: tidak ada keterbatasan aktivitas fisik (tidak ada lemas, palpitasi, atau sesak saat aktivitas fisik biasa)
- Kelas 2: keterbatasan aktivitas fisik minimal (lemas, palpitasi, atau sesak muncul saat aktivitas biasa dan menghilang saat istirahat)
- Kelas 3: keterbatasan aktivitas fisik jelas (lemas, palpitasi, atau sesak muncul saat aktivitas ringan dan menghilang saat istirahat)
- Kelas 4: tidak nyaman dalam beraktivitas fisik (gejala muncul saat istirahat dan memberat bila beraktivitas).[1,3,7,10-12]
Pemeriksaan Fisik
Tanda gagal jantung akut dibagi menjadi tanda spesifik dan tanda kurang spesifik. Tanda yang lebih spesifik pada pemeriksaan fisik pasien dengan gagal jantung akut dapat berupa peningkatan tekanan vena jugularis, refluks hepatojugular, suara jantung S3 atau ritme gallop, dan impuls apikal yang bergeser lateral.
Tanda yang kurang spesifik dalam pemeriksaan fisik pasien dengan gagal jantung akut dapat berupa murmur jantung, edema perifer, krepitasi pulmonal, penurunan udara masuk dan suara dull pada perkusi basal paru, takikardia, pulsasi ireguler, takipneu, dan respirasi Cheyne Stokes. Temuan lain dapat berupa hepatomegali, asites, ekstremitas dingin, oliguria, dan pulse pressure yang sempit.[1,3,7,10-12]
Stratifikasi Tanda dan Gejala Klinis Gagal Jantung Akut
Berdasarkan tanda dan gejala klinis kongestinya, gagal jantung akut dapat terbagi menjadi empat kelompok:
Warm dan wet (perfusi baik, ada kongesti): merupakan jenis gagal jantung akut yang paling sering ditemukan
Warm dan dry (perfusi baik tanpa kongesti)
Cold dan wet (hipoperfusi, ada kongesti)
Cold dan dry (hipoperfusi tanpa kongesti).[1,3,7,10-12]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gagal jantung akut dapat berupa infark miokard akut, penyakit paru, seperti pneumonia, dan penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut.[1,2]
Infark Miokard Akut
Infark miokard akut adalah penurunan hingga penghentian mendadak aliran darah pada suatu bagian miokardium. Keluhan nyeri dada pada infark miokard akut cenderung lebih dominan dibandingkan keluhan sesak, serta tidak ditemukan ortopnea atau paroxysmal nocturnal dyspnea. Pada pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan vena jugular, pitting edema pada ekstremitas bawah, maupun ronkhi pada kedua basal paru yang biasanya ditemukan pada gagal jantung akut.[1,2,13]
Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru. Pada anamnesis akan ditemukan keluhan batuk dominan selama beberapa hari sebelumnya yang dapat disertai demam. Pemeriksaan fisik pneumonia akan menunjukkan adanya demam tanpa disertai peningkatan tekanan vena jugular maupun pitting edema pada ekstremitas bawah yang biasanya ditemukan pada pemeriksaan fisik gagal jantung akut.[1,2,14]
Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal, seperti gagal ginjal akut dan sindrom nefrotik, dapat menyebabkan tanda dan gejala serupa dengan gagal jantung akut. Pada anamnesis pasien dapat ditemukan adanya riwayat penyakit ginjal sebelumnya, riwayat diabetes tidak terkontrol, produksi urine berkurang, dan riwayat konsumsi obat-obatan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan edema anasarka, maupun berkurangnya produksi urin setelah pemasangan kateter.[1,2,15]
Sirosis Hepatis
Sirosis hepatis merupakan pembentukan fibrosis dan nodul yang menyebabkan gangguan struktur pada hepar akibat cedera kronik. Pada anamnesis dapat ditemukan riwayat infeksi hepar sebelumnya, konsumsi alkohol, pemakaian jarum suntik tidak steril, transfusi darah, dan ikterus. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda sirosis hepatis, asites, serta hepatomegali.[1,2,16]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada pasien dengan kecurigaan gagal jantung akut meliputi elektrokardiografi, pencitraan radiologi, dan pemeriksaan laboratorium.
Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan segera saat pasien datang dengan keluhan gagal jantung akut. Pemeriksaan ini juga dilakukan sebagai pemantauan selama rawat inap dan sebelum lepas rawat inap. Gangguan irama seperti aritmia, takikardia, atau bradikardia, gambaran infark, maupun gambaran hipertrofi dapat ditemukan pada pemeriksaan EKG. Pemeriksaan EKG juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding.[1,3,7,10-12]
Rontgen Toraks
Pencitraan dengan rontgen toraks dapat dipertimbangkan pada pasien gagal jantung akut. Pada gagal jantung akut, rontgen toraks merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mengkonfirmasi temuan pemeriksaan fisik, seperti adanya bukti kongesti pada paru maupun penyingkiran diagnosis infeksi pada saluran napas. Rontgen toraks sebaiknya dilakukan saat pasien masuk rawat inap maupun selama perawatan sebagai evaluasi.[1,3,7,10-12]
USG
Pemeriksaan pencitraan lain yang dapat digunakan adalah ultrasonografi (USG) pada paru maupun jantung. Pemeriksaan USG paru dapat dipertimbangkan untuk konfirmasi adanya kongesti pada paru. Pemeriksaan USG terhadap jantung atau echocardiography direkomendasikan pada setiap pasien dengan kecurigaan gagal jantung akut. Echocardiography dapat menunjukkan adanya kongesti, disfungsi struktur, hingga penyebab mekanik pada jantung yang menyebabkan gagal jantung.[1,3,7,10-12]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dipilih sesuai indikasi dan biasanya digunakan untuk mengidentifikasi penyakit yang mendasari timbulnya gagal jantung akut. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan dapat mencakup penanda jantung, fungsi ginjal, elektrolit, serta status besi. Pada kasus tertentu, tambahan pemeriksaan perlu dilakukan, seperti analisis gas darah dan laktat pada kecurigaan kegagalan napas, D-dimer pada kecurigaan emboli paru, procalcitonin pada kecurigaan pneumonia, serta thyroid stimulating hormone (TSH) pada kecurigaan gangguan tiroid.
Pemeriksaan uji natriuretic peptide, terdiri dari B-type natriuretic peptide (BNP), N-terminal pro-B-type natriuretic peptide (NT-proBNP), dan mid-regional pro-atrial natriuretic peptide (MR-proANP), perlu dilakukan bila terdapat keraguan terhadap diagnosis gagal jantung akut. Peningkatan BNP ≥100 pg/mL, NT-proBNP ≥300 pg/mL, dan MR-proANP ≥120 pg/mL, dikaitkan dengan kondisi jantung yang dapat membantu konfirmasi diagnosis gagal jantung akut.[1,3,7,10-12]
Klasifikasi
Berdasarkan gambaran klinisnya, gagal jantung dapat dibedakan menjadi empat, yaitu gagal jantung akut dekompensata, edema paru akut, isolated right ventricular failure, dan syok kardiogenik. Perbedaan antara keempat bentuk gagal jantung ini dapat dilihat pada Tabel 1.[1-3]
Tabel 1. Bentuk Gagal Jantung Akut
Gagal jantung akut dekompensata | Edema paru akut | Isolated right ventricular failure | Syok kardiogenik | |
Penyebab utama | Akumulasi cairan; Peningkatan tekanan intraventrikel | Redistribusi cairan ke paru | Peningkatan tekanan vena sentral dan terkadang hipoperfusi sistemik | Hipoperfusi sistemik |
Onset | Perlahan dalam hitungan hari | Cepat dalam hitungan jam | Dapat perlahan maupun cepat | Dapat perlahan maupun cepat |
Kelainan hemodinamik | Peningkatan tekanan end-diastolic ventrikel kiri (LVEDP) dan capillary wedge paru (PCWP); Cardiac output rendah atau normal; Tekanan darah sistolik normal hingga rendah | Peningkatan LVEDP dan PCWP; Cardiac output normal; Tekanan darah sistolik normal hingga tinggi | Peningkatan tekanan end-systolic ventrikel kanan (RVEDP); Cardiac output rendah; Tekanan darah sistolik rendah | Peningkatan LVEDP dan PCWP; Cardiac output rendah; Tekanan darah sistolik rendah |
Stratifikasi klinis | Wet dan warm Atau Dry dan cold | Wet dan warm | Dry dan cold Atau Wet dan cold | Wet and cold |
Sumber: dr. Michael Sintong Halomoan, Alomedika, 2022.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Alexandra Francesca Chandra